Di balik badan ber tattoo itu tersimpan hati mulia. Photo : s.yimg.com
Akhir-akhir ini tattoo semakin popular setelah berbagai stasiun TV terkenal dunia mengungkap dan membahas seluk beluk tattoo dan juga mengadakan perlombaan artis tattoo terbaik dunia. Bahkan tersedia piala dunia untuk artis tattoo terbaik dunia. Tidak heran tattoo kini menjadi tren mode tersendiri bagi para pengemarnya. Tattoo yang merupakan seni kuno menghias badan ini kini telah berkembang pesat terutama yang menyangkut dengan mesin, teknik dan warna tattoo.
Namun Tattoo sering diasosiasikan dengan hal-hal negatif seperti kriminal, kekerasan, pemberontakan dll. Rasanya ngeri juga kalau bertemu dengan dengan orang yang bertampang seram dan memiliki tattoo di badannya. Image yang sudah terlanjur terbentuk itu memang sulit untuk dihilangkan walaupun pada kenyataannya asosiasi itu tidak selalu benar.
Ungkapan “never judge a book by its cover” mungkin sangat relevan untuk menggambarkan sosok Tony Moreney atau yang lebih dikenal dengan Top Hat Tony. Pria Australia berbadan besar ini memang kelihatannya sangat seram, karena 99% tubuhnya dihiasi dengan tattoo. Namun selama 5 tahun terakhir ini dia melakukan tindakan yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh kebanyakan orang.
Dia setiap hari berdiri di pinggiran jalan di Woodford mempertontonkan tattoo yang menghiasi tubuhnya dan memegang sebuah kaleng untuk menampung uang dari pengguna jalan yang bersimpati terhadap aksinya. Dari upaya yang dilakukannya ini dia berhasil mengumpulkan dana sebesar $100.000 atau sekitar Rp 1,3 Milyar yang kesemuanya disumbangkan untuk membantu yayasan jantung anak HeartKids untuk mendukung anak-nak dan keluarga penderita kelainan jantung.
Pria ber tattoo berusia 50 tahun ini tergugah hatinya ketika pada tahun 2010 dia bertemu dengan Benji anak berusia 4 tahun yang sudah mengalami operasi jantung terbuka selama 4 kali dalam hidupnya. Dia menganggap bahwa walaupun peluangnya tipis anak ini dapat ditolong. Sejak kejadian itulah dia membulatkan tekadnya akan membantu anak yang mengalami kelaianan jantung secara sukarela dengan melakukan aksinya di jalan untuk memperlihatkan tattoo nya untuk menggalang dana.
Setiap hari dia menghabiskan waktunya berjam-jam membuka bajunya untuk menarik perhatian pejalan kaki lainnya. Dia memperbolehkan orang berphoto dengannya dan juga berbincang dengannya. Uang dari pejalan kaki ini diberikan secara sukarela dan tidak pernah ada paksaan untuk memberikannya. Jika aksinya sudah selesai dia berpakaian normal sebagaimana kebanyakan orang lainnya.
Aksi yang dilakukannya memang tidaklah selalu mulus, pernah pada suatu hari dia dijuluki sebagai “Oxygen thief” karena penampilannya bertattoo dan memegang kaleng untuk sumbangan terhadap yayasan jantung. Dia memang sempat perpikir untuk mengakhiri aksinya karena ketidak percayaan orang yang akan memberikan donasi terhadap niatnya yang mulia untuk menyumbangkannya ke Yayasan jantung.
Namun banyak hal yang membuat dia terus melakukan aksinya dan membuatnya bahagia seperti ketika ada orang yang ingin ber photo ria dengannya dan memasukkan sedikit sumbangannya ke kaleng yang disediakannya. Dia rela melakukan aksinya yang dapat berisiko buruk terhadap kesehatannya. Dia rela punggungnya terbakar sinar matahari hanya untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat.
Tony sendiri sebenarnya memiliki masalah tersendiri dengan keluarganya. Keluarganya hidup dari uang pensiun sejak tahun 2002. Dia harus merawat istrinya yang menderita kelainan otot yang kronis yang disebut fibromyalgia. Kondisinya seperti arthritis di seluruh ototnya sehingga tidak dapat menjalankan kesehariannya dengan normal.
Uang yang didapat dan disumbangkan untuk HeartKids jauh lebih banyak dari uang pensiunnya. Dalam kondisi yang cukup sulit tersebut ternyata istrinya mendukung penuh apa yang dilakukan oleh Tony.
Di dalam badannya yang penuh tattoo tersebut tersembunyi hati yang sangat mulia. Pada tahun 2015 Tony dianugerahi gelar Moreton Bay Regional Council’s Citizen of The Year.
Sumber : Morning News break, Yahoo7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H