Mohon tunggu...
Nova Rozana
Nova Rozana Mohon Tunggu... -

semangat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seperti Apa Politik Perempuan Itu?

1 Mei 2017   10:43 Diperbarui: 1 Mei 2017   10:58 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiprah perempuan dalam berpolitik makin diharapkan. tentu bukan sekedar pemanis dilembaga seperti partai polotik atau dewan perwakilan rakyat, tapi benar-benar bekerja untu rakyat. Seperti apa polotik perempuan itu ?

            Setiap lima tahun sekali, Negara yang  menerapkan sistem demokrasi ini mengadakan hajatan politik yaitu pemilihan umum. Dari tahun ke tahun, partai-partai sibuk mencari calon kandidat unggulan. Termasuk yang sedang dicari adalah politisi perempuan. Kalau sekedar mengandalkan jenis kelamin, banyak perempuan yang  rela jadi kembang parpol. Buktinya artis-artis perempuan pun jadi rebutan.

            Masalahnya, sulit menemukan politisi perempuan berkualitas. Tak banyak perempuan yang ambisius kekuasaan atau minimal melek politik. Tampaknya mereka tidak siap berkarier didunia politik. Padahal, menurut paradigma ini, demokrasi meniscayakan pembelaan terhadap hak-hak perempuan sebagai bagian dari hak asasi manusia karena itu keterlibatan perempuan menemukan momennya.

            Perempuan diharapkan bangkit dari berbagai masalah-masalah yang dihadapinya. Caranya, perempuan harus terlibat dalam politik. Seperti menjadi anggota legislatif, menteri atau bahkan presiden. Terlebih saat ini politik hanya identik dengan upaya meraih kekuasaan yang penuh intrik. Ini bukan dunia perempuan  sejak lama perempuan bukan mahluk yang  berkeinginan keras untuk mencapai tujuannya seperti menduduki kursi jabatan. Hasilnya tak banyak perempuan yang mau ikut politik.baru belakangan ini saja perempuan mulai mengakses dunia dimana dulu hanya identic dengan laki-laki. Itu pun lebih karena gengsi atau iming-iming matearialistis yang menggiurkan dibanding kesadaran sebuah pengabdian

Terbukti, kepahaman perempuan dalam berpolitik  saat ini telah menjerumuskan mereka kedalam tindakan yang merugikan. Anggota DPR Wa Ode Nurhayati atau Angelina Sondakh contohnya mereka terpaksa meninggalkan kewajiban utamanya sebagai ibu gara-gara  tindakannya merugikan yang dilakukannya  tersebut .

Kalau begitu apakah perempuan dilarang berpolitik?atau  Justru sebaliknya, perempuan harus melihat politik politik dalam makna sesungguhnya yaitu berkenaan dengan pemahaman akan bagaimana menjalankan tugas dan mengurusi rakyat. Ya, perempuan harus paham tentang dunia politik.perempuan juga harus cerdas dan kritis terhadap kebijakan dan isu yang berkembang dimasyarakat.perempuan harus ikut memikirkan rakyat tak mesti harus duduk dikursi jabatan, kiprah perempuan berupa upaya pencerdasan kaumnya.

(sumber: Kholda naajiyah. warnawarnimuslimah)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun