Mohon tunggu...
Royyan Sulaiman
Royyan Sulaiman Mohon Tunggu... Editor - : )

:D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Seni Wayang Kulit di Solo Jawa Tengah

16 Desember 2022   12:53 Diperbarui: 16 Desember 2022   14:03 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak muda di Solo, Jawa Tengah, terus mengapresiasi wayang kulit. Catur Nugroho, dosen pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, menyatakan seni wayang kulit yang dianggap kuno dan ketinggalan zaman oleh sebagian kalangan, terutama kalangan muda, ternyata masih dipraktikkan hingga saat ini. Bahkan mampu mendukung beberapa individu.

"Karena wayang masih sulit dipahami anak muda dalam skala nasional. Lagi-lagi, wayang bersifat kedaerahan. Lokalitas tetap yang utama. Yang jelas, pertanyaannya adalah bagaimana menghadapi tantangan wayang di abad 21 ini. belum bisa masuk terlalu dalam ke generasi muda saat ini," jelasnya.

Catur mengatakan, masih banyak peminat wayang di kalangan milenial daerah atau biasa disebut anak-anak di Solo dan sekitarnya. Sehingga kesulitan yang dihadapi tidak berlebihan. Generasi muda pecinta wayang tidak lepas dari kemampuannya berbahasa Jawa.

"Karena wayang adalah bahasa Jawa, anak-anak milenial agak sulit memahaminya karena kendala bahasa. Namun minat anak muda di Solo dan sekitarnya cukup tinggi. Banyak sanggar wayang, musik, dan kesenian tradisional lainnya telah berdiri. di Solo.Meningkatnya jumlah mahasiswa ISI Surakarta yang mempelajari wayang atau karawitan setiap tahunnya menjadi bukti lebih lanjut .Animasinya semakin berkembang," kata Catur.

Covid-19 menginfeksi Indonesia pada Maret 2020; kemunculannya telah mengubah seluruh aspek kehidupan di Indonesia yang semakin mencekam dan menggairahkan. Selama epidemi, semua industri di Indonesia terkena dampak ekonomi yang parah; ini adalah momen yang menakutkan bagi bisnis dan karyawan. Mereka yang mampu bertahan, beradaptasi, dan bergerak dinamis akan mampu mempertahankan usahanya.

Pandemi Covid-19 telah menghambat seluruh lapisan masyarakat, termasuk penggunaan wayang kulit yang kemampuan adaptasinya ditunjukkan melalui layar virtual. Penyakit virus Pagebluk Corona pada tahun 2019 telah menghentikan semua bentuk kehidupan. Di tengah wabah Covid-19, pameran wayang kulit juga terkena imbasnya.

Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh organisasi kesenian ini, tetapi juga oleh setiap sektor usaha masyarakat yang harus membatasi kegiatan-kegiatan sosial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksistensi kesenian wayang sasak di masa wabah Covid-19; ini adalah studi kasus tentang keberadaan seni wayang kulit di Jawa.

Secara tradisional diadakan di depan penonton langsung, pertunjukan wayang tradisional kini disajikan secara eksklusif di layar virtual. Meski di tengah wabah Covid-19, adaptasi wayang kulit tradisional hanya terlihat di layar virtual. Memang, tidak ada lagi penonton langsung; semua orang berteriak ke ponsel mereka.

Seni tradisi wayang sasak sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh para penggemar karena perkembangan seni wayang saat ini dan munculnya sejumlah bentuk hiburan yang lebih menarik di era digital. Beberapa organisasi kesenian tradisional wayang sasak kehilangan generasi penerus karena generasi muda lebih tertarik dengan kesenian modern yang menawarkan gaji lebih tinggi. Beberapa kelompok yang masih eksis melestarikan warisan budaya ini beradaptasi dengan media baru untuk mengabadikan pertunjukan dan mendistribusikannya di televisi, media sosial, bahkan YouTube. Salah satu kelompok kesenian Wayang Sasak yang masih bertahan.

Seperti halnya dengan seniman Indonesia Eko Christanto dan Kusbaroto yang merupakan penyelenggara pagelaran wayang kulit virtual, yaitu pertunjukan wayang virtual yang diinisiasi oleh Eko Christanto dan Kusbaroto. Eko Christanto adalah seorang seniman instalasi yang karyanya telah dipamerkan di seluruh dunia. Dalam upaya membangkitkan perekonomian di masa wabah Covid-19, Indonesia menggelar pementasan wayang kulit drama Semar Mbangun Jagat melalui program Zoom dan live streaming YouTube, dengan menyertakan dalang dari tiga negara.

"Dampaknya luar biasa setelah acara Hum One Nada Dua Bangsa (12 Juli 2020) sukses digelar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun