Â
 Kita dua raga di catatan kenangan
Dua raga rindu eratkan genggaman
Dua raga di bingkai terpisah saling jaga
Dua raga paling durhaka
Dua raga berdosa
Perisal pura-pura saling jaga
Padahal tahu akan saling terpisahkan
Pada akhirnya saling kritik karena perbedaan
Â
   Kita pernah berlari jejaki hayalan menuju harapan
Melawan keadaan sebelum di bunuh kelemahan
Kemudian di reruntuhan kegagalan
Kita terpuruk sebab kenyataan
Kita dua raga paling sial pada catatan langit takdir
   Seperti daun enggan terpisah dahan
Menari bersama angin sebelum paksakan berjarak
Atau kita setumpuk kayu sebelum bara api
berada dalam ikatan sebelum di hembus angin sebagai debu.
   Aku masih mengingat betul,
Gelas kopi yang sempat dinikmati kemarin tak lagi pahit
Sebab senyum hawa lain
Suasana riuh kamar yang sempat sepi sebab kehilangan
Kembali berdamai
Sebab masa lalu, kita dua orang yang saling tahu
Aku yang menjaga rusuk adam lain
Atau kau yang menjaga imam hawa lain
Â
   Tentang kita, dua kesan yang berbeda
Antara aku, adam pada hawa yang salah
Atau kau, hawa pada adam yang keliru
Kita dua manusia hebat hadirkan lepas paling sengaja.
                                 __Denpasar, 18 April
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H