Perusahaan obat obatan raksasa perancis, Sanofi Pasteur mengumumkan bahwa produksi terbaru vaksin nya yaitu Dengvaxia yang didesign khusus untuk menanggulangi penyakit demam berdarah telah mendapat lampu hijau dari pihak otoritas kesehatan untuk memasarkan produknya mulai Januari 2016.
Vaksin demam berdarah yang sudah dinanti nantikan oleh dunia ini diprediksi akan berdampak besar bagi kesehatan masyarakat dunia terutama di negara-negara yang selama ini menjadi tempat penyebaran demam bardarah endemik.
Dalam mengembangkan vaksin ini, Sanofi Pasteur telah melakukan 3 fase pengembangan uji klinisnya yang kesemuanya dilakukan di Philipina, yaitu di kota metropolitan Manila, Cebu dan wilayah pedesaan lainnya. Dalam uji klinis ini, vaksin diuji keamanannya, efektivitas serta efikasi nya.
Vaksin ini didesign untuk mengatasi 4 macam strain demam berdarah yang umumnya menyerang populasi dunia. Selain Philipina terdapat 20 negara lainnya baik di Asia maupun di Amerika latin yang sedang mengevaluasi vaksin ini.
Walaupun saat ini Philipina sudah melakukan pengujian namun penggunaan secara masal vaksin ini masih menunggu petunjuk teknis dan rekomendasi dari WHO. Saat ini WHO mengkategorikan penyakit demam berdarah yang menular melalui gigitan nyamuk ini sebagai penyakit yang paling pesat penyebarannya, dimana kasusnya meningkat 30 kali dalam kurun waktu 50 tahun. Jika penyebaran penyakit ini tidak segera diatasi maka demam berdarah akan mengancam 67 juta penduduk di Asia.
Â
Penyakit ini berkembang pesat dari hanya menjangkiti 9 negara, sekarang telah berkembang di 100 negara. Jika nantinya penggunaan vaksin ini secara intensif dilakukan di Asia, maka WHO memperkirakan sudah penemuan ini paling tidak dapat mengatasi 70% masalah demam berdarah dunia.
Dengvaxia merupakan vaksin demam berdarah pertama yang disetujui penggunaannya di Asia, setelah sebelumnya Mexico merupakan negara pertama yang menyetujuinya.
Apabila vaksin demam berdarah ini telah disetujui penggunaanya secara luas, maka pada tahun 2018-2019, Sanofi sebagai perusahaan yang mengembangkan vaksin ini akan mendapatkan penghasilan sebesar US$1 milyar setiap tahunnya dari hasil penjualan Dengvaxia ini. Biaya pengembangan dan penelitian vaksin ini selama 20 tahun terakhir ini mencapai US$1,6 milyar yang melibatkan 25 pengujian klinis dengan total relawan untuk dijadikan objek uji klinis mencapai 20 ribu orang.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami permasalahan demam beradarah ini tentu saja akan mendapatkan manfaat besar dari penemuan vaksin demam berdarah ini. Rasa was-was dan khawatir mewabahnya demam beradarah ini terutama pada saat pergantian musim paling tidak dapat dikurangi dengan melakukan vaksinasi terhadap kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua.
Dalam mengantisipasi penggunaan vaksin ini diharapkan pemerintah dapat memanfaatkan vaksin ini sebagai salah satu cara penanggulangan penyakit demam berdarah di indonesia. Mengingat seringkali penyakit demam berdarah ini merupakan kejadian yang luar biasa mungkin pada tahap awal pemerintah perlu membuat program vaksinasi demam berdarah di daerah-daerah endemik melalui program prioritas, terutama bagi kelompak masyarakat yang rentan dan kurang mampu.
Sumber :
Sumber ilustrasi
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H