“Anda dapat menghasilkan lebih banyak uang, namun anda tidak akan mampu membuat lebih banyak waktu” (Dr Karl Kruszelnicki)
Penyataan ini sangat relevan bagi kita yang tergolong dalam kelompok orang yang suka melakukan sesuatu terlambat. Kebiasaan terlambat tidak hanya berdampak buruk bagi orang yang bersangkutan namun juga merugikan orang lain.
Sadarkah anda jika anda sudah berjanji hadir dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh 20 orang dan anda terlambat selama 8 menit saja, maka berarti anda telah merugikan waktu orang lain sebanyak 8 x 20 menit = 160 menit.
Dr Linda Sapadin seorang pakar manajemen waktu dari the American Psychological Association mengkategorikan orang yang sering telambat ke dalam 4 kelompok, yaitu : perfectionist, crisis maker, defier dan dreamer.
Kelompok perfectionist
Orang yang termasuk dalam kelompok ini biasanya sangat memperhatikan kesempurnaan hal hal yang sngat kecil, seperti misalnya apakah buku di meja sudah dirapikan, apakah debu di atas lemari sudah dibersihkan, apakah baju yang akan digunakan untuk ke kantor sudah licin di strika tanpa kerutan sedikitpun dsb.
Sayangnya orang perfectionist biasanya tidak memasukkan kertelambatan sebagai kriteria utama perfectionist nya. Akibatnya orang ini tidak menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukanlah orang yang perfectionist, karena keterlambatan adalah sesuatu yang besar dan penting yang akan merusak reputasinya.
Kelompok crisis maker
Orang yang masuk ke dalam kelompok ini biasanya sering kali melakukan sesuatu pada saat saat akhir menjelang sesaat sebelum deadline. Orang ini tampaknya menikmati tekanan dan keterburu-buruan yang menyebabkan meningkatnya adrenalin.
Orang yang masuk dalam kategori ini mungkin tidak selalu terlambat, namun sering terlambat akibat kebiasaan melakukan sesuatu di batas batas akhir atau yang sering kita kenal sebagai “sistem kebut semalam”.
Kelompok defier
Orang yang masuk dalam kelompok ini biasanya adalah orang yang selalu tidak puas dan melakukan protes terhadap seuatu yang dianggapnya tidak benar yang terjadi di sekitarnya. Orang ini merasa bahwa masyarakat disekitarnya selalu mendikte nya terkait dengan apa yang harus dilakukannya dan kapan harus dilakukannya.
Orang yang memiliki sifat seperti ini biasanya selalu bereaksi terhadap apa yang dia rasakan sebagai tekanan yang datang dari orang di sekitarnya. Keterlambatan bagi orang yang masuk ke dalam kelompok ini sebagai suatu bentuk protesnya dan juga pembalasannya kepada orang lain yang selama ini dianggap selalu memberikan tekanan pada dirinya.
Kelompok dreamer
Orang yang masuk dalam kelompok ini biasanya sering memudahkan segala sesuatu dan menganggap bahwa segala sesuatu itu akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang dibayangkannya.
Orang ini misalnya selalu membayangkan bahwa untuk sampai di bandara, mulai dari memasukkan pakaian ke koper, mandi, memesan taxi dll akan berjalan dengan lancar dan tepat waktu sesuai dengan apa yang diperkirakan dan dipikirkannya.
Orang ini menganggap bahwa waktu akan selalu memihak padanya sehingga seolah olah segala sesuatunya dapat dilakukan dalam waktu singkat dan tidak pernah membayangkan apa yang terjadi jika ada hambatan.
Hasilnya keterlambatan yang sering dilakukan akibat ketidak mampuan orang ini mengantisipasi bahwa segala sesuatunya itu tidak selalu berjalan lancar dan dapat dilakukan dan dijalanai dalam waktu yang singkat.
Apa yang harus dilakukan?
Memang tidaklah mudah untuk mengubah kebiasaan terlambat kita jika kebiasaan ini sudah akut dan mendarah daging. Namun kita harus segera menyadari bahwa kebiasaan terlambat yang kita lakukan akan menyangkut reputasi buruk kita dan merugikan orang lain.
Jadi jika kita tergolong orang yang sering terlambat ada baiknya kita menganalisa masuk ke dalam kelompok manakah kita? Sebagai langkah awal usahakan anda memasukkan diri anda ke dalam satu kelompok saja dari 4 kelompok di atas.
Selanjutnya mulailah mengidentifikasi penyebab keterlambatan yang kita lakukan selanjutnya usahakan memperbaikinya mulai dari hal hal yang kecil terlebih dulu. Usahakan mengulangi langkah langkah perbaikan ini dan jadikan perbaikan ini sebagai kebiasaan baru.
Jika kita telah berhasil memperbaikinya dan melakukan perubahan kebiasaaan yang kecil tersebut, lanjutkan untuk hal hal lain yang menjadi penyebab keterlambatan kita. Dalam melakukan perbaikan ini kita sebaiknya berusaha mencari feedback terkait dengan pengaruh dan manfaat posistif jika kita melakukannya seusuatu dengan tepat waktu.
Jika pada awalnya kita gagal mengubah kebiasaan sering terlambat dalam melakukan sesuatu, janganlah putus asa karena kemungkinan tanpa kita sadari kebiasaan terlambat tersebut sudah kita lakukan puluhan tahun dan memerlukan waktu untuk mengubahnya.
Rujukan : Dr Karl Kruszelnicki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H