Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Harus Belajar dari Kejadian Meledaknya Kasus Virus Udang di Australia

13 Februari 2017   11:15 Diperbarui: 13 Februari 2017   11:22 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peternakan udang di wilayah Brisbane dan Gold Coast yang terserang virus white spot. Photo: ABC Rural: Marty McCarthy

Mungkin belum hilang dari ingatan kita semua ketika kasus cabai asal Tiongkok yang mengandung bakteri berbahaya yang terjadi beberapa waktu lalu di beberapa wilayah di Indonesia.

Sebagai negara yang mengangantungkan diri pada produk pertanian biosekuri merupakan hal yang tidak dapat ditawar tawar.  Kegagalan sistem biosekuriti yang dilakukan oleh suatu negara akan berakibat sangat fatal dan bahkan akan menghancurkan perekonomian suatu negara.

Perang modern tidak lagi harus dilakukan dengan adu kekuatan militer  namun invasi melalui pelemahan sistem biosekuriti suatu negara kini menjadi perhatian para ahli strategi pertahanan.

Kasus meledaknya virus udang yang dinamakan white spot yang kini sedang melanda Australia dapat dikatakan sebagai contoh bagaimana kelemahan biosekuriti dapat merentokkan perekonomian.

Kasus yang melanda negara bagian Queensland ini dalam waktu singkat diperkirakan menelan biaya dan kerugian mencapai $400 milyar atau setara dengan Rp. 4.000.000.000.000.000,- dan merontokkan industri budidaya udang dan udang hasil tangkapan liar.

Hasil investigasi mengungkap bahwa masuknya virus white spot ini sebenarnya telah  terdeteksi  pada bulan Agustus 2016 lalu.  Saat itu dideteksi banyaknya udang impor untuk keperluan perayaan  natal dan akhir tahun yang terkontaminasi virus ini masuk ke Australia. Selanjutnya ternyata udang impor ini  dijadikan juga umpan untuk memancing yang lokasinya berada dekat dengan budidaya  udang. 

Keterlambatan melakukan langkah eliminasi dan  penanganan kasus ini menyebabkan  kasus virus white spot meledak tidak terkendali  dan menyebar sangat cepat menjangkiti udang budidaya dan udang liar di alam.

Ditinjau dari segi kerugian,  akibatnya memang sangat dasyat.  Sebagai contoh seorang peternak udang mengalami kerugian mencapai lebih dari $1 milyar atau setara dengan Rp. 10 trilyun dalam waktu hitungan minggu saja.

Mengapa begitu cepat menyebar?

Virus white spot pada umumnya menyerang peternakan udang komersil dengan tingkat kematian mencapai lebih dari 80% hanya dalam kurun waktu 3-10 hari saja.  Tidak hanya sampai disini saja biasanya suatu peternakan yang terjangkit virus ini produksinya menurun sampai 60% selama paling tidak 2 tahun setelah terjangkiti virus.

Virus ini disamping udang juga menyerang Crustacea lainnya seperti lobster dan kepiting.

Penyebaran virus ini dapat terjadi dari induk udang ke anak anaknya dan juga melalui kanibalisme udang yang sakit dan udang mati.  Kontaminasi air tambak juga berperan dalam penyebaran virus ini.

Disamping itu penyebaran ini dapat terjadi dialam melalui orang yang memancing menggunakan umpan udang yang terkontaminasi virus ini.  Burung juga berperan dapat menyebarkan virus ini dari satu kolam ke kolam lain melalui udang tangkapannya.

Saat ini daerah merah sebagai pusat terjangkitnya virus white spot ini adalah Asia, terutama Vietnam, Tiongkok dan Thailand, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Timur Tengah dan Australia

Pelajaran yang sangat berharga

Australia yang dulunya dikenal sebagai negara yang peternakan udangnya bebas dari virus mematikan white spot ini kini tengah berjuang keras untuk menanggulangi kasus penyebaran virus yang diperkirakan akan terus meluas dan kemungkinan dapat menghacurkan industri udangnya.

Sistem biosekuriti Australia tercatat sebagai salah satu sistem yang terbaik di dunia. Photo: cdn.newsapi.com.au
Sistem biosekuriti Australia tercatat sebagai salah satu sistem yang terbaik di dunia. Photo: cdn.newsapi.com.au
Saat ini produksi udang budidaya Australia mencapai 5.200 ton per tahunnya atau senilai dengan $86 milyar.  Sedangkan udang hasil tangkapan per tahunnya mencapai 20.000 ton atau setara dengan $272 milyar.
Peternakan udang di wilayah Brisbane dan Gold Coast yang terserang virus white spot. Photo: ABC Rural: Marty McCarthy
Peternakan udang di wilayah Brisbane dan Gold Coast yang terserang virus white spot. Photo: ABC Rural: Marty McCarthy
Disamping itu nilai impor Australia dalam bentuk udang segar, udang beku dan udang yang sudah dimasak mencapai 48.000 ton atau setara dengan $620 milyar.

Dengan kapasitas seperti ini konsumsi udang nasional Australia mencapai 55.000 ton per tahun dan sekaligus mengekespor udang produksinya sekitar 18.000 ton pe rtahun.

Dengan skala peternakan udang seperti yang telah digambarkan di atas, kita dapat membayangkan betapa dasyatnya kerugian yang ditimbulkan akibat merebaknya virus ini.

Bagi peternak udang kejadian ini merupakan mimpi buruk yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya karena terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan mengakibatkan kehancuran total peternakan udangnya.

Memang sangat mengherankan jika Australia yang tercatat sebagai salah satu negara yang menerapkan sistem biosekuriti terketat di dunia sampai kebobolan sedemikian rupa sehingga menghancurkan industri perudangan nasionalnya.

Dalam kasus ini titik lemah dari biosekuriti adalah kelengahan, ketidakpiawaian dan juga kurang sigapnya  petugas karantina. Setelah sejumlah laporan kejadian virus white spot pun masih ada keterlambatan untuk mengeliminasi virus ini.

Kasus virus white spot udang yang sedang melanda Australia ini hendaknya menjadi pelajaran bagi pihak terkait di Indonesia.

Biosekuriti merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar dalam pelaksanaan dan pengawasannya. Jika kita telah kebobobolan maka akan sangat sulit bagi kita membayangkan akibatnya yang akan bertahan dan berdampak panjang bagi perekonomian nasional.

Menyepelekan biosekuriti merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab karena akan mendatangkan bencana yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun