Adam Goodes bintang rugby ketika menunjuk ke arah suara yang menriakkan kata "monyet" untuk dirinya. Photo :adelaidenow.com.au
Adam Goodes merupakan salah seorang pemain Australian Football League (AFL, rugby versi Australia) ternama yang sangat menonjol dan berpestasi ini kini sedang menjadi pusat perhatian dan pemberitaan di Australia. Ada dua hal yang membuat Adam menjadi pemberitaan nasional, pertama dia adalah seorang Aborigin dan kedua adalah aksi rasisme yang ditunjukkan oleh penonton yang sudah tidak dapat ditolelirnya lagi.
Adam merupakan salah satu dari hanya sangat sedikit aAborigin Australia yang memiliki prestasi yang membanggakan, dia adalah bintang di lapangan di berbagai pertandingan rugby yang sangat digemari masyarakat Australia. Adam bahkan mendapat penghargaan sebagai Australian of the year karena prestasinya yang sangat menonjol.
Bagi masyarakat Aborigin tentunya Adam merupakan pujaan sekaligus pahlawan. Tidak hanya itu Adam dianggap sebagai “suara” masyarakat Aborigin yang selama ini tidak dapat dipungkiri memang terkesampingkan dibandingkan dengan masyakarat lainnya di Australia. Tingkat kesejahteraan masyarakat Aborigin memang masih di bawah masayakat lainnya. Bahkan salah seorang Jurnalis dari masyarakat Aborigin ternama Stan Grant menyatakan bahwa Adam adalah symbol ketidakadilan perlakukan yang diterima oleh masyarakat Aborigin. Menurutnya masyarakat Australia sering kali tidak dapat merasakan bagaimana pedihnya sebagai masyarakat yang terkesampingkan. Perjuangan hidup kesaharian bahkan sampai pada tahap paling dasar yaitu berpikir setiap harinya untuk mendapatkan makan dan bagaimana mendapatkan pakaian dari yayasan sosial karena tidak mampu membelinya.
Kontroversi kisah rasisme yang menimpa Adam bermula ketika pada salah satu pertandingan dimana dia sedang beraksi, dia mendengar penonton meneriakkan kata “monyet” kepadanya. Ketika dia menoleh dan menunjuk ke arah suara tersebut ternyata kata-kata itu keluar dari mulut seorang gadis berumur 13 tahun.
Atas peristiwa tersebut dia memberi tahu pihak keamanan pertandingan bahwa kata kata rasisme yang diteriakkan oleh gadis tersebut sangat menyakitkan. Sebagai reaksi dari kejadian tersebut pihak keamanan mengamankan gadis tersebut dan menanyakan apakah Adam ingin menempuh jalur hukum atas perkataan rasis yang dikeluarkan oleh gadis tersebut.
Adam memang sangat terpukul ketika melihat kenyataan bahwa kata-kata rasis itu keluar dari seorang gadis belia. Dia tidak ingin menempuh jalur hukum, karena menganggap gadis tersebut belum mengetahui apa yang dia lakukan dan dia menganggap hal ini terjadi karena pengaruh rasisme yang tumbuh di masyarakat. Kepada gadis kecil itu Adam mengatakan memanggil dirinya dengan nama akan menjadikan dia lebih bahagia.
Sejak kejadian tersebut para penonton terutama lawan tanding klubnya seringkali meneriakkan kata-kata ejekan setiap kali dia menerima dan menggiring bola. Tingkah laku penonton yang sudah menjurus ke arah ketidaksenangan kepada Adam memuncak ketika pada salah satu pertandingan Adam merayakan gol nya dengan tarian perang tradisional Aborigin. Menanggapi kritikan tajam terhadap tindakan yang dilakukannya, Adam menyatakan bahwa dia sebagai Aborigin ingin menunjukan identitas budaya darimana dirinya berasal. Adam berargumentasi bahwa apa yang dilakukan di lapangan dengan memperagakan tari perang sama halnya dengan tim rugby New Zealand yang setiap kali sebelum memulai pertandingan melakukan tari perang tradisional suku Maori yang dinamakan Haka.