Mohon tunggu...
Roy Widya Pratama
Roy Widya Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Partikelir

Tumbuhkan negeri, melalui aktivitas literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Milan Kundera: Kematian Novel dan Spirit Sastra

24 Desember 2022   08:57 Diperbarui: 24 Desember 2022   09:01 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang ketiga adalah “daya tarik pikiran”. Kundera menunjukkan langsung posisi karya novel yang ditulis oleh Robert Musil dan menggunakan kecerdasan intelengensi dalam membuat novel. Kecerdasan intelegensi digunakan Musil bukan untuk membua sebuah novel filsafat atau mengubah novel menjadi sebuah karya filsafat seperti yang dibuat Jostein Gaarder. Kekuatan pikiran yang digunakan Musil dipandang oleh Kundera ditujukan untuk menyusun makna-makna yang mengitari cerita, baik yang bersifat rasional, irasional, naratif, ataupun kontemplatif. Keseluruhan kekuatan pikiran yang menyusun makna-makna membuat eksistensi manusia yang dikisahkan menjadi jelas.

Karya penulis Indonesia yang mempunyai kekuatan intelegensi dan berbau filsafat yang lebih kontemplatif sesungguhnya terasa kuat terasa dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer secara umum, yang mengandung kekuatan kontemplasi dialektik terhadap kesadaran sosial manusia yang teralienasi secara material maupun historis. Ada juga karya dari Eka Kurniawan seperti Cantik itu Luk. Yang merupakan sebuah karya besar yang membahas tentang sebuah fenomena yang digunakan untuk meninjau mitos-mitos manusia, khususnya kecantikan dan keburukan.

Keempat, “daya tarik waktu”. Kundera memandang daya tarik ini merupakan kekuatan dari novel-novel karya Marcel Proust tentang ingatan individu terhadap teka-teki waktu kolektif. Sebuah periode terminal paradoks yang membuat novel-novel membicarakan waktu sebagai sebuah ruang kontemplatif untuk singgah sejenak (terminal) menoleh ke masa lalu dan melihat seluruh sejarah yang telah dilewat dan mempertimbangkan kehidupan.

Karakter novel dengan daya tarik waktu bukanlah sekadar mengangkat sebuah fenomena sejarah sebagai materi novel, tetapi sebuah proses menengok pada sejarah secara kontemplatif. Karakter seluruh karya Pramoedya Ananta Toer, seperti Jejak Langkah, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, hingga Jalan Raya Pos, Jalan Raya Deandles yang menggunakan waktu sejarah untuk mempertimbangkan arah kehidupan Indonesia ke depan. Karya Pram adalah salah satu model yang menunjukkan “spirit novel” Indonesia dalam perspektif Kundera. Mengenai tiga kualitas mendasar dari “spirit novel” perspektif Kundera, akan dilanjutkan dalam tulisan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun