Ini adalah menu berbuka saat hari pertama kembali ke Jakarta, ya...teh kotak dan kurma. Teringat ketika berbuka di rumah bersama anak dan isteri tersayang, biasanya es buah dan berbagai menu lengkap selalu disiapkan isteri, belum lagi tahu dan tempe menu favorit saya. Teringat nikmatnya berbuka bersama keluarga di rumah, cerianya Mazaya dan Kak Izzah saat akan menjelang waktu berbuka.....mmmm..sesuatu yang kurindu saat jauh dari mereka....
Menjelang shalat tarawih, dalam perjalanan ke masjid adalah waktu favorit saya bersama keluarga. Banyak diskusi kecil yang dibahas dalam perjalanan menuju masjid, mulai dari request menu sahur sampai diskusi soal politik. Satu kebiasaan keluarga kami, anak-anak lah yang memiliki otoritas untuk menentukan lokasi shalat tarawih. Yups...Masjid Thalabul Ilmi di Puslit Kopi Kakau adalah lokasi favorit mereka, alasanyya sederhana halaman luas, mereka bisa bermain sampai puas, plus ada teh, kopi dan camilan gratis sehabis shalat.
Seusai tarawih, Mazaya punya kebiasaan unik yang cukup membuat hati ini terasa "nyesss". Dia selalu berlari ke pintu keluar jamaah pria, mengambilkan sendal saya, dan menyiapkannya saat saya telah sampai di tangga masjid. Mazaya tahu benar yang mana sendal saya, dan selalu menyiapkannya diujung kaki ini saat saya keluar masjid. Tak hanya itu, kemudian selalu dia berbisik "abi mau kopi atau teh ?". Kemudian dia mengambilkan minuman dan mengantarkan ke tempat duduk saya. Itu keistimewaan Mazaya, saya tak tahu siapa yang mengajarinya, namun kuyakin pastilah itu hasil didikan dari isteriku tersayang.....
Saat sahur adalah tantangan terbesar buat saya dan isteri, karena kami harus membangunkan Mazaya dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat. Berbeda dengan Kak Izzah yang mudah dibangunkan, cukup dengan disentuh kakinya. Untuk membangunkan Mazaya perlu treatmen khusus, supaya bisa melek kemudian menyantap sahur bersama. Kak Izzah memang sudah terbiasa Qiyamul lail, sehingga cukup mudah mengkondisikannya untuk bangun sahur. Alhamdulillah....itu semua tentunya hasil didikan dari isteri tersayang...Alhamdulillah ya Rabb...
Tantangan selanjutnya adalah membuat menu yang disukai anak-anak namun dapat memberikan asupan gizi yang cukup. Kami tak boleh mengikuti permintaan Izzah dan Mazaya yang kerap minta mie instan sebagai menu sahur. Oleh karenanya, request mereka seperti susu, sate, energen, pocari sweet ataupun vitamin selalu kami perhatikan dan disiapkan sejak sore hari. Makan sahur selalu menjadi perhatian khusus kami, agar pas siangnya anak-anak gak lemes atau ngerasa gak bertenaga. Ada teman yang mengkritik saya "Apa gak kasihan, anak sekecil itu sudah disuruh puasa?". Ya...inilah cara saya dan isteri untuk membiasakan anak-anak menjalankan ibadahnya. Mazaya saat ini berusia 5,8 tahun, ramadhan kali ini adalah pengalaman puasanya yang ketiga. Tahun kemarin, Alhamdulillah puasa Mazaya full selama sebulan penuh, sedangkan tahun sebelumnya dia berpuasa 26 hari, karena pada awal Ramadhan dua tahun lalu dia belum kuat berpuasa penuh. Keluarga kami memang tak mengenal puasa setengah hari, sejak kecil saya dan isteri hanya megenalkan puasa penuh. Yaa....itu semua ijtihad keluarga dalam upaya mendidik anak.
Sehabis makan sahur adalah waktu yang sangat berharga buat kami, karena di saat itu kami membahas sirah nabi atau cerita para nabi sebelumnya. Saya sengaja mengumpulkan video kartun nabi untuk ditonton anak-anak, kalaupun tak begitu ada beberapa stasiun TV yang menayangkan kartun-kartun cerita nabi.
Setelah shalat subuh, biasanya kami nonton tayangan hafidz Indonesia di RCTI, sepertinya anak-anak cukup menikmati sajian tersebut. Biasanya isteri kemudian mengajak Kak Izzah dan Mazaya untuk murojaah beberapa surat yang telah di hafal.
Sungguh nikmat berpuasa bersama keluarga, dan kenikmatan itu semakin terasa tatkala tak lagi kita rasakan, ketika kita sudah jauh dengan mereka, saat kita dalam kesendirian....
Alhamdulillah ya Rabb atas segala nikmat Mu selama ini....
Pasar Rebo
Ditengah malam