[caption caption="Sumber Gambar: The Guardian | Oscar Rivera/EPA"][/caption]Dalam waktu yang relatif singkat Virus Zika memang telah membuat khawatir dunia. Saat ini WHO mengumpulkan segala sumberdayanya untuk mencari jalan keluar agar wabah virus ini tidak meluas.
Kekhawatiran dunia ini memang cukup berasalan karena bukti awal menunjukkan bahwa virus ini disebarkan oleh nyamuk sehingga dapat diprediksi akan menyebar dengan cepat dan luas di wilayah dimana nyamuk dapat dengan cepat berkembang biak. Informasi seputar virus Zika dapat dibaca di sini.
Disamping nyamuk, bukti awal juga mengarah pada virus ini dapat menular melalui air liur dan hubungan sexual. Hal ini bermakna bahwa di negara dimana nyamuk tidak dapat berkembang biak dengan baik pun  juga akan terancam wabah virus ini.
Perhatian WHO untuk mengembangkan vaksin untuk mengatasi virus Zika ini memang memerlukan waktu. Diprediksi paling cepat memerlukan waktu 18 bulan untuk mengembangkan virus ini, belum lagi waktu yang diperlukan untuk uji cobanya.
Kini fokus dunia tertuju pada bagaimana caranya agar nyamuk tidak menyebarkan virus Zika ini melalui gigitannya. Salah satu teknik yang diperkirakan dapat mengendalikan penyebaran virus ini adalah transgender.
Perlu kita ketahui bahwa hanya nyamuk betina saja yang menggigit dan mengisap darah. Jika nyamuk betina ini membawa virus Zika maka melalui gigitannya akan menyebarkan virus Zika ke orang lain.
Berdasarkan kenyataan ini kelompok peneliti ahli serangga dari Virginia Tech menggunakan teknologi transgender untuk mengubah jenis kelamin jamuk betina menjadi nyamuk jantan sehingga tidak dapat berperan dalam penyebaran virus Zika ini.
Teknik yang digunakan kelompok peneliti ini dinamakan pengeditan gen (gene editing) melalui teknik yang dinamakan Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR). Dengan menggunakan teknik ini para peneliti dapat menentukan secara tepat posisi gen dalam kromosom, memotong gen yang tidak diinginkan dan menggantinya dengan gen yang diinginkan. Lihat hasil penelitian lengkap di sini.
Hal yang paling mengagumkan dari teknik terbaru ini adalah hasil editan gen tersebut sifatnya diwariskan pada generasi berikutnya. Dengan prinsip dasar ini selanjutnya para peneliti selanjutnya mengunakan teknik transgender, yaitu mengubah jenis kelamin nyamuk betina menjadi nyamuk jantan.
Keberhasilan para peneliti ini didasarkan atas penemuan mereka pada tahun lalu yang terkait dengan mekanisme penentuan jenis kelamin pada nyamuk. Dengan mengunakan teknik ini gen yang akan menentukan nyamuk menjadi jantan dapat diintroduksi ke populasi nyamuk sehingga dapat mengubah populasi nyamuk menjadi populasi semuanya menjadi nyamuk jantan dan juga nyamuk transgender saja.
Teknologi menghasilkan nyamuk transgenser ini diharapkan akan berdampak besar dalam membantu mengendalikan  penyebaran virus Zika, karena apabila nyamuk hasil rekayasa genetik ini disebar dialam akan dapat kawin secara normal namun keturunan nyamuk hasil perkawinan ini hanya akan berjenis kelamin jantan dan transgender saja, sehingga nyamul ini tidak menggigit manusia dan tentunya tidak berperan dalam menyebarkan virus Zika ini.Â
Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan malaria dengan menghasilkan nyamuk-nyamuk mandul sehingga tidak dapat berkembang biak di alam.
Kini harapan dunia tertumpu pada nyamuk transgender dalam mengendalikan virus Zika yang telah membuat khawatir kita semua. Â
Ilustrasi Judul : Melalui teknik transgender nyamuk betina Aedes aegypti pembawa virus Zika dapat diubah jenis kelaminnya menjadi nyamuk jantan yang tidak berbahaya. sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H