Hanya tuhan yang berhak menghakimi mahluknya. Atau seorang hakim yang dia ditugaskan atas dasar-dasar yang jelas. Sekarang, apakah kau berjubah dan menggenggam palu? Layaknya seorang hakim? Are you serious? Boleh berhakim-hakim bung, tapi tak juga harus meng-include kata 'memaksa' di hasilnya. Kau mengatakan semua seolah kan dan semua yang kau katakan adalah kebeneran. Kata-kata orang yang meng-intropeksi dirimu kau campak kan! Jadilah kau, mahluk egois yang labil. Aku tak mengatakan semua yang kau katakan dan perilakumu salah, tapi setidaknya sebagai seorang yang mau nya dihargai, kenapa tidak menerima kesalahanmu disalahkan? Apakah kau ibarat gelas kosong yang ingin di isi terus? (Orang yang kosong harga diri minta dihargai terus). Wani piro bung? Hahaha
No body is perfect, tak ada manusia yang sempurna!!! Berarti sudah dalam garis bahwa, manusia memiliki salah bukan? Ya tak perlu panjang lebar untuk ini. Aku tau, jawaban akurat nya sudai terjurus pada "Ya". Kenapa kau malah menolak ponis salah yang memang salah pada dirimu? Egois bukan?
Kau anggap otak dan pemikiran orang itu sama denganmu. Maaf bung, tak ada yang sama didunia ini. Lantas janganlah bersikap se-enak udel saja. Itu kan menurutmu, bagaimana menurut orang lain? Lihat, tak ada yang berada pada pihakmu bung. Jelas saja, yang lain masih bisa menapsirkan mana fakta dan mana egois. Bisa jadi kau menapsir bagaimana, jika menurut orang lain? Tapi tetap saja, hasil pemikiran itu kan cuma menebak kata-kata orang lain.
Dilihat dari kata "menebak" jelas tidak ada kepastian terselubung didalam nya. Yang ada hanya ambang-ambang, andai-andai, mungkin, dan menghakimi pikiran orang tanpa kepastian pikiran nya. Toh, buktinya semua orang menyalahkan mu. Hahaha, bung bung... Kau ibarat ngotot 1+1 itu sama dengan 3. Lalu kau bertahan dibalik angka 3, yang jelas-jelas salah. Lalu kau berpikir "andai aku bertanya pada si A, dia pasti jawab bener". Wah, sebuah tebak-tebakan amburadul bung! What the hell bung, kasian si A jadi orang bodoh dalam pikiranmu, lantaran membenarkan si angkat tiga. Hahaha
Akal-akal sehat yang keluar menentangmu mengatakan dua lah hasil 1+1 kau tolak habis-habisan. Kau pentingkan kata-katamu dan emosimu saja. Tanpa kau hiraukan komentar asing! Boleh jadi kau hiraukan, tapi kau simpulkan juga menurutmu sendiri, dengan egoismu sendiri, dengan versimu sendiri. Kau tela'ah dengan hasil otakmu sendiri, memponis pikiran orang tanpa kata 'mendengar'. Sungguh, ironis. Bung.
Ya, layaknya orang egois sejenis nya. Tentu saja, se-letih manapun kita menjelaskan tak kan di gubris. Digubris sih, tapi masuk kanan keluar kanan. Memantul bung. Haha
Tapi, harapanku bisa membuatmu berpikir sedikit. Untuk menjadi orang yang bisa bernegoisasi pendapat dgn yang lain. Ingat, bung! 'Fakta dan egois itu beda tipis'. Saya harap kamu sbg individu yang (mungkin) tak mau dianggap egois akan lebih lihai memahami pihak mana kah kau. Pihak egois atau pihak fakta? Aidono lah...
Padang lawas utara, 18.10.2012 16:43 wib.
Lihat versi blog: http://news.mig33.info/insting/sebuah-protes-fakta-atau-egois/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H