Ketua HIPMI Bahlil tengah membakar semangat pemuda Indonesia yang sedang studi di Australia untuk menjadi pengusaha. Foto: Erwin Renaldi
Ketika Ketua HIPMI memberikan “wejangan” kepada para pemuda dan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikannya di Australia di RMIT Melbourne beberapa waktu lalu, beliau mengajak mereka untuk berani terjun ke dunia wirausaha karena memang saat ini Indonesia membutuhkan kurang lebih 1,8 juta wirausaha baru untuk lebih mempercepat perputaran roda perekonomian Indonesia. Generasi mudalah yang sangat diharapkan untuk mengisi kekosongan ini. Bahkan beliau secara khusus menawarkan bantuannya bagi yang tertarik untuk memuliai bisnisnya setelah usai menyelesaikan studinya. Begitu juga ketika almarhum Bob Sadino yang dalam setiap kesempatan membakar semangat setiap orang untuk mengikuti jejaknya dan mendorong keberanian untuk menjadi wirausaha.
Pertanyaan yang muncul sekarang mengapa walaupun telah dibakar semangatnya sedemikian rupa dan sudah banyak melihat contoh nyata pengusaha sukses, masih banyak orang terutama generasi muda enggan masuk ke dalam dunia ini?
Keberanian memasuki belantara dunia wirausaha tidak lepas dari empat faktor utama yaitu (1) Keberanian mengambil resiko, (2) networking, (3) kemampuan untuk mengakses modal, dan (4) peraturan pemerintah yang mendukungnya. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak kaum muda yang sudah mencoba masuk ke dalam belantara dunia wirausaha ini, namun hanya sedikit yang dapat mencapai puncak keberhasilan. Banyak diantaranya jatuh bangun dan akhirnya kapok untuk mencobanya kembali.
Secara genetik memang tidak semua orang memiliki kemampuan dan keberanian yang sama untuk mengambil resiko, bahkan seperti hal nya hukum alam kurva sebaran normal, lebih banyak lagi orang yang lebih senang berada di zona nyamannya (comfort Zone). Nah faktor alamiah seperti inilah yang membuat masih banyak anak-anak muda yang memilih untuk pekerjaan yang memberikan jaminan penghasilan tetap setiap bulannya.
Bagaimana dengan di Australia? Tampaknya permasalahan utamanya hampir sama, dalam arti generasi muda Australia kurang tertarik dan aktif dalam berwirausaha. Dunia wirausaha memang sangat diperlukan di Australia untuk membangun perekonomian. Rendahnya minat kaum muda Australia untuk berwirausaha sudah mencapai zona lampu merah, sehingga menurut laporan Productivity Commission, Australia perlu menempuh langkah ekstrim melalui pendidikan dan penyederhanaan peraturan yang menghambat kaum muda untuk masuk ke dalam dunia wirausaha ini.
Data yang dikeluarkan oleh Global Entrepreneurship Monitor menunjukkan bahwa untuk kelompok umur 18-24 tahun generasi muda Amerika lebih banyak yang masuk dalam dunia wirausaha dibandingkan dengan Australia. Di Amerika untuk kelompok ini tercatat sebanyak 13% dari jumlah yang ada dikelompok umur ini aktif memasuki dunia wirausaha, sementara persentasinya di Australia hanya mencapai 8,7%.
Hasil survey menunjukkan bahwa sebanyak 66% wirausaha muda Australia memulai usahanya dengan menggunakan uang dari kantong sendiri dan sebanyak 75% dari wirausaha muda ini mendapatkan kesulitan untuk mengakses modal dari pemerintah. Australia bahkan tercatat sebagai satu-satunya dari kelompok negara yang perekonomiannya sudah maju yang kurang mendukung kaum muda Australia yang berdedikasi untuk melakukan wirausaha. Sementara itu di US, Kanada dan Jerman, kelompok ini dianggap sebagai dianggap sebagai aset yang mendapat dukungan dari pemerintah.
Sementara itu data menunjukkan bahwa angka pengangguran generasi muda di Austtalia periode 2008-2014 semakin meningkat mencapai angka 55% (lihat grafik di atas).
Untuk menyelesaikan permasalahan ini ada dua hal yang dianjurkan yaitu (1) memberikan pendidikan kewirausahaan mulai dari level sekolah menengah atas dan (2) menyederhanakan peraturan yang selama ini dianggap sangat rumit dan menghambat keinginan untuk berwirausaha.
Dari uraian di atas tampaknya permasalahan utama rendahnya minat kaum muda kedua negara untuk menjadi wirausaha hampir sama. Kemauan yang keras dan juga keberanian mengambil resiko saja tampaknya masih belum cukup untuk mendorong kaum muda masuk ke dalam dunia wirausaha.
Ke depan mengingat perekonomian mikro akan menjadi salah satu kunci pendorong perekonomian bangsa, maka tampaknya pemerintah harus sudah mulai membersihkan jalan yang berliku agar wirausaha muda terdorong untuk mencapai suksesnya. Saat ini tampaknya retorika sudah cukup dan tinggal rencana aksi yang perlu dilakukan untuk menciptakan iklim wirausaha yang lebih kondusif yang mampu menarik minat kaum muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H