Mohon tunggu...
dr Rozi Abdullah MARS SpFK
dr Rozi Abdullah MARS SpFK Mohon Tunggu... Dosen - Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dokter Spesialis Farmakologi Klinik Dosen Menyukai Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Obat Herbal dengan Bahan Kimia Obat, Risiko dan Cara Memilih yang Aman

5 November 2024   11:25 Diperbarui: 5 November 2024   11:45 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.lancastergeneralhealth.org

Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap adanya produk obat herbal yang dicampur bahan kimia berbahaya seperti tramadol, sildenafil, dan dexametason. Produk-produk ini dijual sebagai obat tradisional dengan janji efek cepat. 

Namun, bahan kimia di dalamnya dapat sangat berbahaya jika dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. 

Dalam artikel ini, kita akan mengulas bahaya obat herbal yang dicampur bahan kimia obat (BKO), alasan penambahan bahan kimia ini, serta cara aman untuk menghindari produk-produk yang berisiko tersebut.

Kenapa Bahan Kimia Ditambahkan ke Obat Herbal?

Produsen yang tidak bertanggung jawab kerap menambahkan bahan kimia ke dalam obat herbal agar lebih menarik bagi konsumen. Tramadol dan dexametason, misalnya, dapat mengurangi rasa nyeri dengan cepat, membuat konsumen merasa produk tersebut sangat ampuh.

 Efek cepat ini sering disalahartikan sebagai khasiat alami obat herbal, padahal itu berasal dari bahan kimia, bukan bahan herbal alami. Selain itu, banyak konsumen tertarik pada produk yang menawarkan manfaat tambahan seperti meningkatkan stamina atau mengatasi nyeri dengan cepat. 

Karena itu, sildenafil sering dicampurkan ke dalam produk herbal dan dipasarkan sebagai "obat kuat" atau penambah stamina. Hal ini membuat produk tersebut terlihat lebih menarik di pasaran.

Pada beberapa kasus, bahan kimia seperti kortikosteroid (misalnya, dexametason) ditambahkan untuk mengurangi peradangan atau nyeri pada kondisi tertentu, seperti nyeri sendi. Konsumen yang merasakan perbaikan biasanya tidak menyadari bahwa bahan ini harusnya hanya digunakan di bawah pengawasan dokter. 

Penambahan bahan kimia juga memungkinkan produsen menghindari biaya besar untuk penelitian dan uji klinis, yang sebenarnya diperlukan untuk menghasilkan produk herbal yang benar-benar aman dan efektif. Sayangnya, praktik ini dilakukan dengan mengorbankan keselamatan konsumen.

Efek Bahan Kimia dalam Obat Herbal

Mengonsumsi obat herbal yang dicampur bahan kimia sangat berisiko, terutama jika digunakan tanpa pengawasan dokter. Bahan kimia seperti paracetamol sering ditambahkan untuk mengurangi nyeri dan demam. Efeknya yang cepat membuat konsumen merasa produk tersebut efektif, padahal jika dikonsumsi berlebihan, paracetamol bisa merusak hati. 

Sildenafil, yang sering ditemukan dalam produk herbal yang dipasarkan sebagai obat kuat atau penambah stamina, meningkatkan aliran darah tetapi bisa menyebabkan penurunan tekanan darah, sakit kepala, bahkan serangan jantung pada penderita penyakit jantung.

Fenilbutazon adalah bahan antiinflamasi yang sering ditambahkan untuk mengurangi nyeri dan peradangan, terutama pada nyeri sendi. Namun, fenilbutazon bisa menyebabkan tukak lambung, gangguan ginjal, dan penumpukan cairan jika digunakan tanpa pengawasan dokter. 

Kortikosteroid kuat seperti dexametason dicampurkan untuk mengurangi peradangan dan nyeri dengan cepat, tetapi penggunaannya tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan efek samping serius, seperti wajah membulat (moon face) karena penumpukan lemak, penambahan berat badan akibat cairan tertahan dan perubahan metabolisme lemak, serta kerusakan ginjal dan iritasi lambung.

Tramadol adalah obat yang sering ditambahkan untuk mengatasi nyeri kronis atau nyeri sendi. Meski efeknya cepat, tramadol adalah opioid yang bisa menyebabkan ketergantungan serta efek samping serius, seperti penurunan kesadaran dan gangguan pernapasan jika digunakan tanpa pengawasan dokter. 

Semua ini menunjukkan bahwa campuran bahan kimia dalam obat herbal bukan hanya merusak kepercayaan konsumen tetapi juga mengancam kesehatan mereka.

Cara Mengenali dan Menghindari Produk Herbal Berbahaya

Untuk mengenali dan menghindari produk herbal yang berbahaya, penting bagi konsumen untuk selalu mengecek izin edar BPOM pada produk yang ingin dibeli. Informasi ini dapat dicek di situs resmi BPOM (cekbpom.pom.go.id) untuk memastikan keamanan produk. 

Produk herbal yang menawarkan hasil instan, seperti penghilang nyeri atau peningkat stamina dalam waktu singkat, patut dicurigai karena kemungkinan besar mengandung bahan kimia. 

Perhatikan pula gejala-gejala tidak wajar yang mungkin muncul setelah penggunaan jangka panjang, seperti wajah membulat, penambahan berat badan yang cepat, atau kulit yang mudah memar. Hal ini sering menunjukkan efek samping dari bahan kimia tersembunyi.

Jika Anda memiliki penyakit kronis atau sedang menggunakan obat lain, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mencoba obat herbal. Ini penting untuk mencegah interaksi obat yang berbahaya. 

Jika Anda menemukan produk yang memberikan efek mencurigakan atau tidak sesuai klaim, segera laporkan ke BPOM untuk menghentikan peredaran produk berbahaya tersebut.

Kesimpulan

Pada akhirnya, mengonsumsi obat herbal yang mengandung bahan kimia tanpa izin bisa membahayakan kesehatan. Konsumen perlu berhati-hati terhadap produk yang menjanjikan efek instan, selalu mengecek izin BPOM, dan memilih produk dari sumber terpercaya. Menjaga kesehatan dimulai dari kesadaran untuk memilih produk yang benar-benar aman dan dapat dipercaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun