Mohon tunggu...
Fahrul Rozi Siregar
Fahrul Rozi Siregar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa teknik Industri Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

BeROMO

30 November 2013   12:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya tidak ada rencana untuk pergi ke bromo. Rencana ini muncul disaat H-2 kepulangan dari Malang ke Medan. Saat istirahat di kamar, salah seorang teman sekamarku berencana untuk pergi kesana dan menceritakan keindahan dari bromo itu sendiri. Dari situ muncul ketertarikanku, dan langsung menuju kamar temanku dari medan untuk membatalkan tiket kereta untuk pulang yang terlanjur kami pesan saat pertama kali sampai di Malang. Keputusanku ini diperkuat dengan kenyataan bahwa jarang-jarang saya bisa datang ke kota Malang, apalagi bersama teman-teman sesama mahasiswa dari seluruh Indonesia. Rencana kami didukung dengan adanya salah satu teman mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang menawarkan penawaran travel ke Bromo yang super murah, namanya Nafisatul Wakhidah atau Nafis (namanya perlu disebutkan karena dia salah seorang tokoh utama di petualangan ini). Setelah membicarakan masalah biaya dan jadwal keberangkatan, muncul masalah yang tidak terprediksi sebelumnya. Orang-orang yang awalnya sudah banyak yang pengen ikut, tiba-tiba membatalkannya dengan banyak alasan (saking banyaknya, gak mungkin disebutkan disini semua) termasuk teman sekamarku yang membuat kami membatalkan tiket pulang. Dan akhirnya yang pasti akan berangkat adalah saya, Rahmad (teman saya sesama orang medan), dan Nafis (yang ini pasti sudah tau siapa). Dengan kenyataan seperti ini, pastinya si Nafis bakalan rugi kalo tetap pergi, tapi dia sudah terlanjur deal dengan kami yang pengen pergi apalagi kami udah membatalkan tiket pulang kami, dan menurut saya masalah ini membuat si Nafis merasa galau stadium akhir.

Setelah berkumpul untuk membicarakan keberangkatan dengan personil yang sangat kurang, tiba-tiba datang sesosok makhluk yang ibaratnya menjadi mata air di tengah gurun yang gersang. Dialah…. Anis Susantiii, cewek dari UNNES (Universitas Negeri Semarang) yang tiba-tiba kepengen ikut. Sampai sekarang saya masih menerka-nerka apa alasan yang mendasari Anis mau ikut ke Bromo, apalagi dia cewek sendiri dari Semarang. Kalo misalkan aku jadi cewek, bakalan mikir-mikir untuk pergi ke suatu tempat yang lumayan jauh dengan orang yang baru 4 hari saya kenal. Tapi itulah Anis, si cewek jagoan pahlawan super pemberani dari Semarang (lebay banget ya?). Setelah mendapatkan satu personil baru, akhirnya formasi kami yang akan berangkat adalah saya (vokal), Rahmad (drum), Nafis (gitar) dan terakhir Anis (bass). Oke.. ini ngaco. Setelah tidak ada lagi yang mau menjadi malaikat penyelamat untuk Nafis, biar lebih mendapat keuntungan dari bisnis travelnya, akhirnya kami janjian untuk ngumpul pukul 23.00 WIB untuk berangkat ke Bromo. Berarti ada sekitar 4 jam lagi menuju keberangkatan, bisa siap-siap.

Tapi muncul masalah baru, sebenarnya masalah ini masalah saya sendiri yang menular ke 3 teman lainnya. Saya baru ingat kalau malam ini saya janjian sama teman-teman di Malang untuk jalan-jalan Kota Batu sekalian reunian dengan mereka. Janji ini gak bakal bisa dibatalkan, karena teman-teman ini adalah teman-teman asal Malang yang dulu jumpa di Bogor dan 4 hari di Malang saya belum sempat jalan-jalan sama mereka. Akhirnya saya tetap menepati janji saya untuk jalan-jalan dengan mereka, dan seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya saat saya pulang dari Batu dan menuju tempat kami janjian untuk ke Bromo, teman yang lain udah pada tidur diatas mobil karena kelamaan nunggu saya. Tapi, ibarat pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, walaupun saya telat datang kami tetap berangkat (entah nyambung atau gak). Menurut info yang saya dengar dari Nafis, perjalanan akan memakan waktu + 4 jam. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul 23.50.

Tempat pemberhentian kami pertama kali adalah…. saya tidak tahu nama kampungnya, tapi yang pasti kami disini bertukar mobil dari mobil Panther --> Jeep (akhirnya mimpiku untuk naik Jeep kayak film 5cm. tercapai.. #loncat-loncat). Setelah naik Jeep, bisa dipastikan bahwa jalan yang akan dilalui bakalan lebih parah lagi. Dan lebih parahnya lagi, yang cowok (saya dan rahmad) kebagian tempat duduk di belakang yang tidak bisa dijadikan tempat untuk tidur (kata terakhir ini adalah kata kerja yang paling ingin kulakukan untuk saat itu) karena gak ada sandaran kepala. Setelah melewati jalanan yang tidak bisa saya pastikan apakah ada ditengah hutan atau tidak (dikarenakan gelapnya malam), akhirnya kami mulai memasuki daerah padang pasir yang luas. Mungkin ini sudah memasuki kawasan Bromo, tapi tujuan pertama kami adalah menuju ke point of view untuk melihat sunrise subuh nanti. Setelah melewati padang pasir yang luas, jeep kami mulai naik dan melewati jalan aspal yg lumayan bagus yang menyebabkan saya bisa tidur. Saat terbangun, ternyata udah nyampe di area point of view nya Bromo. Sungguh diluar dugaan, ternyata disini rame banget, banyak orang bule juga. Kalo gak salah waktu pas sampai udah pukul 03.30 WIB, 30 menit lagi waktu subuh. Jadi kami memutuskan untuk menunggu subuh di dalam mobil, kerena udara di luar sangat super duper dingin sekali. Bahkan kata Nafis bisa mencapai 5°C. 10 menit menjelang subuh, kami siap-siap untuk wudhu. Saat wudhu, jreeng… ini bukan air, tapi es… tanganku sampe kaku hampir beku (bukan lebay, tapi fakta). Setelah wudhu, kami sholat di musholla yang disediakan di atas yang bisa ditempuh dengan mendaki pake kaki. Sepanjang perjalanan ke mushollah yang sebenarnya tidak terlalu panjang, banyak jasa dan barang yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar, seperti peminjaman jaket, jual jagung bakar, jual kopi panas, jual bunga abadi, dlll.

Setelah subuh, akhirnya yang ditunggu-tunggupun muncul.

dan inilah hal-hal yang bisa dilihat dari sini..

13857838911598099664
13857838911598099664
penampakan Semeru (dia masih setia menungguku)

Setelah bosan, kami pun melanjutkan perjalanan ke Beromo. Menuju bromo hanya perlu melewati jalan yang sama waktu kami naik kesini (turun). Waktu sampai di bawah Bromo, lautan pasir dan masyarakat yang menawarkan tumpangan kuda menyambut kami. Berhubung karena kami ingin merasakan bagaimana rasanya berjalan ke kaki Bromo (dan karena gak ada uang) kami tidak menerima tawaran untuk naik kuda. Setelah tiba, dan tinggal menaiki anak tangga, salah satu personil kami (Nafis) ternyata tidak ikut naik. Gak tau kenapa gak ikut naik, tapi kata Rahmad, Nafis memanfaatkan peluang untuk bertemu dengan orang-orang sukses dibawah Bromo dan melakukan branding terhadap dirinya sendiri (jujur sampai saat ini sayapun masih bingung maksudnya apa). Akhirnya kami (minus Nafis) naik, tangga yang kami lewati lumayan banyak dan melelahkan. Tapi ganjaran atas tenaga yang kami keluarkan terbayar dengan keindahan pemandangan kawah dan kawasan sekitar Bromo (foto tidak bisa saya lampirkan, karena waktu itu kamera saya lagi mati).

Setelah puas, kami melanjutkan kepulangan kami dan melewati pasir berbisik, savana, bukit teletubbies dan akhirnya sampai di kampung yang saya belum tau namanya untuk ganti mobil Jeep --> Panther. Ini foto yang masih sempat saya abadikan waktu pulang.

13857869222105038927
13857869222105038927

dari kiri ke kanan orang yang baca. Saya, Anis, Rahmad, dan Nafis.

Akhirnya kami kembali ke Malang, dan di perjalanan menyempatkan makan Soto Lamongan, dan setelah kenyang tidur di mobil yang terus melaju ke Malang.

Bagi yang mau ke Bromo, bisa menghubungi Nafisatul Wakhidah (085 743 320013). Pasti gak bakalan rugi, bahkan untung banyak..

Sampai sekarang saya masih belum habis pikir dengan orang-orang yang begitu inginnya pergi ke luar negri, apakah tidak cukup Tanah dari Surga-Nya ini (baca: Indonesia)..(Fahrul Rozi Siregar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun