[caption id="" align="aligncenter" width="536" caption="Pidato Presiden Jokowi di KAA. Photo: http://cdn.klimg.com"][/caption]
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang berisi kritik dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4). Pidato Jokowi ini langsung mendapat sambutan meriah peserta KAA yang hadir.Namun demikian ternyata peristiwa ini justru berbuntut panjang ketika Andi Wijayanto mengungkap tim penyusun pidato tersebut di sela-sela acara KAA.
Terungkap bahwa pidato presiden tersebut disusun oleh tim substantif yang terdiri dariKepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
"Dibantu tim khusus, yaitu Rizal Sukma, Sukardi Rinakit, Teten Masduki," ungkap Andi di sela-sela acara KAA 2015, Rabu. (Pikiran Rakyat).
Konon pengungkapan oleh Andi Wijayanto ini dianggapoleh Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP), Sihol Manullang sebagai tindakan yang kebablasan. dankalau ini terjadi di negara diktator sudah dianggap sebagai “pembocoran rahasia negara”.
"Kalau pun ada yang menulis pidato, pasti hanya membahasakan pemikiran Jokowi termasuk Tri Sakti dan Nawacita. Jangan ada yang menganggap diri hebat. Ini mempermalukan bangsa," kata nya (Pikiran Rakyat).
Saya sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang dipermasalahkan dan mengapa hal ini dapat membuat berang.Sejak Indonesia merdeka hampir semua pejabat eselon 1, menteri dan presiden tidak ada yang membuat dan menulis pidatonya sendiri.Mungkin Presiden Soekarno merupakan salah satu pengecualian.
Mengapa? Jawabannya sangat sederhana :
1.Tidak mungkin pejabat dengan level setinggi itu memiliki waktu memikirkan isi pidatonya secara detail karena luasnya ruang lingkup masalah yang harus ditanganinya
2.Pejabat selevel ini memiliki keterbatasan penguasaan masalah teknis
3.Masukan dari unit terkait merupakan suatu kewajiban sekaligus sebagai bagian dari tugasnya dalam mendukung program yang digariskan atasannya.
Justru sebaliknya seorang atasan yang berhasil adalah atasan yang dapat memberdayakan anak buahnya dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan hasil kerjanya.
Apa yang disebut dengan tim subtanstif di atas tentu saja tidak hanya merancang pidato saja melainkan segala kebijakan strategis yang terkait dengan pelaksanaan KAA.Ini merupakan salah satu tupoksi kementerian, jadi wajar-wajar saja jika seorang Presiden pasti akan meminta masukan dari kementerian terkait jika ingin menghadiri acara kenegaraan, jika ingin meluncurkan suatu program atau melawat keluar negeri.
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan tentunya sudah memberikan arahan umum apa yang diinginkannya.Segala rancangan kebijakan strategis dan juga pidato yang disampaikan ke presiden juga akan dikoreksi oleh presiden dan disesuaikan dengan gaya presiden.
Jadi sebenarnya apa yang salah?Praktek ini juga umum dilakukan di negara lain, bahkan di negara adidaya sekalipun seperti Amerika memang ada perumus kebijakan dan juga penulis pidato, jadi …. tidak ada yang aneh bukan?
Diungkap atau tidak siapa penulisnya orang pasti tau kalau pidato Presiden itu ada yang menuliskannya dan tentunya isinya ditulis berdasarkan arahan presiden.
Maaf… rakyat sudah jenuh dengan segala gonjang ganjing ini, tolong beri kesempatan mereka berkarya untuk negara ini selagi mereka diberi amanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H