Pengumuman resmi pemerintah Tiongkok untuk melakukan pelarangan total perdagangan gading gajah di negeri ini pada akhir tahun 2017 pada hari jumat lalu merupakan hadiah terbesar memasuki tahun baru 2017 ini sekaligus mengejutkan bagi para pelestari  hewan dan penyelamat lingkungan.
Banyak kalangan seolah tidak percaya atas tindakan pemerintah Tiongkok ini, bahkan ketika mendengar pengumuman resmi ini mereka sangat terkejut sekaligus gembira karena gelombang pertama penutupan toko dan usaha kerajinan gading gajah ini akan dimulai pada bulan Maret 2017 mendatang.
Keterkejutan dunia ini memang cukup beralasan karena ketika Presiden Tiongkok  Xi Jinping  bertemu dengan Presiden Obama pada bulan September 2015 lalu  memang berjanji akan melakukan tindakan nyata untuk melarang perdagangan gading sekaligus menyelamatkan populasi gajah dunia, namun ketika itu dunia memandang sinis dan tidak percaya akan janji kedua pemimpin ini.
Industri Gading di Tiongkok
Industri pengolahan gading gajah di Tiongkok memang merupakan industri sekaligus bisnis besar dan melibatkan berbagai kalangan.
Memiliki hiasan dari gading gajah memang merupakan status simbol dan kesejahteraan bagi kalangan menengah ke atas, sehingga perhiasan dari gading ini memiliki  nilai yang sangat  tinggi. Sebagai gambaran di Tiongkok harga gading gajah dari Afrika yang belum diolah mencapai $1,100 per kilogram (atau sekitar Rp 14 juta).
Permintaan yang sangat tinggi ini menyebabkan hampir 70% suplai gading dunia mengalir deras  ke Tiongkok sekaligus menghidupkan 34 pabrik pengolahan gading dan 143 pusat penjualan kerajinan gading gajah.
Populasi gajah memang memprihatinkan
Memang tidak dapat dibantah lagi bahwa permintaan gading gajah yang sangat tinggi dan bernilai yang datang dari Tiongkok dan negara lainnya  di Asia memicu perburuan liar.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), sebanyak 20,000-30,000 gajah dibantai setiap tahunnya untuk diambil gadingnya. Sebagai akibatnya pada kurun waktu 2007-2014 populasi gajah yang ada di wilayah savanna Afrika menyusut sebesar 30%.Â
Pada tahun 1989 pelarangan total perdagangan gading gajah telah  diberlakukan, setelah sebelumnya disepakati pada tahun 1975 dalam bentuk konvensi (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)) mulai diberlakukan pelarangan.
Apa dampaknya?
Pengumuman pemerintah Tiongkok terkait dengan komitmennya melarang total perdagangan gading gajah pada akhir tahun 2017 dianggap sebagai hadiah tahun baru yang terbesar yang tidak saja bagi kelompok pelestari hewan, Â namun juga oleh dunia karena akan berdampak sangat besar dalam upaya penyelamatan dan pelestarian gajah.
Mengingat Tiongkok adalah pemain terbesar dalam industri dan perdagangan gading gajah ini, diperkirakan keputusan ini akan mengubah total peta perdagangan gading gajah dunia ke arah yang lebih baik.Â
WWF mengharapkan peran Tiongkok untuk dapat mempengaruhi dan menekan pemerintah Hongkong untuk mempercepat pelarangan total perdagangan gading gajah. Â Sebagai catatan Hongkong baru akan melakukan pelarang total perdagangan gading gajah ini mulai tahun 2021.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa manusia berperan sangat besar pada kerusakan lingkungan dan kehilangan flora dan fauna. Oleh sebab itu,  bermula dari niat baik manusia jugalah  pelestarian hewan itu akan digantungkan harapannya.
Sumber:  Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H