Cara pemeliharaan ayam petelur konvensional. sumber
Dalam kurun waktu 15 tahun terkahir ini produk telur dan daging ayam organik yang berasal dari peternakan ramah lingkungan sudah membanjiri pasar. Disamping itu produk telur dan daging yang diberi lebel “free range” atau dipelihara dengan sistem diumbar juga membanjiri pasar. Pada intinya telur dan daging ayam yang diberi lebel “organic” dan “free range” biasanya harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan pemeliharana ayam dengan cara dikandangkan yang sedikit demi sedikit mulai menghilang di pasaran karena adanya aturan yang terkait dengan “animal right”.
Masalah label pada produk makanan di Australia merupakan hal yang sangat serius. Banyak kasus yang diputuskan oleh pengadilan yang memberikan denda yang sangat besar karena produsen dinilai terbukti mengelabui konsumen karena produk yang diberi label tersebut kualitasnya tidak sesuai dengan yang dinyatakan di label tersebut.
Dengan membanjirnya produk telur dan daging ayam organik tentunya konsumen sangat percaya bahwa produk yang dibelinya tersebut berkualitas superior baik dari segi pemeliharaanya yang diumbar, bebas bahan kimia dan lebih baik bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Melalui pertimbangan ini semua, maka konsumen mau membeli produk tersebut dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan dengan cara pemeliharaan konvensional.
Baru baru ini seorang konsumen tidak saja memboikot namun juga sekaligus menuntut karena produk daging ayam dan telur yang dibelinya dengan merek Lilydale yang diberi label organik ternyata setelah diselidikinya tidak sesuai dengan label tersebut. Hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa ayam dan telur tersebut ternyata walaupun dipelihara dengan sistem free range namun diberi makan yang mengandung biji bijian dan leguminosa hasil rekayasa genetik.
Tidak pelak lagi berita ini menjadi heboh nasional karena produk Lilydale yang sangat terkenal dan membanjiri pasaran ini dimiliki oleh perusahan peternakan ayam terbesar di Australia yang bernama Baiada.
Kehebohan ini memang dapat dimaklumi mengingat harga daging dan telur ayam organik ini biasanya mencapai 2 kali lipat lebih mahal dari harga daging dan telur ayam biasa. Biasanya restoran terkenal kelas atas hanya menyajikan daging dan telur ayam organik sebagai salah satu cara promosi dan penjaminan kualitas restorannya.
Kepercayaan konsumen memang telah dikhianati oleh perusahaan yang ingin mengambil untung banyak. Diduga kasus ini merupakan fenomena gunung es dimana kemungkinan besar akan banyak ditemukan penipuan konsumen sejenis ini.