Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola

Prinsip "Tijitibeh" Sepp Blatter

29 Oktober 2015   08:22 Diperbarui: 29 Oktober 2015   09:16 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perseteruan Blatter - Platini makin memanas. Photo: http://images.performgroup.com

Tampaknya Sepp Blatter tidak rela kalau Michael Platini yang dulu mitra dekatnya mencalonkan diri dalam ajang pemilihan presiden FIFA mendatang. Sepp Baltter memang sudah terlanjur basah. Ketidakrelaan Blatter ini terlihat dari hasil wawancaranya kepada kantor berita Rusia TASS baru-baru ini yang isinya yang menyerang habis-babisan Platini. Tampaknya prinsip bumi hangus atau mati siji mati kabeh (tijitibeh) sedang diterapkannya untuk menggagalkan Platini dalam pemilihan nanti.

Saat ini memang baik Blatter maupun Platini sedang menjalani sangsi selama 90 hari dari Komisi Etik FIFA yang sedang menyelidiki pembayaran Blatter sebesar AU$2,8 juta kepada Platini. Kasus ini merupakan bagian dari penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas Swiss.

Dalam wawancara tersebut Blatter mengatakan bahwa dialah yang merencanakan Rusia dan Amerika menjadi tuan rumah piala dunia tahun 2018 dan 2022, namun Platini menukanginya sehingga Qatar menang.

Sepp Blatter ketika diwanwancarai kantor berita Rusia TASS. Dia mengatalan :"I am a ball in the big political power game of Russia and the US". Photo: TASS

Blatter juga mengatakan bahwa dirinya menginginkan kedua kejuaraan besar ini jatuh ke 2 kekuatan politik besar dunia yaitu Rusia dan Amerika. Blatter menggambarkan voting ganda untuk menentukan tuan rumah piala dunia yang dilakukan pada tahun 2010 tersebut sebagai katalis untuk mengatasi krisis di badan sepak bola dunia ini.

Peristiwa inilah yang memicu skandal terbesar yang pernah melanda FIFA, dimana 14 official dan juga staf eksekutif pemasaran diselidiki keterlibatannya oleh US Department of Justice in May for bribery, money laundering, demikian juga dengan kasus penyuapan yang terjadi di tubuh FIFA

Kepada kantor berita TASS Blatter menyatakan bahwa awalnya dia dan Platini yang membuat keputusan tersebut. “untuk kejuaraan dunia telah disepakati akan jatuh ke Rusia (2018) dan untuk tahun 2022 kembali ke Amerika” ujarnya.

Stadium Luzhniki Arena stadium di  Moscow yang akan menjadi tempat final kejuaraan piala dunia 2018. Photo: TASS/Sergei Fadeichev

Blatter lebih lanjut mengatakan bahwa dia telah ditipu oleh Platini yang karena ada tekanan presiden asosiasi sepakbola Perancis yaitu Presiden Nicholas Sarkozy sehingga menyebabkan kesepakatan tersebut dibelokkan ke Qatar.

Blatter juga mengungkapkan adanya acara makan siang antara Platini dan senior officer Qatar dan juga Presiden Nicolas Sarkozy yang menyebabkan mengubah pendirian presiden UEFA.

Dia mengungkapkan telah terjadi juga pemungutan suara secara rahasia, 4 pemilih dari Eropa yang berpaling tidak memilih Amerika jika Amerika akan diberikan jatah menjadi tuan rumah. “sepakbola adalah permainan kekuatan politik” ujarnya.

“pada awalnya peseturan kami hanya menyangkut masalah pribadi saja, …itu antara saya dan Platini”....”Dialah yang memulai duluan, namun persetruan ini berkembang ke arah politik”…”dan ketika sudah menyangkut masalah politik, perseteruan ini tidak lagi menjadi perseturan saya dan Platini, namun kini menyangkut pihak-pihak yang kalah dalam pemilihan tuan rumah kejuaran dunia sepakbola.” Ujarnya.

“terlepas dari kekecewaan Inggris yang kalah dari Rusia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan tahun 2018, terpilihnya Rusia tidak ada masalah sampai saat ini. Rusia di bawah Presiden Putin menyiapkan kejuaraan ini dengan sangat baik” ujarnya membela terpilihnya Rusia.

Kemesraan mereka berdua kini tinggal kenangan. Photo: http://staticf5a.diaadia.info

Blatter mengatakan bahwa dia menyesal tidak mengundurkan diri pada thun 2014 seperti yang telah direncanakannya. Dia melihat adanya kecemburuan pada keberhasilan komersialisasi FIFA dan membantah krisis yang melanda FIFA ini akibat tidak terpilihnya Amerika.
Blatter mengatakan dia menghormati keputusan komisi etik FIFA yang menghukumnya sehinga menyebabkan media menekannya dan berakibat poengunduran dirinya. Dia mengatakan sayangnya Platini berada dalam perahu yang sama. Pada kongres FIFA yang akan diselenggrakan tanggal 26 Februari mendatang dia bertekad akan membersihkan namanya.

Sepakbola kini tidak murni lagi sebagai olah raga namun sudah dicampuri oleh urusan politik. Akankah pencalonan Platini tersandung pengakuan Blatter yang disampaikan secara terbuka ini? Kita tunggu saja pada pemilihan presiden FIFA yang direncanakan akan diselenggarakan pada tanggal 26 Febbruari mendatang.

Sumber : Reuters

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun