Mohon tunggu...
Royas Aulia Subagja
Royas Aulia Subagja Mohon Tunggu... Guru - Lulusan S1 Pendidikan Sejarah UPI - PPG Pra Jabatan Universitas Galuh

Belajar dari kesalahan untuk upgrade di masa depan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aksi Nyata - Isu-isu Penyelenggaraan Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah dalam Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi dan Politik

24 Mei 2024   06:44 Diperbarui: 24 Mei 2024   06:47 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelum memulai proses pembelajaran tentang isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, saya memiliki pandangan bahwa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat mempengaruhi kualitas dan akses pendidikan. Saya menyadari bahwa setiap sekolah menghadapi tantangan unik yang dipengaruhi oleh konteks lokal mereka, namun belum sepenuhnya memahami bagaimana masing-masing faktor ini saling berinteraksi dan berdampak pada penyelenggaraan pendidikan.

Dalam mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia, saya mempelajari bahwa faktor sosial seperti latar belakang keluarga, hubungan sosial, dan dukungan komunitas memiliki peran besar dalam keberhasilan pendidikan. Selain itu, faktor budaya seperti nilai-nilai lokal dan tradisi mempengaruhi cara belajar siswa dan pendekatan pengajaran yang efektif. Faktor ekonomi, termasuk ketersediaan sumber daya dan fasilitas, serta faktor politik, seperti kebijakan pendidikan dan pemerintahan, juga menentukan kualitas dan aksesibilitas pendidikan.

Bersama rekan-rekan di ruang kolaborasi, saya belajar lebih dalam mengenai bagaimana berbagai sekolah di Indonesia mengatasi tantangan yang berbeda. Diskusi ini mengungkapkan pentingnya pendekatan yang disesuaikan dengan konteks lokal dan bagaimana keterlibatan komunitas dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Kami juga berbagi strategi sukses dari berbagai daerah yang bisa diadaptasi oleh sekolah lain untuk mengatasi tantangan serupa.

Proses demonstrasi kontekstual yang dijalani bersama kelompok memberikan wawasan praktis tentang penerapan teori dalam situasi nyata. Saya belajar bahwa adaptasi kurikulum dan metode pengajaran harus mempertimbangkan kondisi sosial-budaya siswa. Misalnya, di SMAN 3 Ciamis, kami menemukan bahwa penggunaan bahasa daerah dalam beberapa materi pelajaran dapat membantu siswa lebih mudah memahami konsep-konsep sulit. Selain itu, pentingnya kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung juga menjadi jelas.

Sejauh ini, saya memahami bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Setiap faktor ini memiliki kontribusi unik dalam membentuk pengalaman belajar siswa. Pemahaman ini membantu saya melihat bahwa solusi pendidikan harus holistik dan berkelanjutan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan perubahan yang berarti. Sebelum pembelajaran, saya melihat isu-isu pendidikan lebih secara terpisah. Namun, setelah mempelajari topik ini, pemahaman saya berubah. Saya kini melihat isu-isu ini sebagai bagian dari sistem yang saling terkait, di mana perubahan pada satu aspek dapat mempengaruhi aspek lain. Misalnya, kebijakan politik yang baik dapat meningkatkan investasi ekonomi di sektor pendidikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan fasilitas dan sumber daya untuk mendukung pembelajaran.

Saya ingin belajar lebih lanjut tentang strategi spesifik yang berhasil di berbagai konteks sosial dan budaya di Indonesia. Selain itu, saya ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana kebijakan pendidikan dapat diimplementasikan secara efektif untuk mendukung sekolah-sekolah di daerah terpencil atau kurang berkembang.

Pembelajaran ini menghubungkan berbagai materi dalam mata kuliah yang sama dan dengan mata kuliah lain sepertFilosofi Pendidikan Indonesia dan Pemahaman Peserta didik dan Pembelajarannya . Pemahaman tentang isu-isu sosiokultural memperkaya perspektif saya tentangbagaimana mengjar yang baik dengan mempertimbangkan budaya peserta didik dalam konsep Culturally Responsive Teaching (CRT).

Pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk kesiapan saya sebagai guru. Saya menjadi lebih peka terhadap konteks sosial dan budaya siswa serta mampu mengembangkan strategi pengajaran yang lebih responsif dan inklusif. Ini juga memberi saya alat untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dalam pendidikan.

Saya menilai kesiapan saya saat ini dalam skala 1-10 adalah 8. Alasannya adalah saya merasa memiliki pemahaman yang baik tentang teori dan aplikasi praktis, namun masih perlu lebih banyak pengalaman langsung dan pembelajaran lebih lanjut tentang konteks spesifik. Untuk menerapkan pengetahuan ini dengan optimal, saya perlu terus berlatih, mengembangkan keterampilan komunikasi dengan siswa dan komunitas, serta memperdalam pemahaman tentang kebijakan pendidikan dan manajemen sekolah. Pengalaman praktis di lapangan dan refleksi berkelanjutan akan sangat penting dalam meningkatkan kesiapan saya sebagai guru yang baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun