Mohon tunggu...
Ahmad RoykhanAsy
Ahmad RoykhanAsy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030122

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030122

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Candi Sambisari, Pesona Candi yang Terkubur

9 Juni 2022   23:07 Diperbarui: 9 Juni 2022   23:15 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi: saoto bathok mbah katro

Sejarah Indonesia tak lepas dari masa Hindu-Buddha yang berdiri berbagai kerajaan yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Di masa sekarang kerajaan-kerajaan itu meninggalkan berbagai peninggalan, salah satunya candi.

Di Pulau Jawa terdapat berbagai candi Hindu atau Buddha yang terkenal seperti Candi Borobudur, Candi Arjuna, dan Candi Prambanan. Candi-candi tersebut berada di dataran yang tinggi atau di tinggi yang sama dengan wilayah sekitarnya. Namun pernahkah anda tahu bahwa ada candi yang berada lebih rendah dari wilayah sekitarnya yang dianggap ukuran candinya kecil. Candi itu adalah Candi Sambisari.

Candi Sambisari merupakan candi yang bercorak agama Hindu yang diperkirakan dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno. Candi tersebut terletak di Desa Sambisari, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak dari pusat kota Yogyakarta kira-kira 13 kilometer dengan estimasi waktu 30 menit, dan kira-kira hanya berjarak 7 kilometer dari kompleks Candi Prambanan.

Rute menuju Candi Sambisari terbilang sangat mudah. Dari pusat kota Yogyakarta menuju ke timur melewati Jalan Raya Yogyakarta--Solo. Kemudian sesampainya pertigaan Bandara Adi Sutjipto anda masih harus lurus terus. Begitu menjumpai pertigaan dengan penanda Gedung Balai Diklat Keuangan Yogyakarta silahkan belok kiri menuju utara. Tak sampai 10 menit anda akan tiba di Candi Sambisari yang terletak di area perkampungan warga.

Untuk bisa masuk ke area Candi Sambisari, diperlukan tiket masuk. Untuk pengunjung lokal dikenai tarif sebesar 6 ribu rupiah per orang dan wisatawan asing dikenakan tarif 10 ribu rupiah per orang. Selain membayar tiket masuk area candi tersebut, di tempat itu juga terdapat area parkir yang cukup dengan membayar 2 ribu rupiah untuk motor dan 5 ribu rupiah untuk mobil. 

Tempat parkir yang tersedia juga berada tidak jauh dari area candi, jadi tidak perlu capek untuk jalan menuju area candi.

Jam buka di Candi Sambisari ini mulai pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB.  Waktu terbaik untuk berkunjung ke candi tersebut saat pagi hari pas awal buka atau sore hari menjelang tutup. Saat pagi hari pengunjung yang berdatangan ke candi ini belum terlalu banyak. Sehingga anda bisa leluasa untuk berkeliling atau berfoto-foto.

Selain pagi hari, berkunjung pada sore hari juga waktu yang asyik. Anda bisa menikmati matahari terbenam sembari bersantai atau berbincang dengan teman seperjalan atau orang tersayang. Namun, pada sore hari wisatawan yang datang ke candi ini cukup banyak.

Yang unik dari Candi Sambisari adalah lokasinya. Lokasi candi terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang dahsyat pada awal abad 11 Masehi dan memuntahkan material vulkanik ke segala penjuru yang memporak-porandakkan kehidupan masyarakat serta mengubur candi itu.

Bahkan penemuan Candi Sambisari juga cukup unik. Candi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani Desa Sambisari bernama Karyowinangun pada tahun 1966. Ketika itu beliau tengah menggarap sawah dengan cangkulnya. Beliau merasa bahwa cangkulnya mengenai benda keras seperti batu, ketika digali lebih dalam ternyata batu tersebut merupakan bongkahan dari sebuah candi.

Mendengar hal itu, Dinas Purbakala setempat segera menuju ke tempat tersebut. Setelah diteliti, akhirnya diketahui bahwa batu tersebut merupakan komponen candi dan dilakukan ekskavasi alias penggalian lanjutan.

Pada awal penemuan, seluruh bangunan candi terkubur oleh timbunan pasir dan batu. Kondisi seperti itu menjadikan proses pemugaran candi memakan waktu yang cukup lama. Perlu waktu 21 tahun untuk merampungkan proses ekskavasi hingga rekonstruksi bangunan. Hingga akhirnya selesai dipugar pada tahun 1987.

Sejarah mengenai pembuatan Candi Sambisari ini menurut bukti-bukti sejarah yang ditemukan oleh Dinas Purbakala yaitu mulai dibangun pada abad ke-9 sekitar tahun 812-838 Masehi oleh Raja Rakai Garung, yang berarti semasa dengan Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Candi Sojiwan. Raja Rakai Garung merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Sanjaya.

dokumen pribadi: potret candi sambisari dari ujung
dokumen pribadi: potret candi sambisari dari ujung

Penampakan kompleks Candi Sambisari itu dikelilingi oleh dua lapis pagar batu, yang pagar batu sisi terluar memiliki ketinggian yang lebih rendah daripada pagar batu sisi dalam. Di dalam pagar batu tersebut terdapat satu candi utama serta tiga candi perwara atau candi pendamping.

Di bagian luar pagar utama juga terdapat patung Durga Mahisasuramardini pada bagian utara, patung Ganesha pada sebelah timur, patung Agastya pada bagian selatan. Serta dua patung dewa penjaga pintu yaitu Mahakala dan Nandiswara di sebelah barat.

Pada bagian candi utama yang berbentuk bujur sangkar didalamnya terdapat arca lingga dan yoni dengan ukuran cukup besar. Lingga yoni melambangkan kemakmuran dan kesuburan yang merupakan bentuk penghormatan umat Hindu kepada Dewa Syiwa.

Di Candi Sambisari ini pengunjung bisa berkeliling mengamati detail arsitektur candi tersebut. Selain itu pengunjung juga bisa bersantai dengan menggelar alas di taman yang ditumbuhi rerumputan hijau sembari menyantap bekal. Asal tetap menjaga etika dan tatakrama serta menjaga kebersihan di area candi yang memiliki nilai historis ini.

Fasilitas di Candi Sambisari ini cukup lengkap. Terdapat toilet, musholla, dan tempat sampah yang disediakan oleh pihak pengelola candi ini.

Bagi anda yang tidak membawa makanan dan minuman, di sekitar Candi Sambisari terdapat cukup banyak penjual jajanan baik makanan ataupun minuman.

dokumen pribadi: saoto bathok mbah katro
dokumen pribadi: saoto bathok mbah katro

Anda juga bisa mengisi perut yang lapar dengan semangkuk saoto segar mbah katro. Berada tak jauh dari kompleks Candi Sambisari, warung saoto atau soto Mbah Katro ini telah terkenal dengan kelezatan dan keunikannya. Uniknya disini soto dihidangkan dengan menggunakan batok kelapa atau tempurung kelapa yang dipercaya menambah cita rasa dari soto tersebut. Hal ini soto mbah katro disebut dengan Saoto Bathok Mbah Katro.

Selain soto, anda juga bisa menikmati tempe goreng, sate usus, maupun sate telur sambil duduk di lesehan atau saung-saung bambu yang terletak tepat di pinggir sawah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun