Mohon tunggu...
Royyan Sulaiman
Royyan Sulaiman Mohon Tunggu... Editor - : )

:D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Pertunjukan Teater Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail

2 Juli 2023   23:02 Diperbarui: 2 Juli 2023   23:13 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ringkasan Naskah Drama "Ayahku Pulang" karya Usmar Ismail

Berjudul "Ayahku Pulang", naskah ini bercerita tentang seorang ayah bernama Raden Saleh yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil demi mengejar kekayaan. Ketika Raden Saleh pergi, keluarganya masih dalam keadaan miskin. Anak pertamanya, Gunart, berusia delapan tahun, anak keduanya, Maimun, masih bayi, dan anak ketiganya, Mintarsi, masih dalam kandungan. Ayah saya beremigrasi untuk bekerja di Singapura. Setelah sukses di sana, ia menikah dengan seorang janda kaya. Sebuah kebakaran menghancurkan tokonya dan dia menderita kerugian besar. 

Investasinya gagal dan dia menjadi tidak punya uang. Sekarang dia sudah tua, dia memutuskan untuk kembali ke keluarga lamanya. Dua puluh tahun kemudian, Gunarto sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di sebuah pabrik tekstil, namun sifat kerasnya dikeraskan oleh kasih sayang sang ayah dan kehidupan keras yang harus dilaluinya tanpa pendidikan. Maimun juga memiliki pekerjaan, dan Mintarsi bekerja sebagai penjahit.

Keluarga tersebut sangat bahagia pada saat itu, tetapi sang ayah tidak bersama mereka. Pada malam Idul Fitri, Gunarto pulang ke rumah dari tempat kerjanya. Gunarto mendapati ibunya sedang melamun, mengingat kejadian 20 tahun yang lalu, di malam yang sama ketika ayahnya meninggalkannya. Kenangan itu meninggalkan luka lama di hati Gunart. Ia memutuskan untuk tidak membicarakannya dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Maimun pulang ke rumah dengan membawa kabar bahwa seorang tetangga telah melihat seorang pria tua yang mirip dengan ayahnya. Tak lama kemudian, Mintarsi mengatakan bahwa ia kembali ke rumah dan melihat seorang pria tua di seberang jalan sedang melihat-lihat rumahnya. Beberapa saat kemudian, seorang pria tua mendekati rumahnya. 

Ibunya segera menyadari bahwa lelaki tua itu adalah suaminya dan telah lama meninggalkannya. Maimun dan Mintarsi, yang tidak menyadari masalah masa lalu mereka, segera menerima pria itu sebagai ayah mereka. Sementara itu, Gunart masih menyimpan dendam yang mendalam terhadap ayahnya dan enggan membiarkannya pulang.

Ibu meminta orang tua itu datang ke rumah dan meminta Maimun membawakan minuman. Ayah saya juga melihat Gunart yang sudah dewasa. Ayahnya kemudian bercerita tentang kehidupannya di Singapura, di mana istrinya berada, namun kemudian tokonya terbakar dan dia sekarang tidak punya uang. 

Gunarto menjadi marah, membeberkan sifat sombong ayahnya, dan menegur ayahnya. Ia mengingatkan ayah, ibu, dan adik-adiknya akan kesalahan yang pernah dilakukan ayahnya di masa lalu, dan kesulitan yang dialami ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sang ayah menyesal dan akhirnya memutuskan untuk pergi karena tidak ingin mengganggu ketenangan keluarga. 

Pada malam Idul Fitri, ibunya hanya bisa menangis menahan rasa sakit dan penderitaan karena ditinggal pergi oleh suaminya. Maimun dan Mintarsi menyesali tindakan Gunarot yang tidak membawa pulang ayahnya, karena mereka masih darah daging ayahnya. Maimun akhirnya memutuskan untuk memberontak kepada kakaknya dan menelepon ayahnya di rumah. 

Namun Maimun hanya menemukan baju dan topi ayahnya di kaki jembatan. Ternyata ayahnya bunuh diri dengan melompat dari jembatan ke sungai.  Maimun akhirnya membawa pulang topi dan baju ayahnya. Gunart okaget dan menyesali apa yang telah dilakukan ayahnya. Gunart berlari mengikuti ayahnya ke jembatan. Gunart mencari-cari ayahnya dan memanggil-manggil nama ayahnya. Usaha Gunarto tidak membuahkan hasil, hanya menyisakan penyesalan yang mendalam di hatinya.

Review

1. Dialog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun