(SURAKARTA) SD Dukuhan Kerten, 20 Februari 2013. Hari ini hari Rabu, namun siswa-siswi dan para guru telah berbaris rapi di lapangan sekolah berukuran 25x30 meter. Sekitar 400 anak memadati lapangan yang berada di tengah-tengah ruang kelas mereka yang bertingkat. 400 orang? Ya, SD Dukuhan kerten ini memang memiliki kelas paralel: kelas A dan B. Istimewanya lagi sekolah ini 100% gratis: mulai dari biaya pendidikan sampai seragam sekolah. Memang, sekolah ini adalah sekolah yang mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Solo, sehingga dapat memberikan pendidikan yang benar-benar tanpa pungutan. [caption id="attachment_245505" align="aligncenter" width="300" caption="Guru dan Siswa SD Dukuhan Kerten Berkumpul di Lapangan Sekolah Menyambut Guru dan Fasilitator Kelas Inspirasi"][/caption] Hari ini hari spesial, mereka tidak akan melaksanakan upacara melainkan menyambut para 'guru' yang akan menjelaskan tentang beragam profesi. Hari ini SD Dukuhan kerten kedatangan Kelas Inspirasi, dan para 'guru' yang ditunggu tak lain adalah profesional dari berbagai bidang yang sengaja cuti untuk menginspirasi. Satu persatu para 'guru' memperkenalkan diri dengan singkat. Tampak bola mata para siswa berbinar-binar, mungkin perpaduan antara kagum, bingung, penasaran, dan tentu bahagia karena hari ini guru mereka akan berbeda. Tak kurang 17 guru datang dengan profesi mereka masing-masing. Mulai dari Public Relation Officer, penyiar radio, wartawan, demografer, trainer, pegawai bea cukai, pengusaha, dan masih banyak lagi. Bagi para guru, tantangannya adalah menjelaskan profesi yang bahkan mungkin baru pertama kali didengar oleh para siswa dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti. Menjadi Pegawai Bea Cukai Sehari Perkenalkan, nama saya Rendy Satya Padmanaba. Saya adalah salah seorang 'guru' yang akan menjelaskan profesi Pegawai Bea Cukai kepada siswa di kelas 1,2,3,5, dan 6. Bagaimana saya akan menjelaskan profesi yang bahkan orang dewasa pun belum tentu paham? Pertama saya gunakan analogi, kedua saya ajak anak-anak untuk menjadi pegawai bea cukai sehari. "Seragam bapak kira-kira mirip seragam apa?" "Satpaaaaaaammmmmm!" serentak seisi kelas menjawab dengan kompak. Dalam hati saya berujar, "Aha! Kena kalian..." Lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan, "Siapa yang tahu tugas satpam?" "Menjaga keamanan." "Menjaga rumah!!" "Menjaga sekolah.." "Menjaga mall.." Anak-anak menjawab bersahut-sahutan saking antusiasnya. Dengan pertanyaan itu saya menggiring mereka pada satu analogi, jika satpam menjaga keamanan rumah atau sekolah, Pegawai Bea Cukai pun menjaga keamanan, bedanya kami menjaga keamanan Indonesia dari barang-barang yang berbahaya. Mereka pun mulai memberi contoh barang berbahaya versi mereka seperti bom, narkoba, pistol, bahkan ada yang mengatakan nuklir. Setelah itu saya membagikan dua kartu kepada masing-masing anak, satu kartu merah dan satu kartu hijau. kartu tersebut digunakan untuk simulasi menjadi pegawai bea cukai. Saya akan menunjukkan berbagai macam barang, apabila barang tersebut boleh masuk ke Indonesia, maka para siswa dapat mengangkat kartu hijau. jika sebaliknya, maka kartu merah yang harus diangkat. Selain itu saya menawarkan reward, bila jawaban banyak yang benar, saya akan memberi hadiah kepada seluruh anggota kelas. Saya menunjukkan berbagai gambar mulai dari kuda, gajah, kiwi, kayu glondongan, mobil, alat elektronik, senjata api, hingga narkoba. Biasanya anak-anak memiliki jawaban seragam. Namun di setiap kelas pasti ada saja jawaban yang mengundang tawa. Misalnya saja ketika saya berhadapan dengan siswa kelas dua. Saat menunjukkan gambar gajah, masih ada yang ngeyel kalau itu gambar jerapah. Saat menentukan gajah boleh masuk Indonesia atau tidak, terjadi perbedaan pendapat juga. Seisi kelas menjawab boleh, namun ada dua anak yang menjawab tidak boleh. "Mengapa gajah tidak boleh masuk ke Indonesia" saya bertanya kepada salah seorang siswa yang mengangkat kartu merah, seraya mendekatinya. Dengan kalimat yang patah-patah ia menjawab, "Karena... karena... gajah kan besar, jadi gak cukup kalau dimasukkan pesawat" Jujur saya ingin tertawa, namun cukup saya tahan di hati saja. "O... kalau gajah tidak bisa masuk pesawat, kita bisa membawanya dengan kapal." Saya menjelaskan. "Karena dilindungi!" anak berikutnya yang memilih mengangkat kartu merah memiliki jawaban yang tepat. Lalu saya jelaskan bahwa gajah adalah hewan yang dilindungi, sehingga menurut konvensi internasional tidak boleh diperdagangkan. Selain itu saya jelaskan juga bahwa kita tidak boleh memelihara gajah secara pribadi, hanya petugas dari kebun binatang yang boleh membawa gajah dari luar negeri dan memeliharanya di kebun binatang agar bisa dilihat bersama-sama. [caption id="attachment_245507" align="aligncenter" width="571" caption="Simulasi "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H