Mohon tunggu...
Roy Andri
Roy Andri Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya adalah seorang Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pengaruh Penayangan Sinetron Terhadap Cara Berpakaian Pelajar di Sekolah

13 Oktober 2015   21:49 Diperbarui: 13 Oktober 2015   23:24 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan bermedia melahirkan format baru dalam dunia pertelevisian sehingga acara-acara yang disuguhkan pun semakin beragam. Keragaman tersebut dapat dilihat mulai dari program berita hingga sinetron-sinetron remaja. Hampir keseluruhan acara tersebut ditujukan untuk menghibur pemirsa, bahkan untuk suguhan berita sekalipun. Positifnya, pemirsa televisi (dalam bahasan ini adalah pelajar) pun mendapatkan banyak pilihan acara.

Sayangnya, kebebasan bermedia pada akhirnya berdampak pada kurang terkontrolnya acara-acara yang ditayangkan. Mulai dari kurang kontrol dalam jam penayangan hingga kontrol mutu acara tersebut. Salah satu sisi yang kurang terkontrol adalah penayangan sinetron remaja yang makin marak. Bahkan, dalam setiap harinya setiap stasiun televisi Indonesia dapat menayangkan minimal tiga hingga empat judul sinetron. Hingga akhirnya produk dengan durasi rata-rata 30 hingga 60 menit per episode tersebut menjadi tontonan wajib bagi para pelajar . Terlebih, banyak pelajar yang memposisikan sinetron sebagai sarana hiburan yang menyenangkan. Tanpa harus kemana-mana mereka telah mendapatkan hiburan untuk melepaskan kejenuhan yang ada.

Glo*al TV adalah salah satu stasiun televisi swasta yang membidik remaja sebagai konsumennya. Sinetron-sinetron yang ditayangkan di Glo*al TV kebanyakan bercerita mengenai kehidupan siswi SMA dengan rok pendek serta anting-anting besarnya, gaya standar dalam setiap sinetron remaja Indonesia. Namun sesungguhnya, seragam bermodel rok pendek bukanlah mode yang diperkenalkan oleh sinetron. Sebelum sinetron-sinetron remaja merebak, sebuah film yang bertajuk Ada Apa Dengan Cinta (AADC) telah membawa mode tersebut ke dalam dunia remaja. Baru setelah itu muncullah sinetron-sinetron dengan berbagai macam mode pakaian.

Mode-mode pakaian inilah yang kemudian dibawa ke kehidupan sehari-hari oleh para pelajar. Kondisi psikologis pelajar yang belum matang membuat sebagian besar dari mereka mengopi gaya dalam sinetron mentah-mentah. Sifat sebagian besar remaja yang copy cat telah membuat mode-mode pakaian tersebut masuk ke dalam kehidupan mereka. Kemudian mode pakaian kalangan pelajar pun berkembang menjadi baju model sinetron A atau anting dalam sinetron B.

Selain itu pada kenyataannya aturan cara berpakaian yang sudah dibuat oleh pihak sekolah sudah dicemari oleh cara berpakaian yang ada pada sinetron. Penulis sering kali berfikir betapa pintar dan kreatifnya para pemuda Indonesia ini dalam menciptakan cara berpakaian yang bervariasi. Akibatnya, cara berpakaian tersebut tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kesopanan.

Lembaga pendidikan sebagai tempat untuk mencetak generasi muda supaya menjadi insan - insan yang berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agama. Dalam dunia pendidikan tidak hanya ilmu pengetahuan yang dikembangkan, tetapi semua aspek yang meliputi: moral, etika, sopan dan santun, fisik motorik, dan keterampilan hidup lain yang ada pada setiap individu juga wajib dikembangkan secara optimal.

Maka sudah sepantasnya sekolah atau lembaga pendidikan sebagai tempat mendidik generasi muda negara membuat sebuah cara untuk mengatasi masalah ini, karena sekolah bukan hanya mendidik orang menjadi pandai, tetapi juga untuk mendidik seorang belajar moral, etika dan sopan santun.

Di sekolah, kewajiban mengenakan seragam telah menjadi bagian dari tata-tertib sekolah dan dilaksanakan secara ketat, mulai dari ketentuan bentuk, atribut yang di kenakan, bahkan cara memakainya. Penerapan disiplin berseragam yang sangat ketat, seringkali mendapat hukuman bagi pelajar yang melanggarnya, mulai dari teguran lisan yang terjebak dalam kekerasan psikologis sampai dengan tindakan kekerasan hukuman fisik (corporal punishment).

Penayangan sinetron bisa berpengaruh terhadap cara berpakaian pelajar yang cenderung bergaya hidup dengan mengikuti sinetron yang mereka tonton. Tentu saja, sinetron yang mereka tiru melanggar cara berpakaian yang ada di sekolah Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri.

