Penduduk asli dunia makin terpinggirkan. Photo: news.nationalgeographic.comÂ
Ada hal yang sangat menarik sekaligus  memprihatinkan jika kita membaca laporan yang ditulis oleh Ian Anderson dkk yang baru saja diterbitkan di The Lancet dengan judul Indigenous and tribal peoples' health (The Lancet–Lowitja Institute Global Collaboration): a population study
Laporan ini menyoroti nasib penduduk asli dunia yang berjumlah 153 juta orang yang terdiri dari 28 kelompok penduduk asli (indigenous) dari 23 negara termasuk dari Australia dan kanada. Â Jumlah yang diamati ini meliputi lebih dari 50% dari jumlah penduduk dunia.
Ada tiga temuan utama dari laporan ini, yaitu:
- Penduduk asli berjuang keras dan sering termajinalkan untuk mengakses kesehatan dan pendidikan,
- Penduduk asli memiliki harapan hidup yang lebih rendah dan juga kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih kecil
- Diperlukan dukungan khusus untuk penduduk asli ini agar dapat mencapai Sustainable Development Goals
Hal yang sangat memprihatinkan adalah penduduk asli dunia saat ini sedang menghadapi masalah sangat serius dalam hal harapan hidup, kesempatan mendapat pendidikan, peningkatan malnutrisi pada anak dan bayi, serta kematian ibu terkait melahirkan.
Tidak hanya sampai disitu saja, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa penduduk asli di berbagai negara memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan penduduk non asli pada negara yang sama akibat dari rendahnya pendidikan dan buruknya kualitas kesehatan.
Beberapa kasus yang menyolok terkait dengan termajinalkannya penduduk asli ini adalah :
- Di India dimana sebanyak 8% dari total penduduknya adalah penduduk asli, lebih dari 50% dari anak-anak dari kelompok pendudk asli  mengalami malnutrisi, sedangkan kasus serupa yang terjadi pada anan anak non penduduk asli lebih kecil dari 40%
- Di Kolumbia sebanyak hampir 240 wanita dari 100 ribu penduduk wanita asli meninggal saat melahirkan anak, sementara itu sebagai perbandingan hanya ada sebanyak 66 dari 100 ribu wanita non penduduk asli
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah kenapa hal ini terjadi? Â Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenaga professional dan relawan yang memiliki pengetahuan cukup terkait penduduk asli dan juga tidak dapat berbicara dalam bahasa mereka di berbagai pusat kesahatan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara ternyata tidak mempengaruhi kondisi ini.  Artinya baik di negara kaya  maupun negara miskin, penduduk asli tetap saja termajinalkan.