Di tengah tengah pengembangan dan penyelidikan vaksin palsu  yang sedang ramai diberitakan di media, ada baiknya kita mengetahui lebih dalam terkait dengan vaksin ini karena keaslian vaksin bukanlah satu satunya yang menentukan efektivitas suatu program imunisasi masal.
Mamang tidak dapat dipungkiri di berbagai belahan dunia vaksin dinilai sebagai upaya dunia untuk menekan angka kerentanan dan kematian serta memperbaiki kualitas kesehatan terutama di negara sedang berkembang terhadap penyakit. Saat ini diperkirakan  sebanyak 29% dari kematian anak usia 1-59 bulan dapat dicegah melalui program inunisasi.
Perkembangan Vaksin
Tidak pelak lagi abad 20 merupakan era revolusi dalam bidang imunologi, mikrobiologi, biologi molekulat, bioteknologi termasuk vaksinologi.  Perkembangan teknlogi ini meningkatkan efektivitas vaksin dan juga cakupan penyakit yang lebih luas yang dapat dikendalikan seperti misalnya: hepatitis B, meningitis, pneumonia, typhoid dan varicela.  Saat ini memang teknologi vaksin mencapai kemajuan yang sangat pesat yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, seperti misalnya pengembangan vaksin DNA, vaksin yang dapat dimakan, dan vaksin terapeutik.
Di samping itu program imunisasi masal terhadap penyakit penyakit yang mengakibatkan angka kematian tinggi seperti hepatitis B, Haemophilus influenza tipe B (Hib), meningitis, demam tipoid dan rotavirus masih mengalami kendala, Â kendati vaksin-vaksin ini sudah beredar lebih dari 10 tahun dan harganya sudah jauh lebih murah.
Kategori vaksin yang ketersediaannya luas dan terjangkau adalah:
- Vaksin Hepatitis B
- Vaksin campak
- Vaksin demam tipoid
- Vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib)
- Vaksin Tetanus
- Vaksin Pertussis (batuk rejan)
- Vaksin Kolera
- Vaksin Dipteri
- Vaksin Japanese encephalitis
- Vaksin Poliomyetis
Sedangkan  vaksin yang masuk ke dalam kategori yang ketersediaannya belum meluas
- Vaksin AIDS
- Vaksin Tuberkulosis
- Vaksin malaria
- Vaksin disentri
- Vaksin Enterotoxigenic E. coli
- Vaksin RSV
- Vaksin Schistosomiasis
- Vaksin Leishmanisasis
- Vaksin Chagas
- Vaksin demam berdarah
- Vaksin Leprosy
Tantangan
Di tengah tengah mewabahnya berbagai penyakit, penggunaan vaksin secara massal di negara negara berkembang  masih mengalami berbagai kendala.  Kendala tersebut antara lain:
- Vaksin yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi canggih masih mahal dan tidak terjangkau. Contoh : Vaksin DNA untuk HIV/AIDS dan  malaria
- Penggunaan antibiotik secara berlebihan dan secara serampangan telah meningkatkan resistensi bakteri pathogen terhadap antibiotik, seperti misalnya Salmonella typhi dan Mycobacterium tuberculosis). Â
- Munculnya bakteri pathogen baru  yang berbahasa seperi Strain H5/N1 di Hong Kong dan virus Nipah di Malaysia.
- Kegagalan uji coba tahap III vaksin oral kolera yang tidak memberikan kekebalan yang mencukupi. Â Demikian juga dengan uji coba vaksin Malaria (Spf66) di Asia dan Afrika yang tidak memuaskan hasilnya.
- Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan juga laju urbanisasi yang tinggi mengakibatkan lebih menyebarnya bakteri pathogen.
- Krisis ekonomi yang banyak melanda negara berkembang diprediksi akan meningkatkan angka kematian, kekurangan kebutuhan dasar dan perang saudara diperkirakan berdampak besar dalam memicu wabah penyakit.
- Kekurangan fasilitas pengobatan, sulitnya medan, faktor ekonomi dan politik serta sosial budaya seringkali menjadi hambatan dalam penerapan program imunisasi masal.
Berdasarkan uraian di atas kita mendapat gambaran bahwa efektivitas suatu program imunisasi dipengaruhi oleh banyak hal dan tidak semata mata oleh kualitas vaksin saja. Â Saat ini meningkatnya rataan harga vaksin di negara berkembang yang tadinya hanya sekitar Rp. 13.500 per anak pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 210.000 (untuk anak laki laki) dan Rp. 350.000 (untuk anak perempuan) pada tahun 2014 jelas menjadi kendala utama
Kedelapan hal  tersebut  yang harus dipenuhi adalah:
- Kebijakan, standarisasi  dan panduan  pengunaan yang jelas
- Tata pamong, organisasi dan manajemen yang baik
- Kualitas SDM yang memadai
- Manajemen logistik, pengadaan dan penyimpanan vaksin yang baik
- Distribusi vaksin yang baik
- Melakukan komunikasi dan kerjasama dengan masyarakat
- Pangkalan data vaksinasi yang memadai
- Pembiayaan yang berkelanjutan.
Semakin  mahalnya harga vaksin dengan berjalannya waktu memang merupakan permasalahan tersendiri bagi masyarakat sekaligus membuka peluang pemalsuan vaksin.  Oleh sebab itu,  ke depan tentunya pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan subsidi terhadap harga vaksin kepada masyarakat yang lebih luas jika menginginkan program imunisasi dapat sukses di tingkat nasional terutama untuk melawan  penyakit penyakit yang banyak memakan korban jiwa.
Sumber: Satu, Dua, Tiga, Empat, lima, Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H