Adanya trend pakaian yang cenderung ketat dan terbuka membawa dampak buruk dalam perkembangan moral. Apalagi hal ini di implementasikan oleh para pelajar. Dunia pendidikan merupakan tempat untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas berpengetahuan luas, cerdas norma dan etika, sehingga pelajar dapat menjadi penerus negara Indonesia dengan cerdas dan mempunyai budaya sopan santun dalam sikap, ucapan, dan perbuatan. Sikap sopan santun dapat terlihat dari cara berpakaian pelajar itu sendiri.

Pelajar sebagai aset negara yang akan mengembangkan dan melestarikan budaya negara ini sudah tidak mempedulikan kesopanan dalam berpakaian. Mereka tidak malu memakai pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh dan terbuka dan melanggar aturan berpakaian di sekolah. Bahkan dalam diri seorang pelajar merasa timbul suatu kebanggaan tersendiri, jika dapat mengikuti cara berpakaian yang sedang berkembang yang menunjukkan mulai lunturnya etika sopan santun di lingkungan sekitar.

Pribadi yang supel akan bisa membawa diri seseorang kepada siapa saja. Tetapi perlu diingat, menyeleksi teman itu harus menjadi salah satu acuan untuk bergaul, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa saja, baik dari teman, teknologi canggih ataupun apa saja. Pelajar pun sebagai generasi muda seharusnya bisa menjaga diri serta memahami hal-hal apa saja yang tidak baik untuk ditiru dan kemudian menjauhinya.

Pelajar harus bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar yang bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita. Nilai-nilai kesopanan juga tetap harus dipegang teguh. Jika tujuannnya hanya ingin menjadikan diri pusat perhatian dan mengundang rasa ingin tahu orang, maka pelajar tersebut telah melanggar kesopanan dalam berpakaian seragam dan bertingkah laku. Mode busana boleh saja terus berganti dari hari ke hari. Tetapi sebagai insan pendidikan tidak boleh terbawa arus. Sesungguhnya, cara berpakaian yang ada pada sinetron itu tidak selalu cocok dengan para pelajar.

Dampak Penayangan Sinetron Terhadap Cara Berpakaian

Berbicara melanggar tata tertib sekolah sudah pasti akan berdampak negatif baik bagi pelajar yang bersangkutan. Dampaknya akan didapatkan di sekolah atau di luar sekolah.    

Namun, pada saat ini penggunaan pakaian dalam dunia pendidikan sama dengan pakaian yang digunakan oleh para pelajar waktu jalan-jalan di luar waktu menuntut ilmu. Mereka menggunakan baju atau pakaian seperti itu ditempat-tempat umum seperti di jalan , pasar, dan lain sebagainya. Hal ini dapat menurunkan harga diri sekolah dan sekolah tersebut akan jadi bahan pembicaraan yang negatif di kalangan masyarakat.

Kita sebagai pelajar sebaiknya pergi ke sekolah mengenakan pakaian yang sopan dan pantas untuk digunakan, karena akan terlihat bersih, rapi, sopan, dan sederhana. Bersih, rapi dan sopan dalam berpakaian akan memberi nilai tambah tersendiri bagi penampilan seseorang. Pakaian membawa kesan pertama yang dilihat seseorang dan merupakan penentu penilaian seseorang.

Berikut ini daftar dampak buruk penayangan sinetron terhadap cara berpakian bagi pelajar

  • Bentuk baju seragam, rok dan celana mengikuti aturan, berubah menjadi seragam ketat (press body) .
  • Baju dikeluarkan seperti pada sinetron yang mereka tonton.
  • Mengajarkan kepada penonton bahwa pergi ke sekolah harus dengan berpakaian rok mini, baju ketat dengan aksesoris berlebih, dengan kata lain sinetron ini mengajarkan bahwa pergi ke sekolah hanya untuk bergaya, menunjukan segala kekayaan yang kita punya. Hal ini bertentangan dengan norma dan tata tertib di seluruh sekolah di Indonesia.

Jadi penanganan untuk masalah ini dapat dilakukan dengan membiasakan kepada para pelajar untuk memakai pakaian yang formal sesuai dengan peraturan di sekolah. Pembiasaan ini dapat dilakukan sewaktu pelajar mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pembiasaan tanpa ada aturan akan terasa kurang tepat, sehingga untuk memecahkan masalah ini di perlukan aturan dan sanksi yang tegas dari semua pihak.

 

 

ROY ANDRI, YOGYAKARTA 13 OKTOBER 2015
S1 TEKNIK INFORMATIKA UTY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun