Mari kita beralih sejenak dari gonjang ganjing misteri pembunuhan Mirna yang melibatkan sianida ke topik yang hampir sama namun dalam skala lebih besar dan terjadi pada masa lalu.
Minggu ini tim peneliti gabungan dari Australia, Inggris dan Kenya mempublikasikan hasil temuannya di jurnal ilmiah Nature yang merupakan salah satu jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia.
Hasil temuan yang dipublikasikan ini dianggap sangat signifikan dalam menjelaskan sejarah peradaban manusia termasuk di dalamnya perang. Temuan ini bermula ketika pada tahun 2009 para peneliti menemukan berbagai alat dan juga perabotan sederhana di sekitar danau Turkuna, Kenya yang kini telah mengering. Selanjutnya pada tahun 2012 ditemukan tulang belulang manusia dan puncaknya pada tahun 2013 di pinggiran barat danau ditemukan 27 kerangka manusia, termasuk di dalamnya 12 kerangka utuh yang terkubur dengan baik dalam endapan danau yang telah mengering tersebut.
Hal yang paling menarik dari temuan para peneliti ini adalah kondisi kerangka yang mereka temukan menggambarkan cara orang tersebut meninggal. Dengan menggunkaan teknologi anthropologi forensik modern peneliti dapat mengamati kondisi kerangka ini dan menyimpulkan bahwa kemungkinan temuan ini merupakan korban peperangan pertama di dunia yang terjadi 10.000 tahun yang lalu.
Distribusi temuan tengkorak di danau Turkina. Sumber
Pengamatan fisik kerangka menunjukkan bahwa ke 27 orang ini merupakan korban keganasan perang saat itu karena pada kerangka terdapat tanda-tanda seperti kepala yang remuk karena hantaman batu, luka tombak dan juga ada kerangka yang ditemukan dalam keadaan duduk dengan kaki dan tangan diikat yang mengalami kekerasan fisik.
Tidak hanya sampai di situ ternyata korban ini tidak hanya laki-laki saja, namun juga setengahnya adalah wanita. Bahkan kondisi kerangka salah satu korban wanita menggambarkan bagaimana saat saat akhir hidupnya yaitu dipanah dan ditombak dikepalanya dan juga lututnya hancur dipukul dengan benda keras.
Temuan ini tentu saja akan mengubah tulisan sejarah terkait peradaban manusia kuno, dimana sampai saat ini dipercaya bahwa peperangan pertama terjadi pada tahun 6000 BC atau sekitar 8000 tahun lalu yang mengambarkan konflik masyarakat saat itu yang memicu peperangan dan pembunuhan masal.
Temuan ini membuktikan bahwa masyarakat saat itu sudah mengenal pertanian (ditunjukkan dengan temuan peralatan dan keramik di sekitar danau) kemungkinan terlibat konflik akibat perebutan wilayah, perempuan dan juga sumber makanan. Hal ini sangat menarik karena kondisi ini bertolak belakang dengan ciri masyarakat pertanian kuno yang dipercaya solidaritas kelompoknya sangat kuat.
Pada saat itu masyarakat Turkuna umumnya berburu, menangkap ikan dan juga bertani secara sederhana, hidup berkelompok dengan jumlah sekitar 25-30 orang,. Dalam mempertahankan pertanian sederhananya mereka diduga sangat defensif terhadap wilayahnya mengingat lahan adalah sumber makanan mereka.
Dari bekas luka di tengkorak mereka yang salah satunya diakibatkan oleh anak panah, diduga kelompok orang yang menyerang mereka berasal dari luar kelompok mengingat di masyarakat tersebut tidak digunakan panah.
Tidak pelak lagi temuan ini memberikan gambaran pada kita bahwa perkembangan budaya manusia kuno diiringi dengan konflik. Konfilk antar manusia secara berkelompok berdasarkan temuan ini telah terjadi 10.000 tahun yang lalu dimana kehidupan manusia saat itu masih primitif.
Asal usul perang dalam peradaban manusia memang telah menjadi perdebatan lama seperti misalnya antara filosof Jean-Jacques Rousseau dan Thomas Hobbes. Namun paling tidak temuan ini menggambarkan bahwa di masyarakat kunopun konflik dalam bentuk perang sudah terjadi dengan alasan yang berbeda.
Sebagai perbandingan perang terjadi juga di kelompok chimpanzee yang sering melakukan serangan berkelompok terhadap musuknya untuk mempertahankan wilayahnya. Bahkan di era masyarakat modern dimana masyarakatnya hidup berkelompok dan berburu di hutan amazon sering terlibat konflik dan perang dengan tetangga yang tinggal di desa yang berdekatan.
Dari temuan ini timbul pertanyaan mendasar, apakah manusia itu aslinya memang jahat dan brutal? Para anthropology memiliki argumentasi bahwa konflik dan perang mulai muncul di masarakat yang sudah komplek dimana terjadi hirarki kekuasaan dan meningkatnya pengaruh dan kekuasaan. Namun perang yang terjadi pada masyarakat pertanian kuno memberikan sisi pandangan lain dimana konflik dan perang tidak terkait dengan politik dan kekuasaan melainkan terkait dengan menjaga sumber pangan seperti ternak dan pertanian.
Ilustrasi judul. Salah satu kondisi tengkorak yang menunjukkan korban adalah korban keganasan perang. Sumber
Rujukan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H