Punya Handphone (HP) Jadul (Jaman dulu) yang tidak terpakai? Jangan buru-buru dijual murah, apalagi dibuang. Kelak, suatu saat HP yang keliatan jadul, akan menemukan pembelinya tersendiri yaitu segmen peminat barang-barang antik.
HP yang hanya bisa menjalankan fungsi mendasar dari sebuah telepon genggam yaitu menelepon dan mengirim/menerima pesan singkat (sms), terlanjur dianggap jadul hari ini. Banyak kalangan menganggap sudah ketinggalan jaman, tidak up to date dan ada perasaan malu untuk memakainya. Sebab, hari ini masyarakat telah dijejali dengan segudang pilihan HP-HP canggih, yang mungkin saja kita belum terlalu mengerti akan fungsinya.
Inilah sebuah anomali modernitas hari ini. Kebutuhan berkomunikasi dari alat sebuah yang namanya HP, telah bergeser menjadi kebutuhan penunjang gaya (life style). HP tidak lagi dimaknai hanya sekedar alat berkomunikasi, tetapi lebih dari itu. Kini telah beralih fungsinya, mulai dari pengadaan fasilitas kamera, pemutar musik, video, akses internet, jejaring sosial sampai pelengkap gaya hidup.
Sebenarnya sah-sah saja memiliki HP canggih nan mahal. Asal kita mampu membeli dan tak memaksakannya hanya demi sebuah gaya. Ironinya, kita memiliki HP yang canggih, tetapi tidak mengerti menggunakannya atau barangkali tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Misalnya, seseorang yang hanya melakukan panggilan dan mengirim pesan singkat, rasanya mubajir memiliki HP yang memiliki segudang fasilitas canggih tetapi tak terpakai.
Barang Antik
Rumus pembeli barang-barang antik yaitu selalu sama, “semakin lama semakin bernilai”. HP yang terlanjur di cap sebagai barang jadul, rupanya belum tentu tidak memiliki nilai ekonomis. Asal kondisi HP masih kondisi berfungsi baik.
HP jadul telah menjadi incaran para pembeli barang-barang antik. Mereka siap berpetualang demi memburu barang-barang antik, tak terkecuali telepon genggam. Mereka rela membeli dengan harga mahal, bahkan lebih dari angka rupiah dari HP yang kita beli dulu.
Tentu akan menjadi kenikmatan tersendiri, ketika HP yang kita anggap tidak berguna, dibeli mahal oleh orang lain. Namun, setali tiga uang, pembeli barang antik tersebut juga akan merasa senang bukan kepalang. Sebab, hasrat memiliki barang-barang antik idaman mereka telah terpenuhi. Tentunya hal ini, tidak bisa diukur secara ekonomis.
Para pencari barang antik adalah golongan orang-orang yang mencoba melawan kehendak jaman (mainstream). Bagi mereka, tidak harus selalu mengikuti selera pasar untuk bisa tampil up to date. Mereka siap tampil berbeda untuk sebuah pilihan, yang mungkin rumit untuk dipahami bagi sebagian kalangan. Setidaknya, mereka memiliki prinsip untuk bisa berdiri dikaki sendiri (trendsetter), tanpa berusaha untuk selalu “mengekor” (follower).
Jaman memang selalu menuntut kreativitas dan inovasi. Akan ada selalu perubahan yang ditawarkan oleh jaman untuk memenuhi hasrat manusia, tak terkecuali telepon genggam. Nah, mudah-mudahan kita lebih bijaksana lagi memperlakukan HP jadul kita. Atau, mencoba untuk penikmat HP jadul (barang antik) untuk sesuatu yang semakin lama, semakin bernilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H