Mohon tunggu...
Ridho Irawan
Ridho Irawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya orang nya ingin bisa di segala bidang maupun hal. Selebihnya silahkan lihat sendiri. inilah hasil coret2an keyboard hp ku... hehehehe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika semua terpaksa terorbitkan pada Ga tau

4 Oktober 2012   03:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingin rasanya aku mencari kesibukan yang membuat aku lupa akan pertanyaan-pertanyaan yang hamblang jawabnya ini. Mengkayuh tiap detik hari-hari ku tanpa bayangan asa yang memang hampir tak ada lagi, terrampas gejolak perseteruan otak ku yang membuat detak jantungku tersendat-sendat. Ah, kalau bisa aku hilang ingatan saja dan tersadar dengan keadaan tak tau apa-apa lagi. Laju pikirku kadang tak lagi menemui titik waras, yang mengobrak abrik semua konsentrasiku, Ahirnya bingung, pusing, dan kosong pandanganku. Hampir aku tak tau lagi kalau aku masih mengalir darahnya, bedenyut nadinya, berhembus napas sesaknya. Engganku kadang timbul untuk sekedar menyambi berpikir lain lagi atau hanya sekedar menarik napaspun rasanya ogah.

Semua jenis tanya terus menerus menghujamku, seakan mengucap sumpah setia bahwa dia akan bersamaku selamanya. Pandanganku sayup, dipenuhi bening yang menggrogoti kewarasanku "kenapa? Apa? Kok begini?" atau apa jenis tanya itu, yang terus menekan dadaku hingga sesak. Yang menciptakan aku menjadi pribadi pendiam, yang goyah jiwanya, remuk tulangnya, dan menetes darahnya.

Berpikir untuk pergi dari rumah untuk mencari kesibukan diluar sana, atau ingin menjerit sekeras-kerasnya. Hingga yang mendengarkan sampai peka karenanya. Aku ingin melewati hari ini dengan tidur panjang saja. Atau jika aku bisa seperti anak-anak kecil, ingin rasanya aku menangis lengkap dengan suaranya yang serak sambil berguling-guling layaknya anak kecil. Tapi apakah aku dianggap waras jika begitu? Tak tau lah, memang sepertinya virus sindrom gila sudah mulai akrab denganku.

Tapi nyatanya? Ku tutup rapat-rapat bibirku saat orang menggelitik ku dengan pertanyaan "mengapa?". Sebuah tanya yang sejatinya akan mendapat jawaban "ga tau" dari bibirku, atau cuma sebuah gelengan kepala. Kubungkus semua gumpalan perih ini, sampai kapan? Ah, lagi-lagi jawabnya 'ga tau'. Mungkin sampai dimana jasadku terbujur tak lagi mengalir darahnya seperti yang sempat aku inginkan.....

Ya tuhan, jangan borgol hidupku yang sudah nyaris tak kuat ini. "Kenapa?" lagi-lagi kata itu ditanyakan teman yang duduk disampingku. Entah apa yang mengundangnya untuk melemparku kata tanya itu, mungkinkah aku terlihat seperti mayat hidup dimatanya? Ah, itu tak penting dan jawaban yang paling tepat adalah "ga tau".

Padang lawas utara, 30 september 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun