Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Amarah yang Berakibat Malu dan Kehilangan Jabatan

12 Desember 2014   22:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:26 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korea Air. Photo: http://www.latestpilotjobs.com

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Korean Air. Photo: http://www.latestpilotjobs.com"][/caption] Insiden “pengusiran” awak kabin oleh Heather Cho yang merupakan Wakil Presiden Direktur Maskapai penerbangan Korean Air yang juga sekaligus merupakan putri Cho Yang-Ho Bos Korean Air di bandara John F. Kennedy telah menjadi bahan pemberitaan luas terutama di Korea Selatan.

Insiden yang terjadi pada penerbangan dari New York menuju Soul bermula dari tidak terimanya Heather Cho yang duduk di kelas utama pada saat disajikan kacang macademia yang dikemas dalam kemasan plastik.Mungkin karena Heather mengetahui prosedur yang seharusnya dia menanyakan kepada awak kabin cara menyajikan yang benar.Sayangnya awak kabin tidak dapat menjelaskannya dengan baik, sehinga membuat Heather sangat marah dan menghukum sang awak kabin dengan cara menyuruh turun awak kabin tersebut.

Walhasil, sang pilot harus mengarahkan pesawatnya kembali ke boarding gate sehingga mengakibatkan keberangkatan pesawat menjadi tertunda.

Insiden itu tentunya berimbas kepada sang ayah yang harus meminta maaf atas tindakan putrinya tersebut.Tidak hanya itu saja, Heather Cho dicopot dari jabatannya di maskapai penerbangan tersebut dan selanjutnya diselidiki oleh kementerian Transportasi Korea Selatan.

Dibalik kemarahan Heather mungkin tersimpan niat baik, yaitu mendidik dan memberi pelajaran pada awak kabin agar berkerja secara professional.Bentuk hukumannya lah yang mungkin dinilai publik terlalu keras dan tidak dipikirkan dampaknya.

Dampak dari tindakan 'pengusiran" yang dinilai terlalu berat dan merugikan penumpang dan juga nama baik maskapai penerbanganmengalir seperti air yang tidak dapat dibendung.Sang ayah harus meminta maaf kepada publik Korea dan sekaligus tentunya kehilangan keberadaan putrinya di maskapai penerbangan.

Kesedihan sang ayah mungkin saja terbayar dengan adanya apresiasi publik dan dunia penerbangan terhadap ketegasannya dalam memberi hukuman walaupun terhadap putrinya sendiri dan juga permintaan maafnya atas tindakan putrinya tersebut.

Kemarahan memang sangat membahayakan karena terkadang bukan kemarahannya yang berbahaya akan tetapi dampak yang dimunculkan oleh kemarahan tersebut lah yang terkadang lebih berbahaya. Semoga menjadi pelajaran bagi kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun