Mohon tunggu...
Royan Juliazka Chandrajaya
Royan Juliazka Chandrajaya Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pekerja lepas yang sedang berusaha memahami makna hidup.

Saya suka hal-hal yang berbau fiksi. Jika diberi kesempatan, saya akan terus menulisnya. Instagram : @royanjuliazkach Twitter : @royanazka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rosmini

7 Juli 2022   15:56 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:57 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rosmini (sumber : flickr.com)

Ia enggan membawanya ke ranah hukum dengan alasan tak ingin bertengkar dengan keluarga sendiri. Belum lagi biaya peradilan di negeri ini yang tidak murah.

Sadar bahwa ia tak dapat berharap banyak kepada harta warisan milik suaminya, ia memutuskan berjualan kue tradisional di pasar. Telah berlalu sekitar 16 tahun sejak ia pertama kali berjualan kue.

Dari hasil penjualan kue, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya hingga tamat SMA. Anaknya yang bungsu saat ini telah menginjak bangku SMA. Sedang kakaknya baru saja diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Palopo.

Rosmini bukan tipikal wanita yang mudah menyerah dengan keadaan. Ia telah bertahan dengan kesabaran selama belasan tahun merawat keenam anggota keluarganya sendiri. Bukan pekerjaan yang mudah tentunya.

Setiap pukul tiga pagi ia harus bangun menyiapkan bahan-bahan kue. Kue yang ia buat sebagian besar adalah kue basah berbahan dasar santan, sehingga harus dibuat beberapa jam sebelum dijual.

Selepas membuat kue ia harus menyiapkan sarapan untuk kelima anak dan suaminya. Dalam keadaan tertentu, ia harus memandikan suaminya dan membersihkan kotoran yang ada di kamarnya.

Menjelang siang ia masih harus mengambil kelapa di kebun. Mengupasnya, memarutnya dengan alat sederhana dan memeras santannya. Jika kayu bakar habis, ia akan kembali ke kebun mencari ranting-ranting kering berserakan di bawah pohon.

Terkadang uang hasil penjualan kuenya habis seketika hanya untuk membayar tagihan listrik dan kebutuhan jajan kelima anaknya. Tak ada lagi modal untuk membuat kue. Hal itu memaksanya harus mengajukan pinjaman ke Bank agar usaha kuenya tak berhenti, sebab hanya  itu satu-satunya harapan agar dapat terus bertahan hidup. Tak ada satu pun keluarga yang menolongnya.

"Bagaimana caranya bayar cicilan Bank tiap bulan?" .. "itu juga yang saya tidak pikirkan nak" jawabnya sambil tertawa.  Pernah di suatu siang yang terik. Ia baru saja pulang bersama dua anaknya dari mengambil kayu bakar di kebun.

Dari kejauhan, Rosmini melihat ada tiga orang dengan jaket hitam, celana kain, dan sepatu kulit sedang duduk di teras rumahnya. Segera Rosmini menyadari kalau mereka adalah debt collector dari Bank.

Tanpa pikir panjang ia bersama kedua anaknya kembali ke kebun. Ia baru pulang ke rumah ketika senja mulai tiba. Masa-masa sulit itu ia lewati dengan penuh keyakinan bahwa suatu saat semua cobaan yang ia alami akan segera berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun