Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penemuan Bahan Bakar Surya Cair

11 Februari 2015   12:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="416" caption="Merubah energi surya menjadi bahan bakar cair dengan bantuan bakteri. Photo: http://images.nationalgeographic.com/"][/caption]

Dalam sebuat artikel ilmiah di Proceedings of The national Academy of Sciences Torella dkk menyampaikan hasil penemuan dari tim peneliti Harvard University yang unik dan mungkin merupakan acuan bahan bakar ramah lingkungan masa depan.Tim peneliti ini berhasil mengkombinasikan energy surya yang ramah lingkungan dengan bahan bakan minyak untuk menghasilkan bahan bakar cair yang lebih efisien jika dibandingkan dengan biofuel.

Para peneliti ini memanfaatkan energy surya dan elektroda stainless steel untuk memisahkan air menjadi oksigen dan hydrogen.Selanjutnya mereka mensuplai hydrogen yang dihasilkan ke koloni bakteri, yang memicu koloni bakteri tersebut untuk mengkonversi CO2 menjadi propanol.

Hasil temuan ini diprediksi dapat mengatasi kesulitan penyimpanan energy surya yang selama ini masih menjadi kendala.Meamang selama ini hydrogen sangat menarik perhatian para peneliti untuk digunakan sebagai energy alternative, akan tetapi ada kendala dalam penyimpanan dan distribusi energi nya, sehingga adopsi teknologi bahan bakar ramah lingkungan masih sangat lambat.

Hidrogen memang masih belum banyak digunakan secara luas sebagai bahan bakar ataupun untuk menghasilkan energy lisrik.Oleh sebab itu ide menyimpian energy surya dalam bentuk cair sangat menarik dan menjanjikan.

Bahan bakar cair yang diturunkan dari CO2 ini sangat menjanjikan karena memiliki keunggulan dalam mengkombinasikan penggunaan energy surya yang ramah lingkungan dan suplai carbon yang terbarukan.Cairan yang dihasilkan dari proses ini, yaitu isopropanol biasa digunakan untuk bahan penyuci hama dan bahan aditif parmaseutikal cocok sebagai bagian dari infrastruktur bahan bakar.

Hasil penemuan tim ini efisiensinya melebihi bahan bakar bio yang dihasilkan dari biji-bijian seperti jagung yang selama ini sudah diproduksi.

Hal positif lainnya dari teknologi yang ditemukan ini adalah proses elektrolisisnya tidak memerlukan katalis yang biasanya terbuat dari bahan yang sangat jarang ditemukan seperti platinum atau indium yang biasanya diperlukan untuk memisahkan oksigen dan hydrogen dari air.

Jika teknologi ini nantinya dapat dibuat dengan skala industri untuk menghasilkan bahan bakar maka kita akan dapat menikmati bahan bakar yang ramah lingkungan, terbarukan dan tentunyalebih murah.

Sumber : Proceedings of The national Academy of Sciences

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun