Kekeringan ekstrim yang diakibatkan oleh El Nino memang merupakan salah satu penyebab merebaknya titik-titik api, namun ulah manusia dianggap merupakan penyebab utamanya.
Bencana kabut asap ini memang tergantung dari banyak hal seperti misalnya pola cuaca, namun intinya sangat tergantung pada reaksi dan kerjasama pemerintah, perusahaan dan masyarakat dalam mengelola lahan. Oleh sebab itu, sikap tegas pemerintah terhadap pelaku pembakar lahan illegal ini sangat diperlukan dalam mengansitipasi dan mengatasi bencana asap ini.
Menurut pakar lingkungan internasional, disamping masalah penegakan hukum, Indonesia perlu melakukan pemetaan lahan secara menyeluruh dan juga kepemilikan lahan dan tanggungjawab pengelola lahan.
Monitoring dengan menggunakan satelit memungkinkan pemerintah mendapatkan data dan situasi lahan secara real time, sehingga jika ada sumber api dapat terdeteksi dengan cepat dan dapat segera diatasi sebelum membesar.
Tidak dapat dipungkiri lagi, menurut pakar lingkungan dari CIFOR bencana asap ini memang yang terburuk sejak tahun 1997. Ketahanan lingkungan saat ini lebih buruk jika dibandingkan dengan tahun 1997. Deforestasi dan degradari hutan telah menurunkan daya adaptasi kapasitas ekosistem terhadap bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia.
Langkah Indonesia dalam menanggulangi kabut asap ini memang sudah diapresiasi oleh negara tetangga walaupun dinilai masih belum cukup. Upaya pemadaman api dan hutan buatan serta penegakan hukum bagi para pelaku pembakaran illegal ini dianggap merupakan langkah tepat yang telah diambil oleh pemerintah Indonesia.
Jika kita berbicara masalah kawasan regional maka tentu saja semua negara yang berada di kawasan ini perlu melakukan kerjasama yang optimal dalam menjaga kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan yang sehat dan baik tentu saja akan memberikan manfaat bersama, namun sebaliknya bencana di salah satu negara di wilayah ini dapat menjadi benacana bagi kawasan.
Sumber: http://www.scidev.net