Mohon tunggu...
Rayzha Rafikasari
Rayzha Rafikasari Mohon Tunggu... -

God is a Director, put your believe to Allah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Manusia, Belajar Menjadi Manusia Seutuhnya

28 Februari 2014   20:02 Diperbarui: 4 April 2017   17:47 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbicara tentang filsafat dan berfilsafat, ialah ilmu yang mempelajari tentang hakikat atau esensi segala sesuatu. Berfilsafat dapat pula diartikan mencari akar-akar muasal kebenaran. Jadi, berfilsafat manusia adalah mencari hakikat manusia, mengenal diri manusia dan mengetahui tujuan keberadaan manusia di dunia. Seseorang yang mempelajari tentang hakikat manusia akan sadar dan mengenal betul adanya tujuan dan manfaat atas segala sesuatu yang ada, bahwa semua yang tercipta tak serta merta sekedar ada ataupun kebetulan semata. Sehingga ia mengetahui apa yang harus dilakukan manusia dalam kehidupannya, tidak membuang-buang waktu di setiap kesempatan.

Menurut Descartes, bapak filsafat modern dunia, menyatakan bahwa manusia adalah makhluk berakal yang rasionalis yang mampu menyelesaikan masalah di dunia. Rasionalitas dianggap sebagai sentral dari pemecahan segala permasalahan. Manusia sepenuhnya ikut andil dalam berfikir dan bertanggung jawab atas kemajuan dunia dan kehidupan dirinya. Pandangan descartes terhadap manusia adalah positif ia memandang jiwa manusia pada dasarnya baik karena didominasi oleh fungsi akal atau intelek.

Hakikat kehidupan manusia adalah menuju kematian, setiap manusia memiliki jatah hidup berbeda yang telah menjadi rahasia Ilahi. Mengingat dan merenungkan hal itu, sudah sepantasnya manusia harus memanfaatkan waktu yang dipunya untuk mengerjakan hal-hal terbaik dalam hidupnya, selalu berproses menjadi lebih baik. Sedangkan tujuan hidup manusia ketika dipandang dari sisi agama yaitu untuk beribadah. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT, yang artinya: “Allah telah menciptakan jin dan Manusia kecuali untuk beribadah”. Oleh karena itu, selama manusia hidup di dunia harus dapat memanfaatkan waktu hidupnya untuk beribadah.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 30 disebutkan, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah manusia berakal yang mempunyai tanggungjawab besar atas kemajuan dunia. Sehingga sudah jelas yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain adalah akal. Dan sebaik-baikya manusia adalah manusia berakal yang bermanfaat bagi sesamanya. Hendaknya berfikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun