Baru saja pihak kepolisian mengumumkan bahwa berdasarkan hasil uji di puslabfor Mabes Polri memang benar ada sianida bahan kimia yang bersifat racun yang ada di sampel es kopi yang diminum Mirna yang dapat dipastikan sebagai penyebab kematiannya. Sianida tersebut ada dalam kopi dan juga di dalam lambung Mirna yang telah diotopsi (sumber).
Namun hal yang sangat mengejutkan bahwa kandungan sianida dalam kopi mencapai 15 gram per liter. Jumlah ini memang dapat dikatakan sangat sangat berlebihan karena dengan dosis yang sudah dapat dianggap mematikan jika dikonsumsi hanya 90 mg per liter. Hal ini berarti kandungan sianida dalam kopi tersebut 166,67 kali lebih tinggi dari dosis yang mematikan.
Mungkin supaya dapat lurus intrepetasinya lebih baik kita menggunakan satuan part per million atau ppm dalam membahas hal ini karena istilah satuan inilah yang paling tepat. Untuk memudahkan kita mengerti satuan ini kita bayangkan saja persen yang artinya 100. Jadi part per million tersebut berarti ada kandungan bahan kimia 1 miligram (mg) per liter air (mg/l) jadi kalau ada arsenik 15 gram berarti kadar sianida dalam kopi tersebut adalah 15 gram per liter kopi.
Paling tidak ada tiga kemungkinan terkait dosis yang sianida yang baru diumumkan oleh pihak kepolisian ini. Ketika kemungkinan tersebut adalah dbb:
Pertama kasus ini merupakan kasus bunuh diri dimana korban ingin mati secara cepat. Tapi bukti di lapangan tampaknya mengesampingkan kemungkinan ini karena sianida bukanlah bahan kimia yang dijual bebas artinya kalau kita membeli sianida di toko bahan kimia harus menunjukkan untuk keperluan apa bahan tersebut dan juga harus ditunjang dengan surat yang mendukungnya, misalnya untuk penelitian dll. Disamping itu dari pemberitaan disebutkanbahwa ketika minum korban mengeluhkan kopi yang sudah tersedia sebelum korban tiba di lokasi terasa tidak enak dan aneh. Selain itu bunuh diri di tempat umum memang sangat jarang terjadi.
Kemungkinan kedua adalah memang kasus pembunuhan namun si pelaku benar benar orang awam yang tidak mengetahui karakteristik sianida dan hanya tau sianida itu racun yang dapat mematikan. Artinya walaupun sangat sulit, diduga pembunuh berhasil membeli sianida di pasaran ataupun kemungkinan lain pelaku pekerjaaannya terkait dengan bahan kimia. Artinya dengan ketidaktahuannya, pembunuh mencampurkan sianida dalam jumlah yang sangat besar dan sangat berlebihan.
Kemungkinan ketiga memang si pembunuh benar-benar menghendaki kematian korban, artinya dosis yang sangat-sangat tinggi ini si pembunuh ingin melihat korban mati seketika. Pengetahuan si pembunuh terkait sianida dianggap cukup karena karakteristik sianida yang dapat larut dalam air sekalipun dingin, sehingga dia sangat yakin dengan mencampurkan sianida ke dalam minuman racun ini akan bercampur secara baik dengan minuman akan mematikan korban dalam waktu singkat walaupun korban mencurigai rasanya yang aneh.
Sebagai perbandingan kita ambil contoh dua kematian tokoh yang dibunuh dengan menggunakan racun dan bahan kimia yang berbeda yaitu kasus kematian Munir dan Yasser Arafat. Dengan membandingkan ini kita dapat melihat tingkat kerumitan dan kecerdasan pembunuhnya.
Dalam kasus kematian Munir, fakta-fakta dan hasil otopsi yang dilakukan oleh ahli forensik Mun’im racun yang digunakan adalah arsenik. Jelas karakteristik kematian orang yang terkena racun ini berbeda dengan sianida. Gejala yang ditimbulkan akibat kerja arsenik ini baru muncul 30 menit kemudian. Oleh sebab itu, setelah mengkonsumsi racun tersebut, Munir baru meninggal ketika pesawat berada di langit Rumania. Disamping itu arsenik berdasarkan karakteristiknya jika dicampur dengan air dingin akan mengendap. Jadi Jadi berdasarkan temuan dan karakteristik racun arsenik inilah kemudian dapat ditelusuri jenis minuman, kronologis kematian Munir dan dapat diperkirakan dimana Munir mulai diracun.
Dalam kasus kematian Yasser Arafat pimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) kita dapat melihat karakteristik pembunuhan yang sangat berbeda. Hasil penyelidikan yang panjang menunjukkan bahwa Yasser Arafat dibunuh secara perlahan dengan polonium, bahan radioaktif yang sama yang digunakan untuk membunuh Kepala Intelejen Gaza saat itu Moussa Arafat yang juga masih saudaranya Yasser Arafat. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa polonium-210 yang merupakan radioaktif ditemukan pada baju dan barang-barang milik Yasser Arafat dengan kadar yang tinggi jauh di atas ambang batas kandungan yang ada di alam.
Jadi dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa Yasser Arafat memang dibunuh namun dengan cara yang sangat cerdik dan cerdik dengan menaruh bahan radioaktif ini di barang barang keperluan sehari Yasser Arafat. Dengan cara ini secara perlahan namun pasti radioaktif tersebut mengkotaminasi tubuh Yasser Arafat sehingga secara perlahan dalam waktu lama namun pasti dan menyebabkan kematiannya. Cara pembunuhan Yasser Afarat ini memang tergolong tingkat tinggi dan tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang awam.
Kini penyebab kematian Mirna sudah dapat dipastikan karena bahan kimia beracun siania. Dengan dipastikan penyebab kematian ini diharapkan akan memudahkan pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut yang lebih terarah terkait motif kematian ini. Jika mengarah kepembunuhan diharapkan dalam waktu singkat polisi akan berhasil mengungkap dan menangkap pelakunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H