Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapan Kita Bisa Tertib?

5 Desember 2014   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mohon Bantuan untuk mencuci piring dan gelas setelah selesai menggunakannya”

“Semua peralatan di dapur ini dipergunakan untuk memfasilitasi kita semua.Oleh karena itu kebersihan peralatan dan kerapihannya juga menjadi tanggung jawab kita semua.Cucilah semua peralatan kotor yang ada di temapt cucian piring ini setelah selesai menggunakannnya dan simpan kembali peralatan yang sudah keringke tempat semula.Bakti kita semua bukan hanya dipertanggungjawabkan di dunia tetapi juga di akherat, terima kasih”

Dua himbauan di atas ditemukan di dapur umum salah satu instansi.Mestinya himbauan ini menurut akan sehat akan berdampak, apalagi sudah menyinggung masalah akherat.Tapi pada kenyataaanya tetap sajapiring dan gelas kotordi dapur tersebut berserakan.Artinya himbauan seperti ini sudah tidak ada artinya lagi. Dengan kata lain mungkin orang sudah mulai berpikir mengapa kita harus tertib jika orang lain juga tidak tertib?

Banyak lagi contoh seperti WC dan kamar mandi umum, telepon umum, taman dan fasilitas umum lainnya yang lebih kotor kondisinya dibandingkan dengan fasilitas yang sama yang mengharuskan pengguna membayar.Artinya ada satu kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu jika membayar maka kita akan lebih tertib, aspalagi misalnya diancam dengan denda yang sangat berat.

Hal lain yang juga kasap mata dapat kita lihat adalah masalah ketertiban di tempat umum. Kita dapat dengan mudah melihat ketidak disiplinan ini di berbagai tempat umum sepertidi jalan dalam hal berkendara.Tampaknya masalah disiplin menjadi masalah kronis bagi bangsa ini.

Masalah kedisiplinan ini juga kurang ada hubungannnya dengan tingkat kesejahteraan seseorang.Pernah suatu saat di jalan penumpang salah satu mobil mewah dengan mudahnya membuka kaca mobil dan membuangnya di jalan.Pertanyaannya apakah pemilik mobil tersebut tidak mampu membeli kotak sampah untuk ditempatkan di mobilnya?

Hal yang sama terjadi di kendaraan umum.Pernah suaru saat di angkot tampak seorang anak sekolah yang sedang asyik makan rambutan, setiap kali selesai mengupas rambutan dia membuangkulitnya ke jalan sampai semua rambuatnnya habis.Padahal si anak naik angkot bersama ibunya.Tampak sekali sang Ibu melihat kelakuan anaknya tersebut sebagai sesuatu yang wajar.

Ada hal yang sangat mengherankan ternayata orang Indonesia itu kalau hidup di lingkungan lain seperti di luar negeri dapat terbit mematuhi aturan.Jadi apakah masalah ini berhubungan dengan kebiasaan banyak orang atau menyangkut masalah malu kalau dilihat orang yang bukan orang Indonesia? Psikologi massa ini sangat menarik untuk dikaji.

Pernah anak teman yang masih kecil ditertawakan oleh teman-teman sekolahnya karena di kantongnya penuh dengan kertas bekas permen dan sampah kecil lainnya.Anak ini sudah beberapa tahun hidup di luar negeri dan terbiasa diajari orang tuanya untuk tidak membuang sampah sembarangan.Jadi yang paling praktis dan mudah bagi anak tersebut adalah menyimpan sementara sampah tersebut di kantongnya dan setelah pulang di rumah membuangnya di tempat sampah.Ternyata kebiasaan anak ini justru menjadi bahan tertawaan teman-temannya.

Ada sebenarnya yang terjadi pada kita? Tampaknya pendidikan tertib dan disiplin yang ditanamkan sejak dari kecil tanpa disertai dengan lingkungan yang mendukung akan membentuk tetap membentuk kita menjadi insan yang kurang disiplin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun