Tidak ada yang dapat membantah bahwa konflik politik, sosial dan budaya yang terjadi di negara sedang berkembang berdampak besar pada penurunan kualitas kesehatan di wilayah tersebut. Perang telah menciptakan masalah baru dalam hal penurunan kualitas kesehatan terutama di wilayah konflik dan pengungsi akibat keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan.
Perkembangan
Salah satu penyakit yang menjadi fokus badan kesehatan dunia (WHO) adalah penyakit Leishmaniasis (dikenal sebagai parasit pemakan daging) yang kini telah menjangkiti sebanyak 900.000 – 1.000.000 orang di 98 negara di seluruh dunia yang diperkirakan akan terus berkembang dan menghantui dunia jika tidak diambil tindakan bersama dalam pengatasi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh parasit leishmania ini. Sampai saat ini saja setiap tahunnya penyakit parasit ini memakan korban sebanyak 20-30 ribu jiwa.
Penyakit Leishmaniasis saat ini berkembang pesat di wilayah tropik dan sub tropik di Amerika Latin, Utara dan Timur Afrika, Timur Tengah, India, China, dan wilayah Asia Tenggara serta mulai terdeteksi penyebarannya di Yunani, Italia dan Perancis.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan di Weekly Epidemiological Record tercatat sebanyak 399 juta orang rentan terhadap cutaneous leishmaniasis terutama di 11 negara yang beriko sangat tinggi yaitu: Afghanistan, Algeria, Brazil, Colombia, Islamic Republic of Iran, Morocco, Pakistan, Peru, Saudi Arabia, Syrian Arab Republic, Tunisia and Turkey.
Sedangkan jumlah orang yang rentan terhadap penyakit visceral leishmaniasis berjumlah 556 juta orang diaman 12 negara adalah yang paling rentan, yaitu Bangladesh, Brazil, China, Ethiopia, Georgia, India, Kenya, Nepal, Paraguay, Somalia, South Sudan, Spain, Sudan and Uganda.
Penyebab dan penyebarannya
Leishmaniasis yang dikenal sebagai penyakit “orang miskin” ini umumnya berkembang di wilayah yang buruk sanitasinya dengan fasilitas kesehatan yang mendasar yang minim dan juga terkait dengan malnutrisi. Disamping itu Leishmaniasis juga menyebar dengan cepat di wilayah dimana orang atau pekerja memiliki kebiasaan tidur di alam terbuka.
Perkembangan leishmaniasis yang sedemikian cepat ini juga dihubungkan dengan perubahan lingkungan yang drastis akibat penggundulan hutan, pembangunan waduk waduk, pembangunan irigasi dan urbanisasi yang akhir akhir ini terjadi dengan cepat dalam skala besar besaran.
Ciri dan gejala
Leishmaniasis adalah penyakit yang disebarkan oleh lalat betina yang dinamakan phlebotomine sandflies yang membawa parasit leishmania. Penderita yang terjangkiti parasit ini umumnya memperlihatkan gejala dalam tiga bentuk yaitu cutaneous, mucocutaneous dan visceral. Bentuk visceral ini adalah yang paling mematikan dan banyak memakan korban.
Pada kasus leishmaniasis yang cukup parah koreng terus memburuk dan berkembang serta bertambah luas akibat parasit ini secara pelahan namun secara pasti terus memakan dan menggerogori daging dan tissue lainnya dari penderita.
Parasit leishmania diperkirakan sudah ada sekitar 65 juta tahun yang lalu yang terus berkembang dan berevolusi sehingga penularannya dapat dengan mulai melalui gigitan lalat pasir ini.
Masalah yang terberat dalam penanggulangan penyakit ini selain masalah buruknya kualitas kesehatan adalah belum ditemukannya obat yang dapat mengatasi penyakit ini. Oleh sebab itu, walaupun menurut catatan WHO kasus leishmaniasis di Indonesia masih sedikit, namun jika tidak diantisipasi bukan tidak mungkin akan berkembang dengan cepat dan menjadi masalah nasional mengingat lingkungan dan iklim Indonesia sangat idel bagi perkembangbiakan lalat yang membawa parasit yang mematikan ini.
Sumber: Satu,dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H