Maraknya pemberitaan terkait LGBT akhir ini mengundang pertanyaan besar :”apakah Gay itu suatu pilihan gaya hidup atau memang sudah terbentuk sejak lahir sudah gay?”
Perbedaan struktur otak
Hasil scan otak bagian amygdala (bagian yang terlibat dalam mengontrol emosi) baik wanita maupun pria homoseksual yang dipbulikasikan oleh BBC dan Time Science & Space memang menunjukkan otak wanita dan pria gay menunjukkan kemiripan dengan struktur otak wanita dan pria keteroseksual namun terbalik. Artinya struktur otak pria gay lebih mirip dengan struktur otak wanita heteroseksual dan sebaliknya struktur otak wanita gay lebih mirip dengan struktur otak pria heteroseksual.
Hasil studi lain terkait dengan hormon sex yang juga diterbitkan di Journal of Science menunjukkan bahwa bagian otak pada pria gay yang dinamakan dengan hypothalamus yang berfungsi untuk melepaskan horman sexual dari kelenjar pituitary ternyata berbeda dengan orang yang orientasi sex nya normal. Bagian yang dinamakan dengan The third interstitial nucleus of the anterior hypothalamus (INAH3) pada orang yang orientasi sex nya normal 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang homoseksual.
Perlu juga kita ketahui bersama bahwa perkembangan otak itu tidak berhenti ketika bayi dilahirkan, namun terus mengalami perkembangan selama masa kanak-kanaknya. Selama masa inilah banyak pengaruh lingkungan yang akan berperan dalam pribadi si anak ketika nantinya dia telah dewasa.
Sampai saat ini upaya untuk melakukan operasi sebagai bagian dari pengobatan homoseksul belum pernah berhasil dengan baik. Demikian juga terapi hormon pada juga tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Namun demikian upaya untuk mengatur level hormon ketika dalam tahapan embrio pada waktu yang sangat spesiifk dapat berpengaruh pada preferensi sexualnya ketika menjadi dewasa.
Hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa level hormon ternyata juga tidak mempengaruhi orientasi sexual. Level hormon pria gay dan pria normal ternyata tidak berbeda, demikian juga pada wanita gay dan wanita normal.
Bagaimana dengan faktor genetik?
Hasil studi yang dipublikasikan di Journal of Science menunjukkan bahwa pada kembar pria homoseksual ternayata keduanya memiliki marker khusus terkait dengan orientasi sex sejenis ini yaitu pada kromosom X yang dinamakan Xq28.
Gen yang bertanggungjawab terhadap homoseksual ada di kromosom sex X pada lokasi Xq28 (pada gambar bagian yang paling bawah). Sumber
Tidak hanya sampai disitu saja penemuan gen yang terkait dengan kecenderungan seseorang menjadi pencandu alkohol juga ditemukan marker gennya, demikian juga gen tarkiat dengan keagresifan seseorang.
Penemuan ini tentunya mengundang debat sengit terkait apakah memang homoseksul, kecenderunagn menjadi pecandu alkohol dan kecenderungan seseorang menjadi preman itu sudah ada sejak lahir?
Ada mekanisme pemunculan suatu sifat yang perlu kita mengerti terkait ketiga contoh ini, karena ternyata faktor lingkungan juga berperan besar terkait dengan ekspresinya. Artinya walaupun seseorang memiliki gen yang berpotensi menjadi homoseksual, namun jika lingkungan baik dalam maupun di luar keluarga tidak mendukung pemunculan sifat ini, maka sifat ini akan tertekan dan tidak diekspresikan secara penuh, demikian juga sebailknya.
Di lingkungan masyarakat tertentu homoseksual dapat diterima sebagai bagian dari masyarakat, namun di lungkungan masyarakat lain homoseksual bahkan dianggap sebagai suatu tindakan kriminial Sebagai contoh pria homoseksual dapat diterima oleh masyarakat Yunani kuno, bahkan di Papua New Guinea ritual homoseksual masih memegang peran penting dalam budaya.
Jadi lingkungan juga berperan dalam membentuk seseorang menjadi wanita atau pria gay. Fenomena ekspesi sifat seperti ini dalam bidang genetik dinamakan dengan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dengan persamaan sbb:
P = G + E + GxE
P yang merupakan pemunculan sifat yang dapat kita lihat tersebut merupakan hasil kerja dari faktor G yaitu faktor genetik yang dapat saja dimiliki sesorang sejak dari lahir. Selanjutnya faktor G ini akan bergabung dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, yaitu faktor E yang membentuk karakter seseorang yang diekspresikan. Faktor GxE adalah aktor interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang derajat pemunculannya dapat berubah jika pindah ke lingkungan lain.
Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemunculan sifat homoseksual cukup komplek dan perlu dipahami dengan menggunakan persamaan di atas. Artinya walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa ada faktor bawaan lahir yang membuat seseorang cenderung memiliki orientasi sex sejenis, namun ternyata faktor lingkungan yang mempengaruhi anak selama masa perkembangannya dan juga faktor lingkungan ketika dia telah mencapai usia dewasa juga sangat berperan.
Sebaliknya orang yang tidak memiliki gen yang terkait dengan orientasi sex homosexual ini, jika terus menerus terekpos lingkungan yang mendukung prilaku homoseksual juga akan dapat terpengaruh dan menjalani orientasi sex homoseksual ini karena dilingkungan dimana dia berada mendukung prilaku ini dan membenarkan prilakunya. Inilah yang disebut dengan gay sebagai gaya hidup dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan faktor genetik.
Rujukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H