Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rame-rame Bercocok Tanam Padi di Australia

6 Juli 2015   15:10 Diperbarui: 6 Juli 2015   15:21 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petani padi Australia. Photo: http://resources0.news.com.au

Mungkin bagi sebagian besar kita tidak mengetahui bahwa padi dapat ditanam  dengan baik di Australia. Keberhasilan Australia dalam menaklukan kerasnya alam dan menghasilkan teknologi bercocok tanam padi membuat Australia tercatat sebagai penghasil sekaligus pengekspor beras dunia.

Permintaan beras Australia untuk kebutuhan ekspor ke berbagai negara terus tumbuh dengan tajam dan telahmencapai 1 juta ton setiap tahunnya atau senilai $500 juta. Sebagai gambaran pada tahun 2013 lalu terdapat sebanyak 1500 petani padi di wilayah New South Wales Riverina yang terletak antara Griffith dan Murray River berhasil memproduksi beras sebanyak 1,1 juta ton.

Beras Australia sudah mulai membanjiri pasaran Internasional. Photo: http://resources2.news.com.au

Kini wilayah di utara negara bagian Queensland menjadi wilayah pengembangan dan pencetakan sawah baru untuk meningkatkan produksi beras Australia. Wilayah Queensland utara yang dulunya secara tradisional menjadi wilayah perkebunan tebu, kini karena kurang menguntungkan secara perlahan berubah fungsinya menjadi lahan untuk bercock tanam padi.

Di wilayah irigasi Burdekin di bagian tenggara Townsville bulan ini saja lebih dari 1200 ha telah ditanami padi untuk kebutuhan ekspor perusahan penghasil beras terkemuka Australia Sunrise. Di wilayah ini banyak petani yang sudah mulai beralih menanam padi karena keuntungan yang didapatnya lebih baik dari pada menanam tebu.

Minat petani Australia menanam padi makin meningkat. Photo : http://resources3.news.com.au

Sebagai contoh seorang petani yang sudah tiga generasi menamam tebu sudah memulai menanam padi yang memungkinan dia memanen padinya 2 kali dalam setahun. Dia baru saja berhasil memanen padi jenis long grain seluas 15 ha dari luasan lahan irigasi 80 ha yang dimilikinya.

Di wilayah ini saja, jika tahun lalu hanya terdapat 6 petani padi kini jumlahnya sudah mencapai 30 orang. Jenis padi yang cocok ditanam  adalah long grain dan juga jasmine rice yang wangi yang kesemuanya menjadi komoditas eksport yang sangat diminati.

Secara nasional diperlukan lebih banyak lagi petani dan perluasan lahan sawah untuk memenuhi permintaan beras Australia di pasaran Internasional. Perluasan lahan di wilayah Queensland utara ini terus berlanjut merambah ke wilayah Mossman dan Atherton tableland, wilayah utara dan barat laut Cairns, wilayah barat dan utara Mareeba sampai ke wilayah barat Cairns, wilayah irigasi baru Chillagoe dan bendungan Nullinga.

Pencetakan swah baru di wilayah Queensland Utara. Photo: http://www.abc.net.au


Tidak hanya memperluas areal persawahan, kini Australia juga membangun jaringan irigasi baru dan juga pabrik penggilingan padi di berbagai wilayah-wilayah yang cocok untuk ditanami padi. Pesatnya jumlah petani padi di Australia ini juga tidak terlepas dari penguasaan teknologi yang memungkinkan  petani menamam padi dan tebunya secara bergantian.

Keunggulan teknologi memngungkinkan Australia dengan alam yang keras menjadi negara pengekespor beras dunia. Photo: http://resources2.news.com.au/


Kerasnya alam Australia membuat orang Australia mengasah pikirannya untuk mengembangkan teknologi menamam padi yang sesuai dengan tanah, iklim dan alam Australia. Keberhasilan mengembangan teknologi inilah yang menjadikan Australia tercatat sebagai salah satu negara pengekspor beras yang cukup dipertimbangkan di pasaran internasional.

Tidak ada salahnya memang kita saat ini atau suatu saat nanti belajar dari Australia bagaimana memanfaatkan lahan yang kurang subur untuk mencetak sawah-sawah baru untuk memenuhi kebutuhan beras nasional.

Sumber : The Australian

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun