Mohon tunggu...
Moh Rozaq Asyhari
Moh Rozaq Asyhari Mohon Tunggu... profesional -

Father who loves his children, husband who love his wife, lawyer who hate judiciary corruption, teacher who loves his job, a freelance writer, a human rights and peace activist,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hibah F-16 Vs Hercules

5 Juli 2015   00:52 Diperbarui: 5 Juli 2015   00:52 2191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.natodays.cz/files/gallery/2015/zpravy/DN15_belgie3.jpg

Foto : http://www.natodays.cz/files/gallery/2015/zpravy/DN15_belgie3.jpg

Pasca jatuhnya pesawat Hercules di Medan kemarin, banyak pihak yang mengungkit kelemahan hibah Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista). Sepertinya ingin dikatakan bahwa Alutsista dari hibah seperti Hercules tersebut kerap berujung kecelakaan, sebagaimana Sukhoi yang diterima hibahnya di era SBY. Pesawat yang baru diteriakan hibahnya tersebut, gagal terbang dan terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma 16 April 2015.

Sepintas, pola pikirnya benar, tapi sebenarnya tidak sepenuhnya akurat dan cenderung menyesatkan. Memang di tahun 2013 pada era Presiden SBY, dunia militer Indonesia dikejutkan dengan pilihan Pemerintah yang menerima hibah 24 pesawat F-16 C/D blok 25. Walau dengan embel-embel gombal kalimat “hibah”/pemberian tetap saja pemerintah Indonesia harus mengeluarkan biaya hampir $500 juta dollar Amerika untuk mengupgrade si pesawat agar layak terbang.

F16 blok 25 tersebut sudah lama menjadi barang rongsok yang terparkir di lembah sampah jet tempur. Untuk bisa terbang lagi harus diupgrade mesin dan sistem avioniknya, biar lebih keren diupgrad “setara” blok 52, untuk menandingi kawanan f16 singapura. Namun Faktanya, walau sudah diupgrade, sistem radar ke 24 jet F16 C/D hibah tersebut, masih terbelakang dibandingkan dengan jet-jet tempur milik tetangga.

Pesawat F-16 C/D hibah yang diterima TNI AU yang dibekali radar APG-68(v)9 dengan jangkauan 80 mil laut, walau memakai jenis radar yang sama, tapi karena desain blok 25 dan 52 berbeda ada beberapa sensor radar yang tidak terpasang.
Bandingkan dengan F-16 D+ Block 52 milik Singapura yang dibekali APG-68(v)9 dengan jangkauan 160 mil laut. Atau JAS-39 Gripen milik Thailand yang dibekali radar PS-05/A dengan jangkuan 160 mil laut. Perbandingan lain adalah SU-30 MKI milik Malaysia yang dibekali NIIP N011M Bars dengan jangkauan 173 mil laut.

Bisa dikatakan Alutsista Hibah F-16 C/D blok 25 adalah jebakan Batman yang berujung ratusan juta dolar. Hal ini tidak bisa dibandingkan dengan Hibah Hercules yang diterima oleh Presiden Soekarno. Untuk mendapatkan 10 Hercules C-130B, Soekarno tidak mengeluarkan sepeserpun, ya tidak mengeluarkan jutaan dolar untuk upgrade. Soekarno menangkap pilot Amerika Serikat Edgar Allen Pope yang bekerja untuk pemberontak PRRI/Permesta. Kemudian Soekarno menukarnya dengan 10 Unit Hercules yang siap digunakan dan bukan barang rongsokan. Presiden Kenedy pun tak bisa menolak permintaan Soekarno.

Saat itu, Presiden Soekarno langsung melihat kualitas pesawat yang akan diberikan ke Indonesia langsung ke pabriknya di Lockheed. Akhirnya, disepakati Indonesia mendapatkan delapan Hercules varian C-130B kargo dan 2 varian C-130B tanker. Soekarno pun tak ingin transfer tekhnologi di lakukan di Indonesia, berbeda dengan F-16 yang masih mendatangkan tekhnisi serta penerbang Asing. Soekarno minta, agar pesawat tersebut langsung diterbangkan oleh para pilot Indonesia.

Tak hanya diterbangkan oleh pilot AURI, penerbangan ferry ini pertama kali terjadi, di mana C-130B AURI terbang sejauh 13.000 mil laut melintasi tiga samudera dari pabrikan ke negara operatornya. Tak hanya itu, penerbangan tersebut internasional pertama C-130 yang 100 persen diawaki personel aktif AURI, dan belum pernah terjadi pada militer lain di dunia saat itu. Saat menerima pesawat tersebut, pesawat ini termasuk kendaraan multiengine modern dengan berteknologi turboprop. Tanpa melalui proses pelatihan yang melelahkan, teknologi ini dengan cepat dikuasai para penerbang TNI AU. Keberhasilan ini mendapat pujian dari Menteri Keamanan Nasional, Jenderal AH Nasution, dan beberapa petinggi Lockheed.

Bila Hercules hibah Amerika tersebut mendarat pertama di Lanud Kemayoran pada 18 Maret 1960, berarti sudah dipakai setidaknya selama 55 tahun lamanya. Bandingkan dengan F-16 yang baru didatangkan, dan sudah cukup banyak membawa masalah. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun