Dengan segala karakteristiknya debu vulkanik dapat berakibat fatal bagi pesawat mulai dari kerusakan badan pesawat, kerusakan mesin jet sampai dengan jatuhnya pesawat. Dalam kasus ini ada hal yang sangat menarik untuk dibahas ketika para penumpang Australia yang terlantar yang menceritakan masih ada pesawat yang bisa mendarat seperti misalnya Garuda dan AirAsia. Mereka justru mempertanyakan apa sebenarnya yang terjadi ? Mengapa masih ada beberapa pesawat yang berani mendarat dan berangkat beberpa waktu lalu sebelum Bandara Ngurah Rai dinyatakan ditutup secara total. Mengapa perusahan penerbangan Australia menghentikan operasi penerbangannya?
Menurut pakar penerbangan Australia hal itu memang sepenuhnya tergantung dari penialian pilot dan otoritas penerbangan saat ini. Mengingat bahaya yang akan terjadi jika pilot memaksakan diri untuk melakukan pendaratan dan take off saat ada ancaman abu vulkanik, otoritas penerbangan Australia lebih melakukan perdekatan konservatif dengan mengikuti prosedur keselamatan penerbangan jika ada abu vulkasi dibanding dengan memaksakan diri yang mungkin akan berakibat buruk.
Debu vulkanik gunung Raung memang telah berdampak pada penerbangan dan dunia wisata. Siapa sangka gunung debu vulkaniknya justru tertiup angin menuju tempat wisata terkenal dunia seperti Bali? Ya itulah faktor alam memang tidak pernah dapat kita duga dengan pasti, namun yang terpenting adalah bagaimana mengambil pelajaran dari kejadian ini untuk meningkatkan ketangguhan pariwisata Indonesia ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H