Isu Prioritas
Penetapan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu strategi Provinsi Jawa Timur untuk memudahkan koordinasi lintas sektoral dan keterpaduan antar wilayah dalam pembangunan di bidang pertanian. Selain itu, pembentukan kawasan strategis agropolitan juga bertujuan untuk mengintegrasikan dan meningkatkan hasil dari kerjasama antar daerah dalam upaya percepatan peningkatan keejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk bisa mewujudkan kawasan agropolitan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bertujuan untuk mengembangkanpusat pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis pertanian (agribisnis) di wilayah perdesaan dan mewujudkan tata ruang yang menjamin kelestarian lingkungan hidup. Tujuan utama dari pembentukan kawasan agropolitan ini adalah membuka kesempatan dan lapangan kerja baru bagi masyarakat perdesaan melalui kegiatan ekonomi berbasis agribisnis. Selain itu, perkembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru juga ditujukan agar bisa terbentuk lembaga-lembaga ekonomi di perdesaan, yang akan menjadi sentra peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
      Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru memiliki prinsip dasar diataranya:
- Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan berbasis agribisnis, yang berarti bahwa pengembangan agropolitan didasarkan pada potensi pertanian yang dimiliki oleh perdesaan di wilayah Bromo Tengger Semeru. Sehingga pemanfaatan potensi ini bisa dikembangkan dan mampu mendorong perekonomian masyarakat perdesaan, apabila lapangan kerja di desa sudah bisa menjanjikan maka arus urbanisasi masyarakat ke kota akan berkurang.
- Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru merupakan kegiatan lintas sektor dengan pendekatan yang bersifat bottom up. Komoditas yang akan dikembangkan memiliki jenis yang beragam sehingga dalam pemasaran akan lebih mudah karena stok hasil pertanian tidak berlebihan. Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru bersifat bottom up yang berarti bahwa peran masyarakat dalam pengembangan agropolitan sangat besar dan memiliki peran penting dalam penentuan program dan strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru.
- Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru dimulai dengan penataan detail kawasan yang tersusun dalam bentuk dokumen. Dokumen ini kemudian dijadikan pedoman bagi lima kabupaten di kawasan itu untuk menata arah perkembangan dan pemanfaatan wilayahnya.
- Penyusunan upaya Pengembangan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru dilakukan secara musyawarah antara instansi pemerintah, masyarakat tani, dan swasta/badan usaha yang kemudian dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah di Pusat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah di Provinsi, serta RPJMD Kabupaten masing-masing.
Berdasarkan prinsip dasar yang sudah disusun dan ditambah hasil kajian lapangan serta analisis data sekunder, peneliti menyimpulkan beberapa isu prioritas yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Beberapa isu prioritas itu diantaranya:
- Produktifitas agribisnis di berbagai daerah kawasan agropolitan Bromo Tengger Semeru masih belum berkembang maksimal, akibat kemampuan sumber daya manusia yang masih kurang, dan penguasaan teknologi pengolahan pasca panen masih rendah, serta masih adanya faktor keterbatasan modal usaha, sehingga peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sektor agrobisnis masih rendah. Hasil produksi pertanian kebanyakan masih dipasarkan dalam bentuk mentah, dan belum memilki produk olahan yang memungkinkan adanya nilai tambah. Sekalipun produk pertanian sudah mengalami pengolahan, akan tetapi sebagian besar umumnya masih belum terstandarisasi, sehingga daya saing di pasar dengan skala yang lebih besar (terutama pasar internasional) masih lemah. Di berbagai daerah, umumnya masih belum diterapkan sistem pengemasan dan standarisasi produk yang terjaga. Kualitas tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan agribisnis umumnya masih belum memiliki kemampuan yang memadai, terutama dalam menerapkan teknologi pengolahan pasca panen.
- Para pegiat usaha agribisnis di kawasan agropolitan Bromo Tengger Semeru sebagian besar tidak memiliki modal mandiri yang cukup, dan secara umum akses mereka pada sumber-sumber pendanaan relatif lemah. Seperti yang diketahui sumber pendanaan yang mudah diakses utamanya oleh masyarakat pedesaan berasal dari rentenir, tengkulak, bank thithil dan berbagai pelepas uang informal lain yang seringkali menetapkan suku bunga pinjaman yang tinggi. Akses masyarakat petani pada sumber pendanaan lunak, dalam banyak kasus kurang, sehingga membatasi peluang mereka untuk meningkatkan produksi dan akses pada pasar yang lebih luas.
- Kegiatan pemasaran berbagai produk agribisnis umumnya masih melalui jalur pasar tradisional atau konvensional, ditambah ketersediaan pasar/terminal agribisnis belum memadai, sehingga menjadi penyebab kurangnya promosi produk agribisnis yang dihasilkan masyarakat di kawasan agropolitan Bromo Tengger Semeru. Hal yang sering terjadi dalam proses pemasaran produk pertanian di pedesaan ialah posisi petani lemah dalam penawaran harga, yang seringkali dimanfaatkan oleh para tengkulak ataupun pedagang perantara yang memiliki jaringan besar untuk memanipulasi harga sehingga keuntungan yang didapatkan oleh para petani tidak maksimal. Hal inilah yang masih menjadi problem besar yang mengakibatkan kesejahteraan petani masih rendah.
- Dukungan prasarana dan infrastruktur untuk menunjang kegiatan agrobisnis umumnya masih belum tersedia secara layak. Kondisi jalan, saluran irigasi dan berbagai lembaga yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan produktifitas komoditi pertanian umumnya masih belum tersedia sesuai kebutuhan. Model dan pendekatan pembangunan yang sebelumnya masih cenderung menempatkan wilayah urban sebagai pusat pertumbuhan, seringkali menyebabkan wilayah pedesaan yang merupakan kawasan utama untuk kegiatan agribisnis menjadi tertinggal. Kurangnya prasarana juga menyebabkan hasil produksi pertanian di wilayah pedesaan tidak bisa didistribusikan secara optimal dan juga mempengaruhi kualitas hasil produksi pertanian karena tidak terpenuhinya kebutuhan tanaman.
- Komoditi pertanian yang dihasilkan dan menjadi andalan masyarakat yang menekuni usaha agribisnis, seringkali masih rentan waktu dan belum diolah, sehingga tidak memiliki nilai tambah yang signifikan bagi petani. Daya tahan hasil pertanian yang tidak sama seringkali menyebabkan komoditas unggulan seperti sayur dan buah tidak layak dipasarkan karena busuk. Berbagai komoditi dan produk hasil panenan yang dihasilkan masyarakat di kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru umumnya masih banyak dijual dalam bentuk mentahan, sehingga tidak memiliki daya saing yang kuat di pasaran. Keuntungan yang dihasilkan pun tidak maksimal bahkan seringkali belum bisa mengembalikan modal tanam.
Kendala dan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan isu prioritas yang perlu dikembangkan di Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru tersebut, maka dibuatlah strategi-strategi dalam menghadapi kendala dalam pewujudan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru. Berikut merupakan tabel Kendala-Strategi dalam upaya pewujudan Kawasan Agropolitan Bromo Tengger Semeru:
Kendala
Strategi
Koordinasi antar Bupati belum maksimal dan masih terdapat polemik dalam kerjasama antar daerah
Menciptakan kerjasama antar daerah yang saling menguntungkan, agar koordinasi antar pemerintahan daerah bisa berjalan baik.
Produk unggulan agropolitan masih belum maksimal untuk dipasarkan