Mohon tunggu...
Mohamad Rozkit Bouti
Mohamad Rozkit Bouti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trying Everything

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tabula Rasa Versi Islami

26 Februari 2022   16:21 Diperbarui: 26 Februari 2022   16:38 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu kita sempat membahas tentang konsep tabula rasa yang dikemukakan oleh John Locke. Ia mengatakan bahwa manusia pada dasarnya seperti kertas kosong dan kemudian lingkungan yang membentuknya menjadi individu yang beragam dalam satu yang utuh.

Dalam hal ini, jauh sebelum John Locke mengatakan hal demikian, telah ada ungkapan Nabi Muhammad SAW tentang konsep manusia. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya, bahwa "setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fitrah, kedua orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi".

Konsep ini menjelaskan dengan gamblang bahwa setiap bayi yang dilahirkan ke bumi adalah fitrah atau suci. Dapat dikatakan sebagai sesuatu yang belum terkontaminasi dengan hal apapun yang ada di dunia, sebelum keluarganya yang membentuknya. 

Fenomena ini menunjukan bahwa setiap manusia yang lahir memiliki kedudukan yang sama. Kita sebagai manusia memulai dari garis start yang sama.

Bayi suci tanpa dosa yang selalu menarik perhatian setiap orang saat melihatnya. Kemudian, lingkungan membentuk bayi tersebut menjadi individu yang beragam warnanya. Maksudnya, individu awal mulanya akan dibentuk dalam lingkungan skala kecil yaitu keluarga. Ayah dan Ibu menjadi bagian yang berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak.

Berbagai hal yang dilakukan dalam keluarga menjadi acuan bagi anak untuk bertindak di kemudian hari. Anak selalu menyesuaikan dengan perawakan orangtuanya.

Saat anak hidup di lingkungan yang taat beragama, maka anak pun akan ikut taat beragama. Saat anak hidup di lingkungan kurang baik, maka kemungkinan besar anakpun akan ikut jalur demikian. Walaupun ada beberapa fenomena dari kedua contoh di atas bertolakbelakang, tapi setidaknya kita mengambil secara garis umum.

Ini bukan perkara jenis anak yang lahir, entah dari bentuk fisik, ras, atau budayanya yang berbeda, tapi ini tentang lingkungan yang menuliskan berbagai cerita di atas kertas yang kosong. Kita yang memahami bahwa anak adalah coretan dari lingkungannya, maka kita perlu mempersiapkan diri untuk jauh lebih baik dalam mengajarkan anak.

Untuk kita sekarang yang merupakan hasil coretan lingkungan sebelumnya, ini bukanlah garis finish, kita masih memiliki berbagai lembar lainnya untuk menjadi bahan coretan. Tugas kita mengarahkannya ke arah yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun