Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menguak Misteri 24 Jam Menjelang Kematian Robin Williams

16 Oktober 2015   05:36 Diperbarui: 16 Oktober 2015   15:24 2409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robin Williams berperan sebagai DJ di film Good Morning Vietnam. Photo: http://www.dailymail.co.uk

Siapa yang tidak kenal dengan Robin Williams? Aktor dan pelawak serba bisa ini masuk dalam jajaran selebriti Hollywood papan atas. Aktor yang sukses membintangi film God morning Vietnam dengan dihiasi dengan lagu lagendaris Louis Armstrong dan juga Mrs Doubtfire tersebut kini telah tiada. Namun apa yang melatarbelakangi aktor terkenal ini melakukan bunuh diri menarik perhatian ahli psikologis dan pathologis untuk menguaknya.

Dr Richard Shepherd seorang ahli pathologis yang juga terlibat dalam menguak misteri kematian Michael Jackson dan Elvis Presley baru-baru ini menguak misteri apa yang melatar belakangi mengapa aktor terkenal ini melakukan bunuh diri. Hasil autopsy 24 jam terakhir kehidupan aktor ini dan juga penyakit yang merundung aktor terkenal ini didokumentasikan dalam serial TV yang ditayangkan di Inggris dan di Australia.

Apa yang dilakukan Robin Williams 24 jam sebelum kematiannya memang sangat mengharukan. Berdasarkan penjelasan istrinya aktor ini memperlihatkan kelakuaan yang aneh yang mengidikasikan bahwa mengalami undiagnosed dimensia. Kondisi ini menyebabkan aktor ini mengalami susah tidur, gelisah dan cenderung paranoid. Sang istri menceritakan bahwa sebelum kematiannya aktor ini mengumpulkan perhiasan dan jam koleksinya dan measukkannya ke dalam kaos kaki untuk disampaikan kepada temannya agar disimpan dan diamankan.

Selanjutnya selama 24 jam menjelang kematiannya dia aktif di internet untuk mencari obat secara online. Apa yang dilakukannya ini mengidikasikan bahwa Robin Williams menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya.

Hasil analisa post-mortem belakangan mengungkap bahwa aktor yang berumur 63 tahun ini menderita Lewy body demensia, yaitu suatu kondisi yang memicu kelakuan anehnya. Menurut Dr. Richard Shepherd, dimensia yang dialami oleh aktor inilah yang menyebabkan aktor ini mengalami paranoid. Kesulitan tidur dan juga gelisah dan juga fase kebingungan serta kerancuan dalam mengambil keputusan diduga terkait dengan kelainan yang dialami aktor ini. Sebelumnya aktor ini memang sudah didiagnosa menderita penyakit Parkinson.

Berbagai kombinasi kondisi fisik dan kejiwaan yang dialami oleh aktor ini akhirnya memicu tindakan bunuh diri yang dilakukannya pada bulan Agustus 2014 lalu. Kematian Robin Williams memang menghebohkan dunia sekaligus meninggalkan kesedihan bagi penggemarnya.
Lower body dementia merupakan bentuk umum dari dementia yang diderita oleh 1,3 juta orang di Amerika Serikat. Penyakit ini terkait dengan abnormalitas deposit mikroskopik yang merusak otak secara bertahap.

Penyakit ini diambil dari nama seorang ahli syaraf yang menemukan kelainan ini pada awal tahun 1900 an yang bernama Frederick H. Lewy. Kondisi ini berdampak pada penurunan daya pikir, rasionalitas dan kemandirian. Seperti halnya dengan orang yang menderita Parkinson, penderita dapat mengalami kesulitan mengontrol motorik, otot dan cara berjalan.

Penderita kelainan ini juga dapat mengalami halusinasi yang terkait dengan benda, orang dan juga binatang. Kelainan ini juga terkait dengan penyakit Alzheimer yang umum diderita orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Disamping gejala yang telah disebutkan di atas, kelaianan ini juga menyebabkan penderitanya mengalami kebingungan dan kehilangan ingatannya.

Ahli psikologi Anjula Mutanda menjelaskan bahwa Robin Williams kemungkinan merasakan dirinya dalam ancaman. Orang yang mengalami paranoid biasanya merasa bahwa dirinya ada dalam bahaya dan ancaman.

Bersamaan dengan ditemukannya mayat Robin Williams, juga ditemukan sebotol quetiapine di tempat tidurnya. Quetiapine adalah obat keras untuk melakukan terapi terhadap kelainan bipolar dan schizophrenia. Obat yang diberikan dokter seminggu sebelum kematiannya ini mengindikasikan bahwa gejala-gejala penyakit yang dialaminya kemungkinan mengalami perubahan.

Satu bulan sebelum kematiannya, Robin Williams tercatat melakukan rehabilitasi untuk menjaga komitmennya untuk tetap bersih dari narkoba. Hasil penyelidikan juga menunjukkan tidak ada indikasi bahwa minuman dan narkoba menjadi pemicu depresinya yang menyebabkan kematiannya.

Hasil analisa darah mengidikasikan bahwa dalam kurun waktu 24 jam menjelang kematiannya, aktor ini tidak mengkonsumsi kokain atau alkohol. Tidak ada tanda-tanda kerusakan hari akibat kecanduan minuman.

Laporan pemeriksaan toksikologi mengindikasikan adanya penggunaan obat mirtazapine yang biasa digunakan untuk mengobati depresi. Disamping itu ditemukan juga adanya levodopa dalam sistem tubuhnya, yaitu obat yang biasanya digunakan untuk menangani penyakit Parkinson.

Robin Williams memang kini telah tiada, namun canda dan kejeniusannya dalam berakting tentunya akan mencatat dirinya sebagai pelawak dan aktor yang akan selalu dikenang. Photo: http://www.dailymail.co.uk

 

Sumber : www.dailymail.co.u, Channel 7.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun