Mohon tunggu...
Roy Jack
Roy Jack Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan swasta yang suka membaca,

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Dibalik Perampasan Hak Rakyat Memilih Pemimpin Daerah?

26 September 2014   17:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:26 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_325755" align="aligncenter" width="509" caption="Benny K Harman saat menyampaikan sikap Fraksi Demokrat untuk Walk Out (Sumber : Breaking News MetroTV )"][/caption]

Melalui Rapat Paripurna DPR RI yang alot hingga subuh Jumat (26/09/2014), akhirnya  RUU Pilkada telah disahkan menjadi Undang-Undang (UU) Pilkada oleh DPR RI (periode 2009-2014). UU yang menyatakan bahwa Gubernur & Bupati/Walikota akan dipilih oleh anggota DPRD

Ada kejadian menarik dan cukup mengejutkan jelang voting dilakukan, yaitu ketika Fraksi Demokrat melakukan aksi Walk Out (WO).

Melalui salah satu TV swasta yang saya ikuti, anggota fraksi Demokrat Benny K Harman menyampaikan sikap fraksinya  untuk WO

Sambil menonton rombongan anggota fraksi Demokrat beranjak dari kursinya, pikiran saya langsung teringat dengan statement Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kanal Suara Demokrat di YouTube, bahwa beliau mendukung Pilkada Langsung dengan beberapa syarat.

[caption id="attachment_325753" align="aligncenter" width="518" caption="SBY saat wawancara tentang RUU Pilkada ( Sumber : Kanal Suara Demokrat di Youtube)"]

14116989471673945212
14116989471673945212
[/caption]

Sepakat dengan pernyataan pengamat politik Hanta Yudha di stasiun TV tsb bahwa dengan WO dari rapat paripurna, berarti sama saja fraksi Demokrat (cq SBY) melapangkan jalan bagi pendukung Pilkada lewat DPRD untuk memenangkan voting. Karena dengan melihat komposisi suara anggota fraksi  antara pihak Pro & Kontra Pilkada Langsung, jumlah suara pada proses voting akan langsung timpang. Terbukti dengan hasil voting : 226 anggota DPR yang memilih Pilkada melalui DPRD & hanya 135 anggota yang Pro PILKADA LANGSUNG ( termasuk 6 anggota fraksi Demokrat yang memilih tidak WO & 11 anggota fraksi Golkar yang Pro PILKADA LANGSUNG... Salute, Berani Beda dengan sikap fraksinya )

Ahh.. ternyata Pak Presiden kita yang akan segera lengser ini, sedang membanyol saat menyampaikan pernyataan mendukung Pilkada Langsung tsb. Tidak satunya kata dengan sikap/perbuatan.

Dengan WO-nya fraksi Demokrat dari rapat paripurna jelang voting, membuktikan bahwa SBY adalah Intelektual Dader dibalik "kejahatan" perampasan hak saya & rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin daerah yang mumpuni.

Entah rencana apa yang sedang dirancang oleh SBY & Komplotan Merah Putih  jelang peralihan pemerintahan ke Jokowi.

Apakah ini  bagian dari bargaining position SBY ke Jokowi pasca lengser ataukah skenario untuk memicu  "kerusuhan" & amuk massa akibat perlawanan rakyat terhadap UU Pilkada via DPRD yg melawan logika publik . Perlawanan yang bisa menggangu stabilitas politik & keamanan jelang transisi & awal pemerintahan baru ?

Ataukah kejadian ini merupakan tindakan "pembalasan" & "pelajaran" dari SBY kepada Megawati Soekarno Putri ?  Mungkin saja , apalagi jika ditambah dengan "provokasi" dari yang mengaku kesatria kuda lumping yang belum bisa move on & legowo pasca kekalahan Pilpres 2014.

Apapun itu, langkah SBY (melalui Mendagri ) mengajukan RUU Pilkada ke DPR & WO-nya fraksi Demokrat , sungguh legacy/warisan yang buruk dari seorang SBY

Jadi teringat pernyataan Wagub DKI Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, bahwa banyak oknum pejabat/elit yang bersikap santun dalam berwacana & berapi-api dalam retorika, tapi  pada dasarnya munafik  & tidak tulus memperbaiki bangsa & negara ini.

Benarlah apa yang disampaikan Prof Sahetapy dalam acara ILC, bahwa sebagian oknum pemimpin/elit  negeri ini, mengambil keputusan berdasarkan pada pertimbangan "relasinya apa ?" bukan berdasarkan "PRINSIPNYA APA ?". Tak heran jika korupsi & ketidakadilan sosial masih terus terjadi.

Semoga 9 Hakim Mahkamah Konstitusi menolak & mengembalikan UU Pilkada via DPRD  ini kepada DPR periode mendatang.

Sampai kapan intrik politik "balas membalas" ini berakhir  ?

Semoga Jokowi-JK & jajaran pemerintahannya kelak, dapat menemukan format rekonsiliasi nasional untuk kemaslahatan & kesejahteraan bangsa ini.

Salam Pencerahan & Salam Politik Akal Sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun