Mohon tunggu...
Moh Rozaq Asyhari
Moh Rozaq Asyhari Mohon Tunggu... profesional -

Father who loves his children, husband who love his wife, lawyer who hate judiciary corruption, teacher who loves his job, a freelance writer, a human rights and peace activist,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jamaah Subuh di Turki Sama dengan Jum'at ?

12 Agustus 2015   11:58 Diperbarui: 12 Agustus 2015   12:14 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas, katanya jamaah shalat shubuh di Turki kayak shalat jum'at, opo bener ?

Itu sepenggal pesan dari seorang teman, yang masuk ke ponsel saya melalui WhatsApps. Saya sebenarnya bingung untuk menjawabnya, pada satu sisi memang saya pernah membaca pesan berantai tersebut. Disisi lain, saya baru dua kali datang ke Turki, dan itupun hanya berada di Istanbul, jadi belum bisa dikatakan tekah mengunjungi Turki secara keseluruhan. Apalagi selama acara yang saya hadiri, panitia menyediakan satu hall yang difungsikan sebagai masjid untuk peserta yang datang dari puluhan negara. Jadi saya tidak memiliki kesempatan untuk shalat subuh di Masjid.

Ketika saya berkesempatan untuk shalat Jum'at di masjid biru, masjid tersebut memang penuh. Halaman depan dipenuhi dengan para jamaah, lantai atas juga dipenuhi jamaah perempuan. Hal itu saya lihat sebagai hal yang wajar, karena daerah ini memang lokasi wisata, yaitu seputaran Sultan Ahmad.

Namun, saya melihat kebanyakan yang hadir adalah para wisatawan, tidak ada antusiasme warga lokal seperti yang mungkin kerap kita lihat di Mekah dan Madinah. Bahkan, guide dan sopir saya orang Turki yang juga muslim juga tak begitu mau ketika saya ajak shalat jum'at. Setelah, sedikit dipaksa, akhirnya mau juga ikutan shalat jum'at bersama.

Kesempatan kedua, saya shalat dhuhur dan ashar di masjid jami' Utsmaniyyah, tepatnya ada di samping pintu belakang grand bazar. Yang hadir hanya bisa dihitung dengan jari, terlihat satu orang polisi yang sedang menjaga lokasi tersebut. Mungkin hal ini dimaklumi, karena saya datang pas hari minggu, yang semua toko di grand bazar tutup.

Mungkin Turki tak seindah yang dibayangkan, negara itu saat ini bukanlah seperti kerajaan di era Sultan Muhammad. Turki yang Sekuler tak terlihat mewakili kerjaan Ottoman Islam. Meskipun memiliki 2700 masjid, setiap harinya lebih dilihat sebagai peninggalan sejarah. Coba lihat saja, sepanjang Taksim hingga Istiqlal, banyak dunia malam dibangunan tinggi di sana. Atau coba telusuri jembatan gelata hingga daerah ulus yang dipenuhi night club. Alhasil kalau jalan-jalan dini hari yang ramai adalah lokasi tersebut, bukan masjid. Wallahu A'lam....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun