Mohon tunggu...
Royke Burhan
Royke Burhan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Goweser

Pendidikan dokter dan Pasca Sarjana di Universitas Sam Ratulangi Manado

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masa Depan Nutraceutical dalam Pengobatan Modern

28 November 2021   12:14 Diperbarui: 28 November 2021   12:17 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gamat emas dikenal juga sebagai teripang, hoisom atau timun laut yang kaya akan berbagai senyawa bioaktif yang memiliki berbagai manfaat seperti anti inflamasi, anti virus, imunomodulator, mempercepat regenerasi (bahkan disebut sebagai the champion of regeneration), dan mengendalikan kolesterol. Pada sediaan ini, ekstrak gamat telah berbentuk peptida untuk mempermudah penyerapan lewat saluran cerna sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya. Gamat atau teripang telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa-bangsa di Asia dalam pengobatan tradisional bahkan disebut sebagai ginseng laut. Keistimewaan gamat adalah kandungan kolagennya yang mencapai lebih dari 90%. Para ahli memiliki teori bahwa suplementasi kolagen dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Kolagen memperkuat struktur arteri (pembuluh nadi) yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tanpa kolagen, arteri anda menjadi lemah dan mudah retak. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis, dimana pembuluh darah menyempit dan berpotensi terjadi serangan jantung dan stroke.

Sebuah penelitian, 31 orang dewasa diberikan 16 gram kolagen selama 6 bulan. Diakhir penelitian, pemeriksaan menunjukkan terjadi penurunan kekakuan arteri dibandingkan sebelum mereka mendapatkan suplementasi kolagen. Artinya, arteri mereka menjadi lebih elastis.

Efek lain dari konsumsi kolagen tersebut, HDL (kolesterol baik) mereka meningkat rata-rata sebesar 6%. HDL adalah salah satu faktor penting pelindung terhadap kejadian aterosklerosis.

Pare, telah lama diketahui sebagai jenis sayuran yang memberi rasa kenyang dan hanya mengandung sedikit kalori. Pertama kali diidentifikasi oleh Lolitkar dan Rao tahun 1960, diketahui bahwa pare mengandung senyawa charantin yang mampu meningkatkan ambilan glukosa oleh sel tubuh, sebuah mekanisme kerja yang mirip beberapa obat anti DM seperti metformin. Pare juga, mengandung senyawa polypeptide-P dan  Vicine yang bersama dengan charantin selain meningkatkan ambilan glukosa juga meningkatkan sintesa glikogen dalam sel terutama liver, otot dan lemak. Glikogen berfungsi sebagai cadangan tenaga yang dapat dibentuk kembali menjadi glukosa jika diperlukan, misalnya saat berpuasa.

Spiruxanthin, adalah sebuah suplemen yang terdiri dari spirulina dan astaxanthin. Bila gamat memiliki efek melindungi struktur bagian dalam pembuluh darah (endotel) maka spirulina punya kemampuan untuk melawan efek merusak dari homosistein yaitu kerusakan endotel dan timbul gumpalan/bekuan darah yang dapat merusak aliran darah. Biosintesis dalam tubuh bisa merubah homosistein yang merusak menjadi metionin atau sistein yang bermanfaat bagi tubuh. Apa yang dibutuhkan agar homosistein dapat berubah menjadi asam amino metionin dan sistein? Jawabannya : asam folat dan sekelompok vitamin B lainnya. Dimana anda mendapatkannya? Pada makanan anda atau mengonsumsi suplemen seperti spirulina.

Astaxanthin, karena merupakan anti oksidan terkuat, hingga kini telah banyak diproduksi oleh perusahaan farmasi ternama karena manfaatnya pada berbagai penyakit kronis telah lama dilaporkan oleh berbagai penelitian, diantaranya memiliki potensi melawan penyakit jantung dan pembuluh darah. Astaxanthin juga dapat mengurangi stres oksidatif pada sel beta pankreas akibat kadar gula darah yang tinggi dan juga memperbaiki kadar gula dan insulin.

Dari berbagai efek baik senyawa-senyawa bioaktif tersebut maka jelaslah bahwa dengan penggunaan teratur dan pola makan yang tidak berlebihan karbohidrat seorang penderita diabetes tidak lagi terlalu tergantung pada berbagai obat kimia yang seringkali malah berakibat tidak baik akibat efek samping atau  interaksi antar obat jangka panjang. Terlihat dari terapi yang diberikan pada pasien tersebut, satu-satunya obat kimia yang digunakan adalah Anpiride (glimepiride) dilengkapi dengan dua macam suplementasi yaitu Gamat Pare dan Spiruxanthin. Hasil laboratorium membuktikan, hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan, kadar HbA1c turun dari  9.4 (257mg/dL) menjadi 6.3 (147mg/dL) dan nilai laju filtrasi glomerulus (eLFG) naik dari       58 menjadi 67 mL/min/1,73m. Laju filtrasi glomerulus menggambarkan fungsi ginjal dimana awalnya fungsi ginjal penderita tersebut berada pada grade 3a namun seiring pengobatan komplementer yang diterapkan padanya maka terjadi perbaikan hingga mencapai grade 2. Dimasa yang akan datang, perlu diperluas pula monitoring terhadap beberapa parameter lainnya terutama profil lemak. 

Keberhasilan menurunkan nilai HbA1c dan perbaikan fungsi ginjal membuat metode pengobatan komplementer berupa kombinasi antara obat kimia dan suplementasi neutraceutical layak dipertimbangkan demi keamanan dan kenyamanan pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun