Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Belajar Bersahabat dengan Bakteri "Baik"

30 Juli 2015   04:48 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:52 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keimbangan bakteri dalam sistem pencernaan akan menentukan status kesehatan anda. Ilustrasi : psychneuro.wordpress.com

Tahukah anda bahwa dalam sistem pencernaan kita paling tidak ada sekitar 100 trilyun bakteri yang tinggal di sana? Jika dulu kebanyakan orang berpendapat bahwa bakteri itu konotasinya sangat jahat dan dapat membunuh anda, maka kini pandangan tersebut sudah mulai bergeser, karena dari bakteri sebanyak itu terdapat bakteri jenis “baik” yang justru jika dikelola dengan baik akan meningkatkan kesehatan kita dan juga menjaga kestabilan berat badan kita.

Keberadaan bakteri “jahat” dan bakteri “baik” di dalam sistem pencernaan kita dapat diibaratkan sebagai  sebuah ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya. Jika proporsi bakteri “jahat” dan bakteri “baik” dapat dijaga dalam kondisi equilibrium, maka akan berdampak baik bagi kesehatan kita. Jadi, kalau diibaratkan  sebuah kebun, kita harus menjaga kesimbangan antara gulma dan tanaman berbunga agar kebun tersebut terlihat  indah dan bermanfaat.

Mikroflora bakteri dalam sistem pencernaan kita. Sumber: sciprose.blogspot.com.au

Kembali kepada topik perbakterian, Jenis dan kualitas bakteri dalam pencernaan kita tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik saja namun juga dipengaruhi oleh jenis makanan dan minuman yang kita konsumsi dan juga kualitas hidup yang kita jalani.

Keseimbangan bakteri “jahat” dan “baik” di dalam pencernaan kita sangat tergantung pada jenis makanan dan minuman yang kita konsumsi, status kesehatan kita (apakah kita sedang sakit atau sehat). Jika ada gangguan sedikit saja maka akan menyebabkan ketidak seimbangan kedua jenis bakteri ini dan mengakibatkan kita mengalami masalah kesehatan.

Dalam saluran pencernaan bakteri "baik" dan bakteri "jahat" hidup bersama. ilustrasi : www.sciencenews.org

Salah satu contoh yang menarik adalah ketika tahun lalu Tim Spector professor genetik dan epidemiologi dari King College London dan Ruth Ley associate professor dari Cornell University berhasil mengidentifikasi keluarga  bakteri yang dinamakan Christensenellaceae yang tergolong dalam bakteri “baik” yang bertanggungjawab dan menyebabkan orang tetap langsing. Jika di dalam tubuh jumlah bakteri jenis  ini tinggi, maka orang tersebut berat badannya relatif konstan dengan fluktuasi turun naiknya berat badan sedikit saja.

Interaksi bakteri "baik" dan "buruk" dengan tubuh kita di dalam saluran pencernaan. Ilustrasi: www.sciencenews.org

Seperti yang telah disinggung  di atas bahwa jenis makanan dan minuman sangat berpengaruh terhadap keseimbangan bakteri ini, sehingga tidak heran ada ungkapan bahwa jika ingin melihat kualitas kesehatan seseorang, maka perhatikanlah jenis makanan yang dikonsumsinya.

Meminum teh hijau misalnya akan baik bagi pertumbuhan populasi bakteri “baik”, sedangkan minum teh biasa tidak berpengaruh pada bakteri ini. Kurangnya variasi makanan kita akan menyebabkan menurunnya populasi bakteri jenis dan jumlah bakteri baik ini secara drastis. Oleh sebab itu sangat dianjurkan bagi kita untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung serat tinggi.

Antibiotik juga merupakan faktor penting dalam menentukan keragaman bakteri dalam saluran pencernaan kita. Penggunaan antibiotik secara sembarangan justru berdampak buruk bagi kesehatan kita, karena salah satu efeknya adalah menurunkan jumlah bakteri “baik” secara drastis dengan cara membunuhnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi junk food sangat buruk pengaruhnya bagi keseimbangan bakteri dalam pencernaan kita. Orang yang mengkonsumsi junk food selama 10 hari terus menerus berakibat peningkatan bobot badan sebanayk 2 kg. Tidak hanya itu saja, mengkonsumsi junk food selama itu berdampak pada perubahan drastis ekosistem bakteri dalam pencernaan, yaitu hilangnya sebanyak 1400 spesies bakteri dalam pencernaan kita yaitu hampir 40% dari jenis bakteri yang ada. Walaupun telah berhenti mengkonsumsi junk food selama 14 hari, keragaman bakteri dalam saluran pencernaan belum dapat pulih  kondisinya seperti sebelum mengkonsumsi junk food.

Mengkonsumsi junk food disamping akan meningkatkan bobot badan juga akan  menurunkan keragaman bakteri dalam pencernaan secara drastis. Ilustrasi : www.craigbailey.net

Untuk meningkatkan jumlah bateri “baik” dalam saluran pencernaan, kita dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung banyak inulin, seperti misalnya  bawang merah, bawang putih, pisang dan asparagus. Disamping itu kita dianjurkan untuk mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung serat tidak larut seperti biji-bijian dan advokat.

Jenis makanan fermentasi (kecuali cuka), juga sangat baik bagi pertumbuhan bakteri “baik” dalam saluran pencernaan kita. Oleh sebab itu, perbanyaklah mengkonsumsi makanan fermentasi seperti keju, teh kombucha, yoghurt dan tempe.

Jadi pada intinya jika kita ingin menjaga keimbangan bakteri dalam saluran pencernaan kita maka perluaslah variasi jenis makanan yang kita konsumsi. Bakteri dalam pencernaan kita sangat tergantung pada makanan yang masuk ke dalam tubuh kita sebagai sumber serat dan energi untuk menghasilkan berbagai bahan kimia yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita dan juga memberikan manfaat lainnya.

Melalui pola makan yang sehat, bakteri “baik” dalam tubuh kita akan turut memelihara kesehatan kita dan tentunya juga menjaga kestabilan berat badan kita.

Sumber: The Diet Myth: The Real Science Behind What We Eat

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun