Mohon tunggu...
royyan hasan
royyan hasan Mohon Tunggu... Aktor - none

none

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rindu yang Meresap: Menyusuri Kedalaman Emosi dalam Puisi "Hanya"

22 Maret 2024   01:50 Diperbarui: 22 Maret 2024   01:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Artikel disusun oleh Mikail Rifqiy A.R, Muh. Fakhril Nursam, & Muh. Royyan Hasan 

       Hanya
       oleh: Sapardi Djoko Damono

       Hanya suara burung yang kau dengar
       dan tak pernah kaulihat burung itu
       tapi tahu burung itu ada di sana

       Hanya desir angin yang kaurasa
       dan tak pernah kaulihat angin itu
       tapi percaya angin itu di sekitarmu

      Hanya doaku yang bergetar malam ini
      dan tak pernah kaulihat siapa aku
      tapi yakin aku ada dalam dirimu

KETIKA kita membaca sajak dari puisi "Hanya" ini, timbul suatu perasaan tentang seseorang yang mungkin kita pernah merasakan keberadaannya, suatu hawa yang tidak pernah timbul sebelumnya, dan sebuah pesan kepada pujaan hati bahwa dengan lantunan doa yang kita panjatkan, semoga dia merasakan hal yang sama dengan pembaca, yakni 'cinta'

Sapardi menuliskan sebuah kata yang terkesan ambigu dan berulang bagi para pembaca. Namun, dibalik sajak-sajak itu Sapardi hendak menyampaikan rasa kerinduannya pada seseorang yang selama hidupnya ia hanya bertemu sekali atau dua kali. Bak suara burung tanpa kehadirannya, kumpulan angin yang berlalu tanpa dilihat oleh mata, juga doa yang terbesit dalam hati, semua itu adalah ungkapan yang hendak ia sampaikan mengenai perasaannya tersebut.

Apakah Latar Belakang dari Sajak-Sajak dalam puisi "Hanya"?

Berdasarkan keterangan dari kata "Kau" dalam sajak, hal ini membawa kita pada perawakan seorang perempuan yang pernah ditemui oleh penulisnya. Sesuatu yang tidak dapat dideskripsikan secara detail mengenai sifat, tubuh dan karakternya, namun penulis meyakinkan pembaca dengan sajak-sajak yang membawa kita pada perasaan yang pernah ada namun tidak dapat kita ulangi.

Sajak-sajak yang ditulis oleh Sapardi memiliki segudang luapan emosi yang dapat mempengaruhi perasaan pembaca. yakni diantaranya:

1. Melodi Keberadaan yang Tak Terlihat

Puisi ini membawa kita menyelami dunia di mana keberadaan tak selalu bisa dilihat dengan mata telanjang. Keindahan alam, kekuatan doa, dan bahkan kehadiran diri sendiri, terkadang tersembunyi di balik tirai tak kasat mata.

2. Suara Burung yang Misterius

Bait pertama membuka dengan suara burung yang tak terlihat. Kita hanya mendengar melodinya, merasakan kehadirannya tanpa pernah melihat wujudnya. Hal ini melambangkan banyak hal yang ada di sekitar kita, namun tak selalu bisa dipegang atau dilihat secara fisik. Alam, dengan segala keindahannya, terkadang hadir dengan cara yang halus dan tak terduga.

3. Angin yang Tak Terjamah

Bait kedua melanjutkan dengan "desir angin" yang tak terlihat. Angin yang tak kasat mata ini, meskipun tak terjamah, mampu kita rasakan keberadaannya. Angin melambangkan kekuatan yang tak terikat oleh bentuk, kekuatan yang mampu bergerak bebas dan menembus batas.

4. Doa yang Menggetarkan Jiwa

Bait ketiga beralih ke doa. Doa, meskipun tak berwujud, mampu menggetarkan jiwa dan membawa ketenangan. Doa melambangkan komunikasi dengan kekuatan yang lebih besar, komunikasi yang tak membutuhkan kata-kata, tapi terjalin melalui getaran hati.

5. Kehadiran Diri yang Tak Terlihat

Bait terakhir menyingkap keberadaan diri sendiri. Kita tak selalu bisa melihat diri kita sendiri secara utuh, namun yakin bahwa kita ada. Keberadaan diri ini, meskipun tak tergambar di cermin, tertanam dalam hati dan jiwa.

6. Simbolisme Keberadaan

Puisi ini penuh dengan simbolisme tentang keberadaan. Burung, angin, dan doa, meskipun tak terlihat, memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar. Keberadaan mereka tak diragukan lagi, meskipun tak tertangkap oleh panca indera.

Puisi ini mengajak kita untuk melampaui batas penglihatan dan merasakan dunia dengan cara yang lebih halus dan mendalam. Kita diajak untuk percaya pada kekuatan yang tak kasat mata, kekuatan yang mampu membawa kedamaian dan ketenangan dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun