Pada umumnya perusahaan yang telah memanfaatkan software payroll seringkali menghadapi berbagai pertanyaan dari karyawan mengenai dasar penentuan nilai gaji mereka. Untuk perusahaan dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak masih relatif lebih mudah untuk menentukan nilai gaji secara case by case. Namun jika perusahaan sudah berkembang dan jumlah karyawan semakin banyak, mungkin cara ini akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dari karyawan karena mereka menganggap perusahaan berspekulasi atas nilai gaji yang diberikan. Jika hal ini terus dilakukan maka akan muncul banyak komplain dari karyawan yang didasari dari sudut pandang mereka terhadap nilai yang diberikan, seperti :
- Karyawan menganggap perusahaan menentukan nilai gaji dengan sewenang – wenang.
- Karyawan merasa performa mereka cukup baik sehingga layak dihargai lebih.
- Karyawan merasa bingung tentang hubungan antara performa dengan kenaikan nilai gaji.
Berikut beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghindari masalah ini terjadi :
1. Buat Formula Atas Nilai Gaji
Selain itu perusahaan juga dapat mebuat Pay Grade untuk menghindari negosisasi gaji yang berbelit-belit. Karena pada Pay Grade sudah ditetapkan range gaji untuk setiap levelnya. Dengan menerapkan aturan ini seorang staff tidak akan bertanya tentang “mengapa gaji saya lebih kecil dari seorang senior staff ?” tetapi mereka akan bertanya “apa yang harus saya lakukan untuk menjadi seorang senior staff ataupun seorang manager ?”. Hal ini tentu akan berdampak baik bagi performa karyawan.
Contoh Pay Grade:
Sebagai contoh, pada Seksi IT Developer ada 2 posisi jabatan yaitu Senior Programmer dan Junior Programmer. Skill yag dibutuhkan seorang Junior Programmer adalah menguasai bahasa pemrograman C++ sedangkan untuk menjadi Senior Programmer harus bisa menguasai bahasa pemrograman C++ dan Java. Selain menguasai bahasa pemrograman C++ dan Java untuk menjadi Senior Programmer harus memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun dibidang yang sama. Buatlah deskripsi jabatan yang detail serta hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk setiap levelnya, namun tetap terlihat realisitis dimata karyawan.
3. Lebih Sering Melakukan Review Terhadap Kinerja Karyawan
Sebagai contoh, seorang Ibu menugaskan anaknya untuk menjaga kebersihan rumah, tetapi ibu tersebut hanya mengawasinya satu kali dalam setahun. Tentu anak tersebut tidak akan melakukan tugasnya dengan baik atau bahkan tidak melakukannya sama sekali. Memang karyawan bukanlah anak-anak yang harus direview setiap hari. Akan tetapi dengan melakukan review lebih sering, seorang karyawan akan lebih cepat menjadi professional yang lebih baik dan bisa bekerja sesuai ekspektasi.
Dengan menerapkan 3 hal di atas perusahaan akan mempunyai skema yang sistematis dan lebih objektif terhadap nilai gaji karyawan. Hal ini akan berdampak terhadap proses review nilai gaji yang lebih cepat dan hilangnya persepsi negatif dari karyawan kepada perusahaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H